Budi duduk di teras depan rumahnya, ya sambil melihat keadaan lingkungan dengan baik.
"Baca buku ah!" kata Budi.
Budi mengambil buku di meja, ya buku di buka dengan baik, ya di pilih-pilih dengan baik cerpen yang ingin di baca. Terpilihlah salah satu cerpen yang di baca Budi dengan baik.
Isi cerita yang di baca Budi :
Prosesi musik Kristen menunggu dengan balok tahu simbolis di luar penjara untuk pembebasan Lee Geum-ja, ya seorang tahanan wanita yang telah di reformasi. Di hukum karena penculikan dan pembunuhan seorang anak sekolah berusia 6 tahun, Won-mo, 13 tahun sebelumnya, Geum-ja menjadi sensasi nasional karena usianya yang masih muda, penampilan seperti malaikat, dan pengakuan yang bersemangat atas kejahatan tersebut. Namun, dia menjadi model inspirasional untuk reformasi tahanan selama penahanannya, dan transformasi spiritualnya membuatnya dibebaskan lebih awal. Gratis, dia sekarang berniat membalas dendam.
Geum-ja dengan cepat menunjukkan bahwa perilaku "baik hati" di penjara adalah kedok untuk mendapatkan bantuan dan melanjutkan rencana balas dendamnya. Dia mengunjungi narapidana lain yang dibebaskan, meminta bantuan yang mencakup makanan, tempat tinggal, dan senjata. Dia mulai bekerja di toko kue dan mulai berselingkuh dengan asisten toko muda, Geun-Shik, yang akan seusia dengan Won-mo, seandainya dia hidup.
Terungkap bahwa Geum-ja tidak mencekik Won-mo. Detektif dalam kasusnya menyadari bahwa dia tidak bersalah, tetapi membantunya memalsukan detail TKP untuk memastikan pengakuannya terlihat kredibel. Sebagai siswa sekolah menengah muda, Geum-ja telah hamil dan, takut untuk pulang ke orang tuanya, berbalik ke Tuan Baek, seorang guru dari sekolahnya, untuk bantuan. Tuan Baek mengharapkan Geum-ja untuk memberikan seks dan membantu dalam raket penculikannya sebagai balasannya. Dia menggunakannya untuk memikat Won-mo yang berusia 5 tahun kepadanya, dengan maksud untuk menebus anak itu, tetapi membunuh anak itu. Dia kemudian menculik bayi perempuan Geum-ja dan mengancam akan membunuh bayi itu jika Geum-ja tidak disalahkan. Dia telah menghabiskan waktunya di penjara merencanakan balas dendam pada Tuan Baek atas pembunuhan Won-mo, menyebabkan anak Geum-ja tumbuh tanpa seorang ibu, dan mengirimnya ke penjara.
Geum-ja mengetahui bahwa putrinya diadopsi oleh orang tua Australia. Jenny, sekarang seorang remaja, tidak bisa berbahasa Korea dan awalnya tidak memeluk ibunya, meskipun dia kembali dengan Geum-ja ke Seoul untuk terikat. Geum-ja berencana untuk menculik dan membunuh Pak Baek, sekarang menjadi guru anak-anak di sebuah prasekolah, dengan bantuan istrinya, mantan narapidana lainnya. Pak Baek menyewa preman untuk membunuh Geum-ja dan Jenny tapi Geum-ja membunuh mereka dan Pak Baek ditundukkan.
Tuan Baek bangun dengan terikat di kursi di gedung sekolah yang ditinggalkan. Di tali ponselnya, Geum-ja menemukan marmer oranye dari TKP Won-mo, yang telah di ambil sebagai piala, dan ngeri melihat pernak-pernik anak-anak lain juga di tali itu. Setelah menembaknya di kedua kaki, dia menemukan kaset tembakau di apartemennya dari anak-anak lain yang telah dia bunuh. Dia tidak menjadi bagian dari raket tebusan ; dia akan menculik dan membunuh seorang anak dari setiap sekolah tempat dia bekerja karena dia menganggap mereka menjengkelkan. Setelah membunuh masing-masing, dia akan memalsukan panggilan tebusan kepada orang tua, mengumpulkan uang, dan pindah ke sekolah yang berbeda.
Muak karena empat anak lagi meninggal karena Geum-ja tidak menyerahkan pembunuh sebenarnya 13 tahun lalu, Geum-ja dan detektif kasus awal menghubungi orang tua dan kerabat anak-anak yang hilang ke sekolah. Setelah menonton setiap rekaman, kelompok tersebut memutuskan untuk membunuh Pak Baek bersama. Mereka bergiliran memukuli, memutilasi, dan menyiksanya sampai dia mati, lalu berfoto bersama, memastikan bahwa tidak ada dari mereka yang dapat menyerahkan yang lain tanpa melibatkan diri mereka sendiri. Mereka kemudian mengubur mayat di luar.
Geum-ja, detektif, dan kerabat semua berkumpul di toko roti Geum-ja. Setelah itu, dia melihat hantu anak yang terbunuh yang kemudian berubah menjadi dirinya yang sudah dewasa (usia yang seharusnya jika dia hidup). Belakangan, dia bertemu Jenny dan menginstruksikan putrinya untuk hidup murni, seperti tahu. Dia membenamkan wajahnya dalam kue berlapis frosting berwarna putih dan menangis saat Jenny memeluknya.
***
Budi selesai baca buku, ya buku di taruh di meja. Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan. Eko datang ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik motornya di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Hidup ini. Kebohongan saja tetap berjalan dengan baik. Kenapa ya Eko?" kata Budi.
"Main teka-teki omongan, ya kan Budi?" kata Eko.
"Teka-teki omongan. Apa yang di maksud, ya misteri?" kata Budi.
"Ya demi hidup ini. Kebohongan tetap di jalankan dengan baik. Ada yang menyakini benar dan ada tidak percaya sama sekali. Tetap demi tujuan ini dan itu. Yang membangun kebohongan juga, ya orang tua dari dulu sampai sekarang dan generasi sampai sekarang merasakan kebohongan yang di bangun orang tua. Tapi bagi yang tahu, ya kebohongan ini dan itu, ya menyesal memilih jalan tersebut. Demi ini dan itu, ya di jalankan dengan baik. Pada akhirnya buta dengan kehidupan ini lebih baik di jalankan dengan baik," kata Eko.
"Tidak ada pilihan. Tetap kebohongan di jalankan. Yang tahu keluar dari kebohongan demi jalan di kejujuran demi hidup ini ternyata kesepian karena hanya sendirian. Pada akhir ikut lagi di jalan kebohongan demi hidup ini, ya di butakan segalanya," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Memang sekedar obrolan SMA!" kata Eko.
"Kejamnya telah di bohongin sama orang tua yang membangun ini dan itu, ya demi ini dan itu. Generasi masih buta segalanya," kata Budi.
"Ya tidak bisa di omongin lagi, ya sudah terlanjur kebohongan berjalan dengan baik," kata Eko.
"Manusia tetap manusia. Tergila-gila ini dan itu," kata Budi.
"Memang manusia itu, ya mudah larut pada kebutaan ini dan itu, ya jadinya tergila-gila. Maka manusia itu membuat kehancuran ini dan itu, ya buta pikiran," kata Eko.
"Ya kalau begitu main catur saja!" kata Budi.
"OK. Main catur saja!" kata Eko.
Budi mengambil buku di meja, ya buku di taruh di bawah meja. Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.
"Manusia itu di nilai tetap dari sisi kekayaan, ya kan Eko?" kata Budi.
"Ya memang kenyataannya begitu sih. Manusia masih menilai dari sisi kekayaan ini dan itu, ya jadi manusia itu jatuh pada rasa iri pada kekayaan manusia lain. Bagi yang sadar, ya seperti kita ini. Jalan hidup, ya kesederhanaan lebih baik!" kata Eko.
"Kesederhanaan lebih baik!" kata Budi
Budi dan Eko, ya main catur dengan baik.
No comments:
Post a Comment