CAMPUR ADUK

Monday, June 19, 2023

BRAHMASTRA : PART ONE - SHIVA

Budi duduk di depan rumahnya setelah nonton Tv yang acara sepak bola gitu. Budi membaca cerpen yang ceritanya menarik sambil menikmati makan singkong rebus dan minum kopi.

Isi cerita yang di baca Budi :

Di India kuno, sekelompok orang bijak di Himalaya bertabrakan dengan energi Brahm-shakti, yang menghasilkan banyak senjata langit berkekuatan besar yang disebut astra. Yang terkuat di antara mereka, Brahmastra, memiliki kemampuan untuk menghancurkan dunia. Orang bijak menggunakan astra masing-masing untuk menjinakkan Brahmastra yang tidak stabil dan menjadi Brahmansh, sebuah perkumpulan rahasia untuk melindungi dunia dari kekuatan astra.

Di Mumbai saat ini, Shiva, seorang disc jockey, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Isha Chatterjee, seorang penduduk London yang mengunjungi India untuk festival Durga Puja di pandal kakeknya. Segera, Isha membalas dan mengungkapkan perasaannya pada Shiva. Shiva mengatakan kepadanya bahwa dia adalah seorang yatim piatu yang tidak pernah mengenal ayahnya, dan bahwa ibunya meninggal dalam kebakaran ketika dia masih bayi. Sementara itu, di Delhi, ilmuwan dan anggota Brahmansh Mohan Bhargav diserang oleh Zor dan Raftar untuk mendapatkan sepotong Brahmastra yang dia jaga. Mohan melawan menggunakan Vanarastranamun akhirnya ditundukkan oleh Junoon, yang bekerja untuk kejahatan misterius bernama Dev. Di bawah kepemilikan Junoon, Mohan mengungkapkan bahwa bagian kedua dari Brahmastra dilindungi oleh seorang seniman dan arkeolog bernama Anish Shetty di Kasih. Sebelum dia dapat mengungkapkan lokasi saat ini dan guru dari Brahmansh, Mohan melemparkan dirinya keluar dari balkon.

Shiva mendapat penglihatan tentang pertemuan Mohan dengan Junoon. Dia dan Isha menuju Kashi untuk memperingatkan Anish tetapi diganggu oleh Raftar, yang sekarang menggunakan Vanarastra Mohan. Anish mengalahkannya menggunakan Nandi Astra sebelum kabur bersama Shiva dan Isha. Saat pergi ke Himachal Pradesh, di mana Ashram berada, mereka dikejar oleh Junoon dan Zor dengan sebuah truk. Anish memberikan bagian kedua dari Brahmastra kepada Siwa dan tetap melawan Junoon dan Zor, hanya untuk di bunuh. Shiva dan Isha dikejar oleh Raftar ke Ashram dimana Shiva membunuhnya menggunakan Agnyastra setelah dia mencoba membunuh Isha. Di Ashram, mereka belajar tentang astra lain dan Siwa dipaksa untuk bergabung Brahmansh oleh guru Raghu untuk informasi tentang orang tuanya. Dia bertemu dengan rekrutan baru lainnya Rani, Raveena, Sher dan Tenzing, yang semuanya dilatih oleh Raghu tentang cara menggunakan astra masing-masing dan Shiva juga mendapatkan kendali atas api. Saat Junoon semakin dekat dengan mereka, Raghu mengungkapkan bahwa Shiva adalah putra mantan anggota Brahmansh, Dev dan Amrita. Dev sebenarnya membangunkan Brahmastra karena dialah satu-satunya orang yang mampu mengendalikan banyak astra sekaligus.

Istri Dev Amrita (hamil dengan anak Dev), yang memegang Jalastra, mengalahkan Dev dalam pertempuran di pulau terpencil dan keduanya tampaknya tewas dalam pertempuran tersebut. Perahu Amrita ditemukan di reruntuhan pertempuran, dibawa kembali dari pulau, dengan dua pecahan Brahmastra. Potongan-potongan Brahmastra diberikan kepada Mohan dan Anish. Bagian ketiga diyakini hilang, dengan Raghu dan Siwa menyimpulkan bahwa mereka berdua selamat dari pertempuran. Bagian ketiga dari Brahmastra ada di Mayastra Amrita yang disamarkan menjadi cangkang keong, yang dilepaskan Raghu dengan meneteskan darah Siwa ke keong. Junoon dan pasukannya tiba di Ashram menuju Brahmastra dan menyandera semua orang. Shiva mengalahkan Junoon sambil juga membunuh Zor, yang memegang Nandi Astra dan melepaskan semua orang. Tapi Junoon berhasil mengambil bagian ketiga dari Isha. Dia tampaknya mengorbankan dirinya untuk mengaktifkan Brahmastra. Kehancuran mulai dimulai dan Isha dalam bahaya, tetapi Shiva mendapatkan kendali atas Brahmastra dengan kekuatan baru yang berasal dari perlindungannya terhadap Isha dan bersatu kembali dengannya. Junoon telah mengaktifkan Brahmastra, Dev, yang dipenjara sebagai patung di pulau tak dikenal, dibebaskan.

***

Ya Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. Budi menikmati minum kopi dan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.

"Ngomong-ngomong acara Tv tentang masakan ini dan itu, ya makanan ini dan itu. Baguskan acara Tv tersebut, ya kan Eko?" kata Budi.

"Memang bagus sih tentang acara Tv tersebut. Yang buat acara Tv kebanyakan orang-orang pinter di bidangnya," kata Eko.

"Ada sebuah cerita, ya realita. Aku ingin tanggapan Eko?!" kata Budi.

"Cerita realita. Tanggapan aku? Cerita seperti apa?" kata Eko.

"Hidup orang miskin. Orang itu, ya seorang laki-laki yang baik gitu. Ya suami telah berusaha dengan baik, ya dari usaha dagangnya demi kehidupannya bersama istri tercinta gitu. Ketika waktunya, ya usaha dagangnya seret gitu. Jadi setiap hari, ya hanya bisa makan nasi putih saja pake garem saja. Suami tersebut tetap berusaha dengan baik demi istrinya yang di cintai. Ya istri mengerti keadaan suami, ya menerima keadaan...cuma makan nasi putih saja pake garem setiap hari. Ibu dari cewek itu, ya tidak suka dengan mantunya yang hanya bisa memberi makan nasi putih pake garem saja. Ibu mertua terus saja berkata yang menjatuhkan mantunya. Ya dengan sabar mantu, ya mendengarkan omongan Ibu mertua. Jadi bagaimana tanggapan Eko?" kata Budi.

"Kalau zaman dulu, ya keadaan apa pun bisa di terima dengan baik. Kalau zaman sekarang di pengaruhi keadaan perubahan lingkungan ini dan itu, ya kemajuan ini dan itu. Ya otomatis lah Ibu mertua tidak suka dengan mantunya karena hanya bisa memberi makan anak ceweknya, ya cuma nasi putih dan garam saja," kata Eko.

"Keadaan dari zaman ini," kata Budi.

"Sebaik-baiknya jadi orang tua, ya Ibu mertua menerima keadaan mantunya dengan baik karena telah berusaha dengan baik untuk memberi makan anak ceweknya cuma nasi putih pake garam. Hidup ini penuh perjuangan dan persaingan dalam menjalankan usaha, ya agar hidup layak. Ujiannya pun nyata banget. Antara menikmati makanan, ya sekedar menikmati makanan karena keadaan sampai tidak makan, ya puasa," kata Eko.

"Ujian hidup ini. Apakah pemimpin negeri ini atau orang kaya, ya terketuk dengan cerita nyata yang aku ceritakan?" kata Budi.

"Ya paham ilmu agama, ya terketuk pintu hatinya. Yang tidak paham ilmu agama, ya tidak terketuk pintu hatinya," kata Eko.

"Program penanggulangi kemiskinan di jalanin pemerintahan dengan baik karena memang kemungkinan terjadi karena keadaan ekonomi bermasalah ini dan itu," kata Budi.

"Program penanggulangi kemiskinan tujuannya membantu masyarakat miskin, ya di usahakan hidupnya sejahtera dengan baik," kata Eko.

"Ya sekedar bahan obrolan lulusan SMA saja!" kata Budi.

"Aku paham omongan Budi!" kata Eko.

"Hidup ini. Bersyukur bila cewek mendapatkan cowok yang kaya, ya hidup di jamin dengan baik. Bisa menikmati makanan yang enak, ya layak hidup. Mantu di sayang Ibu mertua karena anak ceweknya berikan kelayakan hidup ini," kata Budi.

"Omongan Budi bener lah!" kata Eko.

"Bener kata Eko. Urusan hidup ini. Harus di lihat derajat manusia. Kaya dan miskin," kata Budi.

"Maka itu lebih baik menyukai cewek itu sederajat dengan kita. Cewek itu menerima dengan baik, ya keadaan cowoknya. Ya cowoknya telah berusaha dengan baik demi cewek yang di sukainya," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Main catur saja Budi!" kata Eko.

"Ok. Main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur.

"Kalau Ibu mertua tidak ngertiin mantunya telah berusaha dengan baik demi istri tercinta, ya anak cewek Ibu mertua itu. Mungkin ceritanya, ya Ibu mertua ingin putus hubungan dengan mantunya. Anak ceweknya, ya ikut Ibunya. Gimana Budi?" kata Eko.

"Mungkin terjadi sih Eko, ya kaya sinetron atau film," kata Budi.

"Intrik dan intrik cerita," kata Eko.

"Putus. Melupakan cinta. Ya sulit sih di lupakan. Memang tidak segampang itu melupakan dia yang di cintai. Demi hidup ini," kata Budi.

"Memang tidak segampang itu melupakan cinta," kata Eko.

"Ceritanya sih yang sebenarnya. Suami dan istri itu, ya tetap bertahan dengan keadaan dengan baik sampai jalan usaha dagang si suami, ya lancar lagi," kata Budi.

"Tetap bertahan dengan ujian bentuk apa pun. Tetap cinta dan setia," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

Keduanya main catur dengan baik gitu.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK