Malam yang gelap bertabur bintang di langit, ya indah di lihat. Abdul dan Budi duduk di depan rumah Budi, ya sambil minum kopi dan juga makan gorengan.
"Ngomong-ngomong Abdul. Apa Abdul sudah jatuh hati dengan cewek, ya saat pengajian muda mudi di mesjid?" kata Budi.
"Aku kan fokus ngaji. Tidak lagi nyari jodoh," kata Abdul.
"Ya kemungkinan itu ada kan?!" kata Budi.
"OK. Kemungkinan itu ada. Aku jatuh hati dengan cewek di pengajian muda mudi," kata Abdul.
"Pertanyaan ku. Gimana dengan Putri?" kata Budi.
"Putri. Harapan sih ingin jadian sama Putri. Tapi jika harapan itu tidak terjadi. Karena jarak dan waktu. Atau alasan yang lain. Mungkin, ya Putri memilih cowok yang ia sukai," kata Abdul.
"Ya kemungkinan sih. Putri memilih cowok yang ia sukai. Kaya contohnya : berita tentang artis, ya cewek milih cowok yang ia sukai dari segi karir dan kaya," kata Budi.
"Zaman sekarang. Kaya itu, ya jaminan kehidupan untuk menjalankan hidup ini lebih baik, ya berkecukupan," kata Abdul.
"Abdul beneran jatuh hati sama cewek sholeha. Berarti bisa melupakan Putri, ya kan Abdul?" kata Budi.
"Ya bisalah melupakan Putri. Ya kalau aku benar-benar jatuh hati, ya pada cewek sholeha," kata Abdul.
"Bisa melupakan Putri. Seandainya?!" kata Budi.
"Seandainya apa?" kata Abdul.
"Seandainya. Putri menjadi cewek sholeha, ya menutup auratnya, ya pake pakaian muslinah gitu. Gimana Abdul?" kata Budi.
"Kalau itu sih. Putri berubah jadi cewek lebih baik, ya paham ilmu agama. Ya aku jadi bingung. Memilih cewek sholeha yang aku inginkan jadinya?" kata Abdul.
"Jangan bingung Abdul. Ini kan cuma seandainya, ya permainan gitu!" kata Budi.
"Ya aku milih Putri!" kata Abdul.
"Kalau begitu. Abdul tidak bisa melupakan Putri dong?!" kata Budi.
"Karena Putri. Jadi lebih baik. Ya aku terkesan banget jadinya," kata Abdul.
"Terkesan banget toh!" kata Budi.
Budi mengambil foto yang di selipkan di buku, ya buku ada di meja.
"Gimana dengan foto ini?!" kata Budi.
Budi memberikan foto ke Abdul. Ya Abdul mengambil foto dari tangan Budi. Foto di lihat Abdul dengan seksama.
"Foto Putri yang sedang sholat. Ya pake mukenah," kata Abdul.
"Foto itu diambil Erwin. Pada masa SMA. Ya memang saat itu....Putri lagi sholat di musolah yang ada di sekolah," kata Budi.
"Saat SMA. Putri belum berhijab," kata Abdul.
"Memang saat SMA, ya Putri belum berhijab. Ya tetap menjalankan ibadah sebagai umat Islam yang baik. Berdasarkan kabar dari Erwin yang berada di Jakarta. Putri menjalankan kuliah di Jakarta. Putri sudah berhijab. Ya terketuk hatinya untuk berhijab. Jadinya Putri sudah terbiasa make pakaian muslinah, ya seperti cewek-cewek yang paham ilmu agama," kata Budi.
"Hijrah ke lebih baik," kata Abdul.
"Sama halnya cerita artis yang memutuskan berhijab. Ya hijrah," kata Budi.
"Bagus lah Putri. Menjadi cewek sholeha," kata Abdul.
Abdul memberikan foto pada Budi.
"Fotonya Abdul simpan saja. Kan Abdul yang menyukai Putri. Kenyataan Putri telah berubah menjadi cewek sholeha. Gimana Abdul?" kata Budi.
"Cewek yang susah untuk di lupakan. Putri sudah menjadi cewek sholeha. Fotonya aku simpan!" kata Abdul.
"Emmm," kata Budi.
Abdul memasukkan foto ke dalam saku bajunya.
"Kalau aku bercerita pake wayang, ya sekedar cerita gitu!" kata Budi.
"Baiklah. Aku jadi penonton yang baik gitu!" kata Abdul.
Budi mengambil wayang yang di taruh di kursi. Ya Budi memainkan wayang dengan baik, ya bercerita dengan baik pula lah. Abdul menonton pertunjukkan wayangnya Budi dengan baik lah.
Isi cerita yang di ceritakan Budi :
Orang tua Mortimer "Mo" Folchart dan istrinya Teresa "Resa" Folchart membacakan dongeng "Little Red Riding Hood" kepada bayi perempuan mereka Meggie, saat tudung beludru merah muncul dari udara tipis. Dua belas tahun kemudian, Meggie mengunjungi toko buku tua di Eropa bersama ayahnya, tidak menyadari bahwa dia diam-diam mencari salinan buku Inkheart. Tak lama setelah Mo menemukan buku itu, Meggie bertemu dengan seekor marten bertanduk di luar toko dan mencoba menggigit jarinya. Seorang pria tiba-tiba muncul dari bayang-bayang, mengaku sebagai teman lama. Mo keluar dari toko, mengenali pria itu sebagai Dustfinger, yang dengan cepat memintanya untuk "membacanya kembali ke dalam buku". Mo melarikan diri dengan Meggie.
Mo mengajak Meggie mengunjungi bibi buyutnya Elinor di Italia. Di sana dia memberi tahu Meggie bahwa sembilan tahun yang lalu, saat membacakan untuknya dari Inkheart, dia secara tidak sengaja membawa Dustfinger keluar dari dunia buku dan ke dunia tempat tinggal Mo dan Meggie, melalui hadiah yang dia miliki sejak lahir. Sayangnya, penjahat buku itu, Capricorn, dan salah satu anteknya, Basta, juga dikeluarkan dari buku. Melarikan diri dengan bayi perempuannya, Mo menyadari istrinya Resa telah dibawa ke dalam buku. Capricorn tiba dengan Basta, yang menangkap kelompok itu, menghancurkan perpustakaan Elinor dan mengambil Inkheart. Mo, Meggie, dan Elinor dibawa ke kastil baru Capricorn di dunia "nyata".
Selama penahanan mereka, Mo menjelaskan hadiahnya kepada Meggie dan Elinor, menyatakan bahwa ketika dia membaca seseorang atau objek dari sebuah buku, seseorang dari dunia nyata dikirim ke dalamnya, maka istrinya menghilang. Capricorn memaksa Mo untuk menggunakan hadiahnya, memperoleh harta karun dari salah satu cerita di The Arabian Nights dan memenjarakan Farid, salah satu dari 40 Pencuri. Dustfinger, yang dijanjikan kembali ke buku, dikhianati oleh Capricorn. Kelompok itu melarikan diri menggunakan tornado dari The Wonderful Wizard of Oz.
Orang tua Mortimer "Mo" Folchart dan istrinya Teresa "Resa" Folchart membacakan dongeng "Little Red Riding Hood" kepada bayi perempuan mereka Meggie, saat tudung beludru merah muncul dari udara tipis. Dua belas tahun kemudian, Meggie mengunjungi toko buku tua di Eropa bersama ayahnya, tidak menyadari bahwa dia diam-diam mencari salinan buku Inkheart. Tak lama setelah Mo menemukan buku itu, Meggie bertemu dengan seekor marten bertanduk di luar toko dan mencoba menggigit jarinya. Seorang pria tiba-tiba muncul dari bayang-bayang, mengaku sebagai teman lama. Mo keluar dari toko, mengenali pria itu sebagai Dustfinger, yang dengan cepat memintanya untuk "membacanya kembali ke dalam buku". Mo melarikan diri dengan Meggie.
Mo mengajak Meggie mengunjungi bibi buyutnya Elinor di Italia. Di sana dia memberi tahu Meggie bahwa sembilan tahun yang lalu, saat membacakan untuknya dari Inkheart, dia secara tidak sengaja membawa Dustfinger keluar dari dunia buku dan ke dunia tempat tinggal Mo dan Meggie, melalui hadiah yang dia miliki sejak lahir. Sayangnya, penjahat buku itu, Capricorn dan salah satu anteknya, Basta, juga dikeluarkan dari buku. Melarikan diri dengan bayi perempuannya, Mo menyadari istrinya Resa telah dibawa ke dalam buku. Capricorn tiba dengan Basta, yang menangkap kelompok itu, menghancurkan perpustakaan Elinor dan mengambil Inkheart. Mo, Meggie, dan Elinor dibawa ke kastil baru Capricorn di dunia "nyata".
Selama penahanan mereka, Mo menjelaskan hadiahnya kepada Meggie dan Elinor, menyatakan bahwa ketika dia membaca seseorang atau objek dari sebuah buku, seseorang dari dunia nyata dikirim ke dalamnya, maka istrinya menghilang. Capricorn memaksa Mo untuk menggunakan hadiahnya, memperoleh harta karun dari salah satu cerita di The Arabian Nights, dan memenjarakan Farid, salah satu dari 40 Pencuri. Dustfinger, yang dijanjikan kembali ke buku, dikhianati oleh Capricorn. Kelompok itu melarikan diri menggunakan tornado dari The Wonderful Wizard of Oz.
***
Ya Budi cukup lama bercerita pake wayang, ya akhirnya selesai juga. Budi menaruh wayang di kursi kosong. Abdul, ya memuji pertunjukkan wayang Budi lah. Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Ya ketiga, ya sepakat untuk main kartu remi dengan baik lah.
No comments:
Post a Comment