Budi duduk di depan rumahnya, ya sambil menikmati minum kopi dan gorengan.
"Baca buku ah!" kata Budi.
Budi mengambil buku di meja, ya buku di buka dengan baik, ya di pilih-pilih dengan baik cerpen yang ingin di baca. Terpilihlah salah satu cerpen yang di baca Budi.
Isi cerita yang di baca Budi :
Pada tahun 1998, keluarga mendiang Roger Maris pergi ke Stadion Busch untuk menyaksikan Mark McGwire dari St. Louis Cardinals memecahkan rekor ayah mereka dengan home run ke-62. Janda Maris, Pat, dirawat di rumah sakit karena komplikasi aritmia dan menonton pertandingan di televisi dari ranjang rumah sakit.
Beberapa dekade sebelumnya pada tahun 1961, Maris dianugerahi penghargaan Pemain Paling Berharga untuk musim bisbol 1960, tetapi Mickey Mantle tetap menjadi superstar New York Yankees. Mantle mulai panas sementara Maris berjuang. Maris curiga dia mungkin diperdagangkan, tetapi manajer baru Ralph Houk meminta Mantle dan Maris bertukar posisi dalam urutan batting Yankees untuk melihat apakah itu membantu. Ya, dan Maris mulai melakukan home run dengan kecepatan rekor. Mantle mengimbangi dan menjadi jelas bahwa "M&M Boys" akan mengejar rekor Babe Ruth dengan 60 homers dalam satu musim.
Kehidupan Mickey di luar lapangan memengaruhi permainannya. Dia minum, menikmati kehidupan malam Manhattan, dan tiba di taman bermain kasar. Lebih dari sekali, pelempar Whitey Ford harus menyelamatkannya atau menyadarkannya. Untuk menjauhkan Mantle dari masalah, Maris dan rekan satu tim/teman sekamar Bob Cerv mengundangnya untuk tinggal bersama mereka di sebuah rumah sederhana di Queens, dengan satu syarat : tidak boleh ada wanita.
Penggemar dan media New York tertarik pada Mantle yang populer dan menarik, seorang Yankee lama. Maris yang lebih pendiam dipandang sebagai orang luar, menyendiri dan tidak berharga. Saat kedua pria itu mendekati rekor, Komisaris MLB Ford Frick, ya yang merupakan penulis untuk orang lain Babe Ruth, membuat keputusan : kecuali jika rekor tersebut dipecahkan dalam 154 pertandingan, seperti yang dilakukan Ruth pada tahun 1927, tanda baru akan dicantumkan secara terpisah yang menunjukkan bahwa itu telah terjadi. telah dilakukan dalam musim 162 pertandingan bisbol yang baru diperluas.
Tampaknya Mantle tidak akan berhasil ; kesehatannya memburuk dan dia bermain dalam kesakitan terus-menerus. Maris, sementara itu, tidak terbiasa dengan pengawasan publik yang begitu tinggi dan tidak nyaman berinteraksi dengan media, yang membedah dan mendistorsi semua yang dia katakan atau lakukan. Para fans mencemooh Maris dan bahkan melemparkan benda ke arahnya di lapangan. Segera dia mulai menerima surat kebencian dan ancaman pembunuhan. Istrinya tinggal jauh dari New York, biasanya hanya bisa dihubungi melalui telepon. Stres menjadi begitu kuat sehingga rambut Maris mulai rontok. Pemilik Yankees juga mencoba mendukung Mantle dengan meminta Houk untuk mengganti Mantle dan Maris dalam urutan batting, tetapi Houk menolak, karena barisan yang didesain ulang telah memenangkan persentase permainan yang lebih tinggi.
Cedera kronis dan penyalahgunaan alkohol menyusul Mantle, dan suntikan yang tidak disarankan oleh dokter menginfeksi pinggulnya dan membawanya ke ranjang rumah sakit. Dengan hilangnya Mantle dari barisan, panggung menjadi siap untuk Maris. Dia gagal memecahkan rekor di game ke-154 musim ini, tetapi dia akhirnya mencapai home run ke-61 selama pertandingan terakhir musim ini.
***
Budi selesai baca buku, ya buku di taruh di meja. Abdul dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Budi. Abdul duduk dengan baik dengan Budi.
"Hidup ini enak kalau sudah menikah," kata Abdul.
"Memang kebanyakan cerita orang-orang yang menikah. Ya enak menikah," kata Budi.
"Menikah itu, ya rencana hidup bersama dengan orang yang di sukai berhasil. Sedangkan rencana ku masih tidak jelas antara aku dan Putri," kata Abdul.
"Delema cinta Abdul dan Putri. Tidak ada kata jadian karena permasalahan keadaan saja," kata Budi.
"Keadaan. Antara waktu dan jarak. Antara kaya dan miskin," kata Abdul.
"Di dramatisir banget, ya kaya sinetron saja!" kata Budi.
"Ya nama juga obrolan lulusan SMA!" kata Abdul.
"Memang sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Sebenarnya aku punya cerita. Biasa permainan seandainya," kata Abdul.
"Ooooo Abdul punya cerita. Permainan seandainya. Silakan Abdul bercerita!" kata Budi.
"Ceritanya pake nama tokoh cowoknya, ya Abdul saja!. Nama tokoh ceweknya, ya artis. Mengikuti permainan Budi yang menggunakan nama artis untuk cerita yang di buat. Ya nama artis, ya Ziva," kata Abdul.
"Terus!!!" kata Budi.
"Ceritanya. Abdul seorang pemuda yang pintar, ya masih sekolah tingkat SMA, ya kelas 2 saja. Abdul suka main bola basket dan sepak bola. Yang di tekunin Abdul, ya bola basket sampai punya tim bola basket dan ikut ke juaraan bola basket tingkat SMA, ya jadi juara ke dua gitu. Walau hanya juara dua bola basket tingkat SMA, ya tim bola basket Abdul, ya bersama teman-teman terus berlatih dengan baik demi mendapatkan juara pertama di kejuaraan bola basket yang berikutnya gitu. Abdul pun suka cewek cantik bernama Ziva. Urusan mendapatkan cinta, ya ada lika-likunya gitu. Abdul pun berhasil jadi dengan Ziva. Ya Ziva sering memberikan semangat untuk Abdul saat latih tanding bola basket antar SMA. Ya Abdul senang di beri semangat sama Ziva. Abdul sering main ke rumah profesor Albert yang pinter banget dengan sains gitu. Abdul pun di ajak Albert untuk ikut dalam perjalan waktu, ya profesor Albert menemukan alat mesin waktu untuk ke masa lalu dan masa depan. Abdul dan profesor Albert ke masa lalu sampai masa depan. Di masa lalu, ya Abdul dan profesor Albert di kejar-kejar Dinosaurus. Di masa depan, ya Abdul dan profesor Albert di kejar-kejar pasukan robot gitu. Sampai pada masa di mana Abdul tidak jadi menikah dengan Ziva, ya Ziva menikah dengan Eko, ya orang kaya raya gitu. Abdul mencari penyebabnya kenapa diri Abdul tidak bisa bersama Ziva?. Abdul jadi detektif bersama profesor Albert. Ternyata urusan masalah utang yang harus di bayar Ziva, ya karena utang orang tua Ziva berhutang pada orang tua Eko. Usaha orang tua Ziva bangkrut gitu. Ziva jadinya menikah dengan Eko, ya agar utang lunas gitu. Abdul pun bisa menolong Ziva dengan baik dengan profesor Albert dengan mesin waktunya. Abdul berhasil menolong orang tua Ziva, ya tidak bangkrut usahanya dan bisa membayar hutang pada orang tua Eko. Abdul bisa bersama Ziva gitu, ya di masa depan Abdul menikah dengan Ziva. Pada masa juga, ya profesor Albert dan Abdul mendatangi pemakaman dirinya profesor Albert. Profesor Albert dan Abdul menerima keadaan kematian tersebut. Setelah perjalanan waktu di jalankan dengan baik antara profesor Albert dan Abdul, ya keduanya menjalankan kehidupan sehari-hari seperti biasanya. Abdul tetap bersama dengan Ziva, ya masa SMA lah," kata Abdul.
"Ceritanya bagus dengan tema mesin waktu. Kaya cerita film ini dan itu, ya sampai film Superhiro gitu," kata Budi.
"Ya idenya memang mesin waktu. Yang penting itu. Urusan kisah cinta, ya Abdul dan Ziva menikah di masa depan," kata Abdul.
"Urusan kisah cinta terkadang tidak bisa menikah di karenakan persoalan ini dan itu. Maka bagi yang bisa menyelesaikan persoalan cinta, ya bersyukur banget bisa menikah dengan orang yang di cintai," kata Budi.
"Ya bersyukur banget bagi orang yang bisa menyelesaikan urusan kisah cinta dan dapat melaksanakan pernikahan. Apalagi kalau acara pernikahan sukses banget, ya kaya cerita pernikahan artis sampai para pejabat di Indonesia," kata Abdul.
"Ya yang lagi hangat beritanya tentang berita pernikahan anaknya Presiden Joko Widodo," kata Budi.
"Emmmm," kata Abdul.
Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Abdul dan Budi.
"Lagi asik ngobrol apa?" kata Eko.
"Penikahan!!!" kata Budi dan Abdul bersamaan.
"Pernikahan. Budi dan Abdul gitu?!" kata Eko.
"Siapa nikah?" kata Budi.
"Berita yang masih hangat-hangatnya, ya pernikahan anaknya Presiden Joko Widodo!" kata Abdul.
"Aku kirain rencana pernikahan kalian berdua. Ternyata berita pernikahan anaknya Presiden Joko Widodo," kata Eko.
"Ya kalau rencana pernikahan aku masih jauh. Karena aku masih jomlo," kata Budi.
"Ya aku juga jomlo juga. Jadi rencana pernikahanku masih jauh gitu," kata Abdul.
"Aku paham keadaan kalian berdua," kata Eko.
"Yang dekat dengan rencana pernikahan, ya kan Eko dan Purnama," kata Budi.
"Memang Eko dan Purnama jalan urusan kisah cintanya langgeng gitu. Jadi rencana pernikahan bisa sesuai dengan rencana," kata Abdul.
"Ya. Ya. Ya. Ya," kata Eko.
"Padahal ada yang baik di omongin, ya acara musik, ya musik dangdut yang ada artis cantik yang luar biasa Dewi Persik sebagai juri dalam perlombaan menyanyi," kata Abdul.
"Yang menang adalah?" kata Budi.
"Yang menang terserah. Aku cuma penonton acara Tv saja!" kata Eko.
"Ya aku juga penonton saja!" kata Abdul.
"Yang aku pikirkan dengan baik. Bisa di bilang ide cerita sih. Dia cemburu apa tidak ya?" kata Budi.
"Dia siapa?" kata Eko dan Abdul bersamaan.
"Ya Dono kan dalam cerita di kaitkan dengan artis Rara. Kalau Dono di kaitan dengan Sridevi. Maka Rara cemburu apa tidak ya?" kata Budi.
"Dia itu.....Rara toh," kata Abdul.
"Rara. Ya sekedar cerita saja!" kata Eko.
"Ya sudahlah lebih baik kalau begitu main kartu remi saja!" kata Budi.
"Ok. Main kartu remi," kata Eko.
"Ok. Main kartu remi," kata Abdul.
Budi mengambil buku di meja, ya buku di taruh di bawah meja. Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik pula. Ketiganya main kartu remi dengan baik, ya sambil ngobrol tentang pertandingan sepak bola, ya Piala Dunia di Qatar gitu.
No comments:
Post a Comment