CAMPUR ADUK

Thursday, February 23, 2023

ISLAND OF FIRE

Budi duduk santai di depan rumahnya, ya menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu. 

"Baca buku ah!" kata Budi. 

Budi mengambil buku di meja, ya buku di buka dengan baik, ya di pilih-pilih dengan baik cerpen yang ingin di baca. Terpilihlah salah satu cerpen yang di baca Budi dengan baik gitu. 

Isi cerita yang di baca Budi : 

Wang Wei, seorang petugas polisi, menyaksikan pembunuhan ayah mertuanya, seorang komisaris polisi, di tangan seorang pembunuh. Ketika si pembunuh mencoba melarikan diri, dia terbunuh oleh bom mobil. Wei dan rekannya kemudian mengidentifikasi si pembunuh tetapi menemukan bahwa dia adalah seorang penjahat yang tampaknya dieksekusi di penjara beberapa bulan lalu. Wei memutuskan untuk menyamar di penjara dengan menyerang sekelompok anggota geng di sebuah bar. Saat berada di dalam, dia langsung dicurigai sebagai polisi dan dipukuli dalam perkelahian yang diatur di penjara, membuatnya berlumuran darah dan memar.

Rekan-rekan tahanan Wei termasuk Da Chui, yang secara tidak sengaja membunuh seorang pemain kartu saat mencoba mengumpulkan uang untuk operasi menyelamatkan nyawa pacarnya; Iron Ball, yang telah menjebloskan dirinya ke penjara untuk membalas dendam atas kematian saudara laki-lakinya yang dibunuh oleh Da Chui; dan Fatty, ya seorang narapidana yang penyayang tapi menyedihkan yang sering kabur mengunjungi putranya yang masih kecil. Ketegangan yang signifikan terjadi ketika Chui dan Bola Besi adalah bagian dari blok yang sama, tetapi setiap percobaan nyawa Chui dilarang oleh Lucas, seorang panglima perang yang kuat di dalam penjara. Ini berakhir saat Lucas dijebak dan dibunuh oleh penjara saat dia dan Fatty melarikan diri. Fatty mencoba melarikan diri lagi selama hari kerja di luar ruangan, tetapi membunuh seorang penjaga penjara ketika Fatty memukulnya dengan mobil polisi; Fatty kemudian dieksekusi. Dengan kepergian Lucas dan korupsi para penjaga terlihat jelas, Wei dan Chui dalam bahaya. Upaya pembunuhan Wei secara tidak sengaja membunuh teman satu sel Wei, Charlie, memicu kerusuhan besar-besaran di mana kepala penjaga diserang oleh Chui dan akhirnya dibunuh oleh Wei. Sebagai tanggapan, Chui, Iron Ball, dan Wei dieksekusi.

Wei tiba-tiba terbangun di lokasi yang dirahasiakan di mana Warden menyapanya. Sipir mengatakan bahwa dia memalsukan eksekusi para narapidana sehingga dia dapat merekrut mereka untuk menjadi bagian dari regu pembunuh yang main hakim sendiri. Wei dikirim bersama Chui, Fatty, dan Iron Ball, ke bandara tempat seorang gembong narkoba diekstradisi. Mereka membunuh gembong narkoba, tetapi dikhianati oleh Sipir, seperti pembunuh yang membunuh ayah mertua Wei, dan nyaris menghindari bom mobil yang ditujukan untuk mereka. Mereka dikepung di menara bandara dan menyandera seorang kapten polisi. Rekan Wei, yang hadir dengan polisi mengawal gembong narkoba, membantu Wei membajak pesawat dan Fatty, Chui, dan Iron Ball berusaha mencapai pesawat. Fatty, Chui, dan Iron Ball semuanya ditembak mati saat Wei kabur.

Saat Sipir kembali ke rumahnya, dia menemukan Wei menunggunya, menanyakan jawaban. Warden menjelaskan bahwa mereka yang dibunuh oleh regu pembunuh sebenarnya terhubung dengan Warden; gembong narkoba bekerja dengan Warden dan Komisaris terlalu dekat untuk mengetahui aktivitas Warden. Marah, Wei mengancam Sipir, tetapi dibujuk untuk tidak melakukan apa pun lebih jauh dari rekannya, yang menjawab bahwa semua yang dikatakan Sipir direkam. Sipir ditangkap dan Wei kembali ke kehidupannya sebagai polisi.

***

Budi selesai baca cerpen, ya menikmati minum kopi dan gorengan. 

"Ya lanjut baca cerpen yang lain ah!" kata Budi. 

Budi segera melanjutkan baca cerpen lain, ya cerita menarik dengan judul Days of Being Wild. 

Isi cerita yang di baca Budi :

Yuddy, playboy yang pandai berbicara merayu Li-zhen tetapi tidak tertarik menjalin hubungan serius dengannya. Li-zhen, yang ingin menikah dengannya, patah hati dan memutuskan untuk pergi. Yuddy menjalin hubungan baru dengan penari kabaret yang lincah, Mimi. Temannya Zeb juga tertarik padanya tapi dia tidak membalas perasaannya.

Hubungan Yuddy tegang dengan ibu angkatnya Rebecca, mantan pelacur, setelah dia mengungkapkan bahwa dia diadopsi. Dia juga tidak menyetujui pilihan kekasihnya yang jauh lebih muda darinya yang menurutnya memanfaatkannya. Dia awalnya menolak untuk mengungkapkan siapa ibu kandungnya tetapi akhirnya mengalah dan mengatakan kepadanya bahwa dia tinggal di Filipina.

Li-zhen menemukan pelipur lara di Tide, seorang polisi yang berkeliling di dekat rumah Yuddy. Tide bercita-cita menjadi pelaut tetapi dia memilih menjadi polisi untuk tinggal dan menjaga ibunya. Li-zhen berbicara tentang perselingkuhannya yang gagal, pernikahan sepupunya yang sukses dan bagaimana dia merindukan rumah. Li-zhen, yang bekerja di kios tiket stadion sepak bola, menjanjikan Tide tiket gratis ke pertandingan pilihannya dan Tide menyuruhnya meneleponnya di bilik telepon yang dia lewati setiap malam jika dia membutuhkan seseorang untuk diajak bicara. Kedekatan asmara mereka diisyaratkan tetapi tidak pernah terwujud. Saat ibunya meninggal, Tide pergi menjadi seorang pelaut.

Sementara itu, Yuddy memutuskan untuk mencari ibu kandungnya dan berangkat ke Filipina, memberikan mobilnya kepada Zeb tanpa memberi tahu Mimi. Mimi putus asa dan memutuskan untuk mengikutinya. Zeb, cintanya masih bertepuk sebelah tangan, menjual mobil Yuddy untuk membiayai perjalanannya dan memintanya untuk kembali padanya jika dia tidak menemukan Yuddy. Yuddy menemukan rumah ibunya tapi dia menolak untuk menemuinya.

Tide, sekarang seorang pelaut yang singgah di Filipina, menemukan Yuddy yang mabuk pingsan di jalan dan membawanya ke kamar hotelnya. Yuddy tidak mengenalinya tapi menerima bantuannya. Dia berkelahi di stasiun kereta api karena pembayaran paspor Amerika dan menikam seorang pria. Tide menyelamatkannya dan mereka melarikan diri dengan kereta. Tide bertanya kepadanya apakah dia ingat apa yang terjadi pada tanggal tertentu hingga menit yang tepat, merujuk pada sesuatu yang dia ceritakan pada Li-zhen di awal pacaran mereka. Dia mengatakan bahwa dia ingat dan mengatakan kepadanya akan lebih baik untuk memberitahu Li-zhen bahwa dia tidak ingat. Tide kembali dari percakapan dengan kondektur kereta api dan menemukan Yuddy tertembak mati.

Urutan terakhir menunjukkan Mimi telah tiba di Filipina, Li-zhen menutup di loket tiket dan telepon di loket berdering. Ya dengan bidikan seorang pria muda yang licin, merokok dan bersiap-siap di ruangan yang gelap.

***

Budi selesai membaca buku, ya buku di taruh di bawah meja. Ya Budi menikmati minum kopi dan gorengan. 

"Emmmm. Nyanyi ah!" Budi. 

Budi mengambil gitar di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dengan judul 'Seperti Mati Lampu' :

"Janganlah kau tanyakan besarnya cintakuKu persembahkan untukmu, hanya kepadamuOh dan janganlah kau ragukan luasnya cintakuYang putih tulus untukmu, hanya kepadamu
Luasnya laut tak seluas cinta yang ku punyaTak sedalam cinta yang ku rasa, cintaku satu untukmuTingginya langit tak setinggi kasih yang ku punyaTak setinggi kasih yang ku rasa, cintaku satu untukmu
Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampuCintaku tanpamu ya sayang bagai malam tiada berlaluSeperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampuCintaku tanpamu ya sayang bagai malam tiada berlalu
Janganlah, kau tanyakan besarnya cintakuKu persembahkan untukmu, hanya kepadamu
Luasnya laut tak seluas cinta yang ku punyaTak sedalam cinta yang ku rasa, cintaku satu untukmuSeperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampuCintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlaluSeperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampuCintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlalu(Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu(Cintaku tanpamu ya sayang bagai malam tiada berlalu)Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampuCintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlaluSeperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampuCintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlalu"

***

Budi selesai bernyanyi dan main gitarnya, ya di taruh di samping kursi gitu. Ya Budi menikmati minum kopi dan gorengan. 

"Emmm. Main ke rumah Eko saja!" kata Budi. 

Budi ke dalam rumah, ya sambil membawa piring dan gelas ke belakang untuk di cuci tuh piring dan gelas. Ya gelas dan piring, ya bersih di taruh di rak piring. Budi pun keluar dari rumahnya, ya segera motornya yang di parkirkan di depan rumahnya. Motor di bawa dengan baik sama Budi, ya menuju rumah Eko. Singkat waktu, ya Budi sampai di rumah Eko. Ya Eko keluar dari rumahnya, ya karena tahu Budi dateng ke rumahnya dari suara motor Budi. Ya Budi memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Eko lah. Ya Eko dan Budi duduk santai di depan rumah Eko. 

"Ngomong-ngomong enaknya itu urusan cinta. Ya dapetin cewek suku apa ya?" kata Budi. 

"Yang penting cinta pada ceweknya!" Kara Eko. 

"Iya sih. Yang penting cinta sama ceweknya. Ya sekedar obrolan lulusan SMA. Kalau suku China saja, ya cewek yang di pilih?" kata Budi. 

"Suku China yang ada di Indonesia. Tetap di perhitungkan kalau memilih cewek. Ya hidup ini antara baik dan buruk. Ya ada suku China, ya perangainya baik karena didik dengan baik sama orang tuanya untuk berjalan di jalan baik. Ya ada juga suku China, ya perangainya buruk karena menentang didikan orang tua, ya mengikuti pergaulan liar gitu," kata Eko. 

"Ya hidup ini. Antara baik dan buruk," kata Budi. 

"Ya yang paling penting banget. Satu agama kalau memilih cewek suku China. Ya agar mudah menjalankan hidup ini dengan satu agama!" kata Eko. 

"Omongan Eko bener sih. Kalau milih cewek suku China, ya paling penting banget satu agama. Hidup ini mudah satu agama karena bisa saling pengertian dan jauh dari cek cok ini dan itu," kata Budi. 

"Kalau begitu. Main catur saja!" kata Eko. 

"Ya main catur!" kata Budi. 

Ya papan catur sudah ada di meja. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

"Ngomongin acara Tv. Ya cenderung acaranya quiz ini dan itu," kata Budi. 

"Mungkin lagi pasarnya acara quiz ini dan itu. Ya penting acara quiz ini dan itu, ya menarik di tonton sama penonton di rumah!" kata Eko. 

"Ya penting memang acara Tv, ya quiz ini dan itu, ya menarik!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

Keduanya main catur dengan baik gitu. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK