Budi dan Eko, ya duduk di teras depan rumah sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu.
"Eko?" kata Budi.
"Apa?" kata Eko.
"Sebenarnya aku ingin ngomongin sesuatu?" kata Budi.
"Ngomong aja. Seperti biasanya!" kata Eko.
"Yang aku omongin ini. Bisa juga bentuk dari ayib seseorang, ya perilaku manusia gitu," kata Budi.
"Ya kalau ngomongin ayibnya seseorang, ya dosa sih. Kalau cuma bahan obrolan untuk mencari solusi yang baik dalam menjalankan hidup ini. Karena hidup ini antara baik dan buruk. Kita jalan baik, ya masih di benci orang. Jalan buruk, ya parah di benci orang. Hidup ini ada manusia yang perilakunya buruk banget, ya kaya setan perilakunya," kata Eko.
"Ya kalau begitu sih. Sekedar obrolan saja. Ada seorang Ustad, ya Bapak-bapak dan ada dua orang pemuda. Pemuda yang pertama itu diam, tapi ilmu banyak. Pemuda yang kedua, ya paham ilmu agama, tapi diam. Ustad mengajarkan beberapa aturan agama yang lain, ya bisa keluar dari aturan ajaran agama. Pemuda yang pertama yang banyak ilmu, ya diam, ya tidak ingin ikut campur ulah Ustad tersebut. Pemuda yang kedua, ya paham ilmu agama, ya tetap diam. Pemuda yang kedua itu, ya lebih baik diam dari pada bicara, ya takut menyinggung Ustad itu, ya kalau pemuda itu mau membenarkan dari kesalahannya Ustad itu. Ustad Makin jadi-jadi, ya pemuda yang pertama, ya yang ilmu banyak, ya tadi diam berkata "Kalau begitu aku pinta struktur dari organisasi mesjid ini. Aku periksa seluruh sistem kerja mesjid ini". Ustad itu kaget karena ulahnya itu membuat pemuda berbicara ketegasan. Pemuda pertama itu, ya sebenarnya gertak sambel saja karena pemuda itu sebenarnya sudah tahu ulah Ustad itu dengan baik," kata Budi.
"Ooooo begitu ceritanya. Ya kalau cerita tentang Ustad yang begini dan begitu, ya aku tahu itu Budi. Nama juga manusia yang tidak luput dari kesalahan. Bisa di bilang kebelingeran Ustad itu," kata Eko.
"Kalau aku inget sih, ya ada omongan dari film Wali Songo, ya omongan Sunan Kalijaga yang berkata pada Syehk Siti Jenar "Kalau saudara dengan ilmu saudara, ya sesat sendiri tidak masalah. Kalau ilmu itu di ajarkan pada manusia lain, ya maka berdampak kesesatan pada manusia lain tambah banyak"....," kata Budi.
"Sesat satu orang bisa di tanggulangi dengan baik. Bisa di benarkan. Kalau kesesatan banyak, ya tidak bisa di tanggulangi. Karena ada sifat manusia itu keras kepala, ya ngeyel bahwa ajaran yang di yakini benar. Padahal ajaran itu salah," kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Emang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Dua pemuda itu, ya tidak peduli dengan Ustad itu, ya pergi saja. Tidak mau membuat perkara," kata Budi.
"Ya dengan punya ilmu, ya jadi bisa berpikir jernih dengan baik. Pemuda itu lebih baik menjauh dari Ustad itu," kata Eko.
"Ya bisa di bilang gitu sih omongan Eko. Ya sudah lah lebih baik aku bercerita pake wayang!" kata Budi.
"Jadi aku jadi penonton yang baik!" kata Eko.
Budi mengambil wayang yang di taruh di kursi, ya wayang di mainkan dengan baik dan bercerita dengan baik gitu. Eko menonton pertunjukkan wayang Budi dengan baik gitu.
Isi cerita yang di ceritakan Budi :
Pada tahun 1939, pemilik tanah Suffolk Edith Pretty menyewa arkeolog-ekskavator otodidak lokal Basil Brown untuk menangani gundukan pemakaman besar di tanah pedesaannya di Sutton Hoo dekat Woodbridge. Pada awalnya, dia menawarkan uang yang sama yang dia terima dari Museum Ipswich, upah pertanian, tetapi dia mengatakan itu tidak memadai ; jadi dia menaikkan tawarannya sebesar 12% menjadi £2 seminggu (sekitar £120 pada tahun 2020), yang dia terima.
Mantan majikannya gagal membujuk Brown untuk bekerja di vila Romawi yang mereka anggap lebih penting. Mereka mengabaikan Brown, yang meninggalkan sekolah pada usia 12 tahun, ketika dia menyarankan gundukan itu mungkin Anglo - Saxon daripada era Viking yang lebih umum .
Bekerja dengan asisten dari perkebunan Pretty, Brown perlahan menggali gundukan yang lebih menjanjikan. Suatu hari parit runtuh menimpanya, ya tetapi mereka menggalinya tepat waktu. Sementara itu, dia menghabiskan lebih banyak waktu dengan Edith, seorang janda, dan putranya yang masih kecil Robert, menemukan minat yang sama dalam arkeologi dan astronomi dengan mereka. Namun, dia tidak menjadi tidak setia kepada istrinya, dan kami melihat bahwa mereka adalah pasangan yang bersahabat. Dia mendukung pekerjaannya sebagai ekskavator meskipun upahnya rendah. Sementara itu, Edith berjuang dengan kesehatannya, diperingatkan oleh dokternya untuk menghindari stres.
Brown tercengang menemukan paku keling besi dari sebuah kapal, menunjukkan bahwa itu adalah situs pemakaman seseorang yang sangat terhormat, seperti seorang raja. Arkeolog lokal terkemuka James Reid Moir mencoba untuk bergabung dalam penggalian tetapi ditolak; Edith malah mempekerjakan sepupunya Rory Lomax untuk bergabung dengan proyek tersebut. Berita tentang penemuan itu segera menyebar, dan arkeolog Cambridge Charles Phillips tiba, menyatakan situs itu sebagai kepentingan nasional, dan mengambil alih penggalian atas perintah Kantor Pekerjaan.
Saat Perang Dunia II mendekat, Phillips membawa tim besar, termasuk Peggy Piggott, yang mengungkap bukti bahwa itu adalah asal Anglo-Saxon. Brown diturunkan untuk hanya menjaga situs agar tetap teratur, tetapi Edith campur tangan dan dia melanjutkan penggalian. Brown menemukan Tremissis Merovingin, koin emas kecil dari Zaman Kuno Akhir, dan Phillips menyatakan situs itu memiliki signifikansi sejarah utama. Phillips ingin mengirim semua artefak ke British Museum, tetapi Edith, yang prihatin dengan serangan perang di London, ya menegaskan haknya. Temuan pemeriksaan menegaskan bahwa dia adalah pemilik kapal dan harta karunnya yang tak ternilai dari barang-barang kuburan, tapi dia putus asa karena kesehatannya terus menurun.
Peggy, diabaikan oleh suaminya Stuart, memulai percintaan dengan Rory, tetapi dia segera dipanggil oleh Royal Air Force. Edith memutuskan untuk menyumbangkan harta Sutton Hoo ke British Museum, meminta agar Brown diberi pengakuan atas karyanya. Film berakhir dengan Brown dan rekan kerjanya menggantikan bumi di atas kapal untuk melestarikannya.
Saat kredit akhir dimulai, teks menjelaskan nasib Edith dan objek yang dipulihkan. Edith meninggal pada tahun 1942. Harta karun itu disembunyikan di London Underground selama perang dan pertama kali dipamerkan—tanpa menyebutkan Basil Brown—sembilan tahun setelah kematian Edith. Baru-baru ini Brown diberi penghargaan penuh atas kontribusinya dan namanya sekarang ditampilkan secara permanen di samping Pretty's di British Museum.
***
Budi cukup lama bercerita pake wayang, ya akhirnya selesai gitu. Ya wayang di taruh di kursi sama Budi. Eko memuji pertunjukkan wayangnya Budi, ya begitu juga dengan ceritanya, ya bagus gitu.
"Main catur Budi!" kata Eko.
"Ya main catur!" kata Budi.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.
"Karena kita ini cuma lulusan SMA, ya jadi di remehkan orang-orang yang tinggi ilmu, ya kan Eko?" kata Budi.
"Ya terkadang seperti itu, ya hidup ini, ya di remehkan sama orang-orang, ya dasarnya ilmu dan ngomong pun pake tersamar untuk meremehkan kita. Sabar aja ujian hidup ini. Hidup ini antara baik dan buruk," kata Eko.
"Padahal kalau orang banyak ilmu. Apa bentuk omongan manusia baik dan buruk, ya sudah di teliti dengan baik. Ya bisa di simpulkan bentuk kritik saja. Orang punya ilmu banyak berkata "Ya gelar Sarjana hanya bentuk gelar urusan dunia ini saja. Tidak perlu di lebih-lebih kan pujian nya"...," kata Budi.
"Ini lah hidup ini. Ada yang tidak peduli gelar Sarjana, ya padahal sudah mendapat gelar Sarjana. Ada yang masih peduli gelar Sarjana, ya sampai puji-pujiannya demi urusan kerjaan sampai jabatan di kerja. Ya bisa bilang gelar Sarjana itu, ya kualitas diri dari orang berpendidikan," kata Eko.
"Kayanya omongannya sudah terlalu tinggi," kata Budi.
"Jadi fokus main catur saja!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko, ya main catur dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment