Budi duduk di depan rumahnya dengan keadaan santai banget gitu, ya sedang membaca cerpen yang ceritanya menarik gitu, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
Suzy Bannion, seorang pelajar balet muda Amerika, tiba di Freiburg, Baden-Wurttemberg, Jerman saat hujan lebat untuk belajar di Tanz Akademie, sebuah sekolah tari Jerman yang bergengsi. Dia melihat siswa lain, Pat Hingle, melarikan diri dari sekolah karena ketakutan. Suzy ditolak masuk ke sekolah dan terpaksa tinggal di kota semalaman. Pat berlindung di apartemen temannya dan memberitahunya bahwa sesuatu yang jahat telah terjadi di sekolah. Pat disergap oleh sosok bayangan yang menikamnya berulang kali dan menyeretnya ke atap gedung apartemen sebelum menggantungnya dengan tali dengan melemparkannya melalui jendela atap gedung. Teman Pat juga terbunuh setelah tertusuk pecahan kaca raksasa yang jatuh saat mencoba memperingatkan penyewa lain tentang pembunuhan tersebut.
Suzy kembali ke sekolah keesokan paginya, di mana dia bertemu dengan Nona Tanner, kepala instruktur, dan Madame Blanc, wakil kepala sekolah. Tanner memperkenalkan Suzy kepada Pavlos, salah satu pelayan sekolah. Dia juga bertemu teman sekelasnya Sara dan Olga, teman sekamar barunya. Suzy mengalami pertemuan meresahkan dengan salah satu kepala sekolah dan keponakan Blanc, Albert, sebelum pingsan saat kelas dansa. Ketika dia sadar kembali, Suzy mengetahui bahwa Olga telah mengusirnya dari apartemennya, memaksanya untuk tinggal di sekolah bersama Sara di kamar sebelah.
Saat para siswa sedang mempersiapkan makan malam, belatung turun dari langit-langit kamar mereka karena kiriman makanan basi di loteng, memaksa mereka untuk tidur di salah satu sanggar tari. Pada malam hari, seorang wanita memasuki ruangan tetapi tertutup oleh tirai yang digantung di sekeliling ruangan. Sara, yang ketakutan karena napasnya yang serak dan sesak, mengenalinya sebagai kepala sekolah, yang diduga sedang berada di luar kota. Keesokan harinya, pianis buta di sekolah, Daniel, tiba-tiba dipecat oleh Nona Tanner ketika Anjing Gembala Jermannya menggigit Albert. Daniel dibuntuti oleh kekuatan tak terlihat saat berjalan melalui alun-alun malam itu; anjingnya menyerangnya dan dengan kejam merobek tenggorokannya.
Sara memberi tahu Suzy bahwa dialah orang di interkom yang menolaknya masuk pada malam Pat dibunuh. Dia mengungkapkan bahwa Pat bertingkah aneh sebelum kematiannya dan berjanji untuk menunjukkan kepada Suzy catatan yang dia tinggalkan. Sara menemukan bahwa catatan Pat hilang dan terpaksa melarikan diri ketika seorang penyerang tak terlihat memasuki ruangan. Mereka mengejarnya melalui sekolah sebelum menyudutkannya di loteng. Dia melarikan diri melalui jendela kecil sebelum jatuh ke dalam lubang kawat silet, menjeratnya dan membiarkan pengejarnya membunuhnya dengan menggorok lehernya.
Suzy menyelidiki hilangnya Sara keesokan paginya. Tanner memberitahunya bahwa Sara telah meninggalkan sekolah. Curiga, Suzy menghubungi teman Sara dan mantan psikiater, Frank Mandel. Dia mengungkapkan bahwa sekolah tersebut didirikan oleh emigran Yunani Helena Markos pada tahun 1895, yang diduga adalah seorang penyihir. Suzy juga berkonsultasi dengan Profesor Milius, seorang profesor ilmu gaib. Dia mengungkapkan bahwa sekelompok penyihir akan binasa tanpa pemimpin mereka, yang darinya mereka mendapatkan kekuasaan.
Ketika Suzy kembali ke sekolah, dia menemukan bahwa semua orang telah pergi untuk menghadiri Balet Bolshoi. Setelah diserang oleh kelelawar dan mengingat percakapan dengan Sara tentang langkah kaki, dia mengikuti suaranya dengan hati-hati, membawanya ke kantor Madame Blanc. Mengingat Pat mengucapkan kata rahasia dan iris pada malam dia terbunuh, Suzy menemukan pintu tersembunyi yang terbuka dengan memutar iris biru pada mural di kantor Blanc. Suzy memasuki koridor dan menemukan instruktur akademi, dipimpin oleh Madame Blanc, merencanakan kematiannya dalam bentuk pengorbanan manusia. Albert memberi tahu Pavlos tentang kehadiran Suzy. Suzy bersembunyi di sebuah ceruk, di mana dia menemukan mayat Sara yang cacat.
Dikejar oleh Pavlos, Suzy mundur ke kamar Helena Markos. Suzy menemukan Markos sedang tidur, mengenalinya sebagai kepala sekolah melalui napasnya yang sesak. Dia secara tidak sengaja membangunkannya dengan mematahkan burung merak hias dengan bulu kristal. Markos menjadikan dirinya tidak terlihat dan mengejek Suzy sebelum menghidupkan kembali mayat Sara yang di mutilasi untuk membunuhnya. Ketika kilatan petir secara tidak sengaja memperlihatkan siluet Markos, Suzy menusuk lehernya dengan salah satu pecahan duri kaca burung merak. Kematian Markos menyebabkan mayat Sara menghilang.
Suzy melarikan diri saat sekolah mulai meledak. Madame Blanc, Nona Tanner, Pavlos, dan anggota kelompok lainnya binasa tanpa kekuatan Markos untuk menopang mereka. Suzy melarikan diri ke malam hujan saat sekolah dilalap api.
Putri tak pernah sekalipun mengeluhkan nasib buruknya. Ia selalu siap sedia melayani sang Ibu Tiri, Nunung dan Saudari Tirinya, ya Meli dengan senang hati. Pada suatu hari, ya Putri tengah mengerjakan pekerjaan rumah mencuci pakaian milik Ibu Tiri dan Saudari Tirinya. Akan tetapi , ya Putri tak menyadari bahwa sehelai kain milik Ibu Tirinya telah hanyut terbawa arus sungai. Ketika Putri menyadarinya, ia sangat sedih dan takut bila diketahui hilangnya kain itu, maka ia akan dimarahi dan disalahkan oleh Ibu Tirinya. Bukan mustahil bahwa Putri akan di hukum bahkan diusir dari rumahnya.
Khawatir kehilangan kain tersebut, ya Putri dengan gigih dan tekun tetap mencarinya sambil berjalan menyusuri sepanjang sungai yang berarus deras itu. Tiap kali bertemu seseorang di sungai ia selalu menanyakan apakah mereka melihat kain tersebut. Sayang sekali tak seorangpun yang melihat di mana kain hanyut itu berada. Hingga pada akhirnya, ya Putri tiba di bagian sungai yang mengalir ke dalam gua. Ia sangat terkejut ketika mengetahui ada seorang nenek tua yang tinggal di dalam gua tersebut. Putri, ya menanyai nenek tua itu mengenai keberadaan kain Ibu Tirinya. Nenek tua itu mengetahui di mana kain itu berada, ya akan tetapi ia mengajukan syarat bahwa Putri harus membantu pekerjaan sang nenek tua. Karena telah terbiasa bekerja keras, dengan senang hati Putri menyanggupi untuk membantu sang nenek merapikan dan membersihkan gua tersebut. Nenek tua itu sangat puas dengan hasil pekerjaan Putri. Pada sore harinya Putri berpamitan kepada sang nenek. Sang nenek itu kemudian mengembalikan kain milik Ibu Tiri, ya pada Putri yang hanyut di sungai, seraya menawarkan kepada Putri dua buah labu sebagai hadiah atas pekerjaannya. Dua buah labu itu berbeda ukuran, satu besar dan yang lainnya kecil. Karena Putri tidak serakah dan tamak, ia memilih labu yang lebih kecil.
Ketika kembali ke rumah, sang Ibu Tiri, ya Nunung dan Saudari Tirinya, ya Meli amat marah karena Putri terlambat pulang. Putri pun menceritakan apa yang telah terjadi. Ibu Tiri yang tetap marah karena Putri hanya membawa sebutir labu kecil, ia kemudian merebutnya dan membanting buah itu ke tanah. "Prak..." pecahlah labu itu, akan tetapi terjadi suatu keajaiban, di dalam labu itu terdapat perhiasan emas, intan, dan permata. Mereka semua terkejut dibuatnya. Akan tetapi karena Ibu Tiri dan Meli adalah orang yang tamak, mereka tetap memarahi Putri karena membawa labu yang lebih kecil. Jika saja Putri memilih buah yang lebih besar, tentu akan lebih banyak lagi emas, intan, dan permata yang mereka dapatkan.
Karena sifat serakah dan tamak, Meli berusaha mengikuti apa yang dilakukan Putri. Dengan sengaja ia menghanyutkan kain milik ibunya, kemudian berjalan mengikuti arus sungai dan menanyai orang-orang yang ia temui. Akhirnya Meli tiba di gua tempat nenek itu tinggal. Tidak seperti Putri, ya Meli yang malas menolak membantu nenek itu. Ia bahkan dengan sombongnya memerintahkan nenek tua itu untuk menyerahkan labu besar itu. Maka nenek tua itu pun memberikan labu besar itu kepada Meli. Dengan riang dan gembira Meli membawa pulang labu besar pemberian nenek tua itu. Telah terbayang dalam benaknya betapa banyak perhiasan, intan, dan permata yang akan ia miliki. Sang Ibu Tiri pun dengan gembira menyambut kepulangan putri kesayangannya itu. Tak sabar lagi mereka berdua memecahkan labu besar itu. Akan tetapi apakah yang terjadi? Bukannya perhiasan yang didapat, dari dalam labu itu keluar berbagai macam ular (terutama ular sendok) dan hewan berbisa. Mereka berdua lari ketakutan. Baik Ibu Tiri maupun Meli akhirnya menyadari sifat buruk dan ketamakan mereka. Mereka menyesali bahwa selama ini telah berbuat buruk kepada Putri dan memohon maaf pada Putri. Ya Putri yang baik hati pun memaafkan mereka berdua.
No comments:
Post a Comment