CAMPUR ADUK

Thursday, November 10, 2022

HOOSIERS

Eko duduk di teras depan rumahnya, ya setelah nonton Tv di ruang tengah. 

"Nyanyi ah!" kata Eko. 

Eko mengambil gitar di samping kursi, ya gitar di mainkan dan bernyanyi dengan baik. 

Lirik lagu yang di nyanyikan Eko dengan. Judul 'Rumah Kita' :

"Hanya bilik bambu tempat tinggal kitaTanpa hiasan, tanpa lukisanBeratap jerami, beralaskan tanahNamun, semua ini punya kitaMemang semua ini milik kita sendiri
Hanya alang-alang pagar rumah kitaTanpa anyelir, tanpa melatiHanya bunga bakung tumbuh di halamanNamun, semua itu punya kitaMemang semua itu milik kita
Haruskah kita beranjak ke kotaYang penuh dengan tanya?
Lebih baik di siniRumah kita sendiriSegala nikmat dan anugerah Yang KuasaSemuanya ada di siniRumah kita
Lebih baik di siniRumah kita sendiriSegala nikmat dan anugerah Yang KuasaSemuanya ada di siniRumah kita
Lebih baik di siniRumah kita sendiriSegala nikmat dan anugerah Yang KuasaSemuanya ada di sini
Lebih baik di siniRumah kita sendiriSegala nikmat dan anugerah Yang KuasaSemuanya ada di siniRumah kita
Rumah kita"

***

Eko selesai menyanyi dan main gitar, ya gitar di taruh di samping kursi. Eko mengambil gelas berisi kopi, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Emmm," kata Eko. 

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Baca buku ah!" kata Eko. 

Eko mengambil buku di meja, ya buku di buka dengan baik, ya di pilih dengan baik cerpen yang ingin di baca. Terpilihlah salah satu cerpen yang di baca Eko dengan baik gitu. 

Isi cerita yang di baca Eko :

Pada tahun 1951, Norman Dale tiba di pedesaan Hickory, Indiana. Teman lamanya, kepala sekolah menengah Cletus Summers, telah mempekerjakannya sebagai guru kewarganegaraan dan sejarah dan sebagai pelatih kepala bola basket.

Penduduk kota, yang menyukai bola basket, kecewa karena pemain terbaik Hickory, Jimmy Chitwood, telah meninggalkan tim setelah kematian pelatih sebelumnya, yang telah menjadi ayah pengganti Jimmy. Pada pertemuan dan sapa, Dale memberi tahu penduduk kota bahwa dia dulu melatih bola basket perguruan tinggi. Keesokan harinya, rekan guru Myra Fleener memperingatkan Dale untuk tidak merekrut Jimmy. Dia mendorong Jimmy untuk fokus hanya pada studinya sehingga dia akan memiliki masa depan yang jauh dari Hickory.

Sekolah kecil itu hanya memiliki tujuh pemain. Pada latihan pertama, Dale menolak Buddy Walker karena kekasaran, menyebabkan pemain lain, Whit Butcher, keluar sebagai protes. Dale mulai mengebor yang lain (Rade Butcher, Merle Webb, Everett Flatch, Strap Purl, dan manajer peralatan Ollie McLellan) dengan dasar-dasar dan pengkondisian tetapi tanpa latihan atau menembak, yang membuat Huskers kecewa. Whit kemudian meminta maaf kepada Dale dan bergabung kembali dengan tim.

Dale menginstruksikan Huskers untuk mengoper empat kali sebelum menembak. Selama pembuka musim, Rade tidak patuh dan berulang kali membuat keranjang tanpa melewati terlebih dahulu. Dale mencadangkannya untuk sisa pertandingan, bahkan ketika Merle melakukan pelanggaran, hanya menyisakan empat Husker di lantai. Dalam permainan berikutnya, ketika pemain lawan menusuk dada Dale selama argumen di lapangan, Rade melompat ke pertahanannya dan memukul pemain tersebut. Selama pertengkaran itu, Kepala Sekolah Summers, yang bertindak sebagai asisten pelatih, menderita serangan jantung ringan. Dale selanjutnya mengikis dukungan komunitas dengan menggunakan gaya bertahan yang lambat yang tidak segera membuahkan hasil. Dale juga kehilangan kesabaran di lapangan dan dikeluarkan dari dua pertandingan.

Dengan Summers berbaring, Dale meminta mantan Husker Wilbur "Shooter" Flatch, ayah pecandu alkohol Everett, untuk menjadi asisten pelatihnya, dengan persyaratan agar Shooter sadar selama semua pertandingan dan latihan. Shooter setuju, dengan syarat Dale tidak dikeluarkan dari game lagi. Pilihan Penembak Dale mengacaukan kota dan mempermalukan Everett.

Pertengahan musim, warga kota yang tidak puas memutuskan untuk memberikan suara untuk memecat Dale. Sebelum pertemuan, Fleener, merasakan sesuatu yang salah mengenai masa lalu Dale, mengungkap informasi bertahun-tahun tentang dia memukul pemain dan dilarang melatih. Namun, Fleener memilih untuk tidak mengungkapkan fakta ini kepada penduduk kota, alih-alih memberi tahu mereka di pertemuan untuk memberi Dale kesempatan lagi. Namun demikian, mereka memilih untuk memecat pelatih. Kemudian Jimmy Chitwood datang dan mengumumkan dia akan bergabung kembali dengan tim, tetapi hanya jika Dale tetap sebagai pelatih. Pemungutan suara baru diambil, dan penduduk sangat memilih untuk mempertahankan Dale.

Setelah Jimmy kembali, Huskers yang dihidupkan kembali mengumpulkan serangkaian kemenangan. Untuk membuktikan kepada penduduk kota (dan kepada Penembak sendiri) nilai Penembak bagi tim, Dale dengan sengaja dikeluarkan dari permainan. Ini memaksa Shooter untuk merancang permainan yang membantu Hickory menang pada tembakan detik terakhir.

Meskipun kemunduran saat Shooter kambuh, tim maju melalui turnamen negara bagian dengan kinerja Jimmy yang kuat. Pemain tanpa tanda jasa, seperti Ollie pendek dan Strap yang taat beragama, juga berkontribusi. Hickory mencapai pertandingan kejuaraan di Indianapolis. 

Di Butler Fieldhouse, dan sebelum kerumunan terbesar yang pernah mereka lihat, Huskers menghadapi peluang panjang untuk mengalahkan South Bend Central Bears yang sangat disukai, yang memiliki pemain lebih tinggi dan lebih atletis. Setelah tertinggal, Hickory berjuang kembali dan mengikat permainan hanya dengan beberapa detik tersisa. Dale menyebut batas waktu terakhir timnya dan mengatur permainan agar Jimmy melakukan tembakan terakhir. Dia mencetak skor saat bel permainan berbunyi, dan Hickory memenangkan kejuaraan negara bagian Indiana 1952. Beberapa saat setelah pertandingan, foto hitam-putih besar Pelatih Dale dan tim dengan trofi kejuaraan negara bagian mereka terlihat tergantung di gimnasium SMA Hickory, dengan sulih suara dari Dale yang menyatakan, "Aku cinta kalian."

***

Eko selesai baca buku, ya buku di taruh di meja. Eko menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah. Budi dateng ke rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Eko lah. Budi duduk dengan baik, ya dekat Eko.

"Ada omongan orang tentang, ya lulusan Sarjana tidak menjamin mendapatkan kerjaan," kata Budi. 

"Tujuan sekolah itu. Jadi pinter apa kerja?" kata Eko. 

"Kok jadi nanyain tujuan sekolah?" kata Budi. 

"Jawab pertanyaan aku dulu!" kata Eko. 

"OK. Aku jawab. Tujuan sekolah, ya jadi pinter kan," kata Budi. 

"Jadi pinter kan. Bukan kerja. Berarti pendidikan Universitas, ya sampai Sarjana dengan tujuan adalah membuat manusia jadi pinter," kata Eko. 

"Iya juga kalau di pikir dengan baik tujuannya membuat manusia jadi pinter. Gimana dengan urusan kerjaan?" kata Budi. 

"Manusia sudah pintar. Pilihannya ada dua. Satu...menciptakan pekerjaan, ya jadi Bos. Atau kedua....mencari pekerjaan di tempat kerjaan yang di buat orang pinter dari sistem pemerintahan sampai swasta, ya jadinya pegawai atau karyawan gitu," kata Eko. 

"Ya jadinya. Hidup adalah pilihan. Berarti tergantung dari kepintaran manusia untuk kerja, ya menghasilkan uang. Penjelasan Eko itu, ya kaya Dosen," kata Budi. 

"Aku cuma lulusan SMA," kata Eko. 

"Sama dengan aku cuma lulusan SMA," kata Budi. 

"Yang punya gelar Sarjana, ya harusnya kerja di tempat kerjaan yang sesuai dengan kerjaannya untuk menunjukkan nilai profesional dari pendidikan ke kerjaan, ya ternyata kan tidak. Contoh : artis gelar Sarjana Dokter. Kerjaannya seharusnya jadi Dokter di rumah sakit. Ternyata kerjaannya jadi penyanyi atau pemain sinetron," kata Eko. 

"Keadaan lah. Yang membuat seseorang tidak bisa bekerja, ya sesuai dengan pendidikannya," kata Budi. 

"Hidup ini berlomba-lomba. Yang pintar mendapatkan keinginannya dengan baik," kata Eko. 

"Omongan Eko. Benar lah. Kalau ngomongin artis yang gelar Sarjana, ya sama aja promosiin pendidikan Universitas," kata Budi. 

"Ya sama strategi promosi. Kerjaan orang pinter di balik layar. Pendidikan juga lulusan Universitas," kata Eko. 

"Sekarang permainan!" kata Budi. 

"Permainan Budi," kata Eko. 

"Pilih artis yang di sukai gitu. Artisnya, ya cewek lah. Artis Rara, Rani dan Putri. Dari ketiganya mana yang paling di sukai Eko?" kata Budi. 

"Purnama," kata Eko. 

"Kenapa Purnama?" kata Budi. 

"Masalah aku takut sama Purnama. Takut marahnya Purnama. Gara-gara aku milih cewek yang di sebutkan Budi," kata Eko. 

"Sekedar permainan saja. Kan Purnama tidak ada di sini!" kata Budi. 

"OK. Aku pilih dengan baik. Rani. Tidak ada alasannya kenapa milih Rani!" kata Eko. 

"Rani!. Pilihan Eko. Ok. Sedangkan pilihan ku. Rani boleh, ya cantik sih. Rara boleh, ya cantik sih. Putri boleh, ya cantik sih. Ya sudah ah milih Rani saja karena pernah main di lawak Anak Sekolah," kata Budi. 

"Ikut-ikutan saja!" kata Eko. 

"Bearin aku suka ikut-ikutan," kata Budi. 

"Kaya anak kecil...Budi," kata Eko. 

"OK. Permainan pilih artis yang di sukai selesai!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

Abdul dateng ke rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik di rumah Eko. Abdul duduk dengan baik, ya dekat Budi dan Eko. Ketiganya sepakat main kartu remi, ya main permainan kartu remi, ya cangkulan gitu. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK