CAMPUR ADUK

Monday, September 19, 2022

STARDUST

Budi dan Eko, ya duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum teh dan makan gorengan lah. 

"Berita di Tv tentang berita kematian ini dan itu. Di ceritakan dengan baik," kata Budi. 

"Nama juga berita!" kata Eko. 

"Ternyata Malaikat dateng setiap kematian manusia," kata Budi. 

"Bagi belajar ilmu agama dengan baik. Pasti berkata "Malaikat dateng pada kematian manusia"....., " kata Eko. 

"Mungkin kalau sisi ajaran lain. Yang dateng pada manusia yang meninggal itu, ya Dewa," kata Budi. 

"Dewa Kematian," kata Eko. 

"Manusia yang telah waktunya mati, ya meninggalkan dunia ini. Keluarga, ya harus mengikhlaskan kepergiannya manusia yang mati itu, ya untuk selamanya!" kata Budi. 

"Harus mengikhlaskan!" kata Eko. 

"Manusia lain mendengarkan omongan kita. Ya menganggap Malaikat itu kenapa tidak dapat di lihat oleh mata manusia. Tapi terus di omongin terus sama kita?" kata Budi. 

"Nabi melihat Malaikat. Tapi kenapa umatnya tidak bisa melihat Malaikat, kenapa?" kata Eko. 

"Misteri???" kata Budi. 

"Ya memang misteri???" kata Eko. 

"Bagi manusia yang melampaui batasan manusia, ya manusia itu bisa melihat Roh. Ya Roh itu Malaikat!" kata Budi. 

"Bagi yang punya ilmu!" kata Eko. 

"Sekedar obrolan lulusan SMA!" Kara Budi. 

"Aku paham omongan Budi!" kata Eko. 

"Kalau begitu. Aku bercerita pake wayang. Sekedar bercerita saja!" kata Budi. 

"Ya aku jadi penonton yang baik!" kata Eko. 

Budi mengambil wayang yang di taruh di kursi, ya wayang di mainkan dengan baik sama Budi dan bercerita dengan baik lah. Eko memuji pertunjukkan wayangnya Budi, ya dengan baik lah. 

Isi cerita yang ceritakan Budi :

Desa Tembok Inggris terletak di dekat tembok batu yang berbatasan dengan kerajaan magis Stormhold. Seorang penjaga mencegah siapa pun menyeberang. Dunstan Thorne menipu penjaga dan menyeberangi tembok ke pasar. Dia bertemu dengan seorang putri yang diperbudak bernama Una, yang menawarinya tetesan salju kaca untuk ditukar dengan ciuman. Mereka menghabiskan malam bersama. Sembilan bulan kemudian, penjaga Tembok mengantarkan bayi ke Dunstan, mengatakan nama bayi itu adalah Tristan.

Delapan belas tahun kemudian, Raja Stormhold yang sekarat melemparkan batu delima ke langit, menyatakan bahwa penggantinya akan menjadi yang pertama dari putra saudaranya yang memulihkannya. Permata itu mengenai bintang, dan keduanya jatuh dari langit, mendarat di Stormhold. Pangeran yang tersisa, Primus dan Septimus secara mandiri mencari batu itu.

Di Wall, Tristan dan Victoria melihat bintang jatuh. Dia bersumpah untuk mengambilnya, sebagai imbalan atas tangannya dalam pernikahan. Tristan mengetahui bahwa ibunya berasal dari balik tembok, tetapi dia tidak bisa melewati penjaga. Dia menerima lilin Babel yang dia tinggalkan untuknya, yang dapat membawa pengguna ke lokasi yang diinginkan. Tristan menyalakannya dan diangkut ke bintang jatuh, dipersonifikasikan sebagai wanita cantik bernama Yvaine. Dia menggunakan rantai ajaib untuk mengklaimnya dan membawanya ke Victoria.

Tiga saudari penyihir kuno memutuskan untuk memakan hati bintang jatuh untuk memulihkan masa muda mereka dan mengisi kembali kekuatan mereka. Pemimpin mereka, Lamia, memakan sisa-sisa jantung bintang sebelumnya, dan berangkat untuk mencari Yvaine. Dia memunculkan penginapan pinggir jalan sebagai jebakan.

Yvaine menjadi lelah, jadi Tristan mengikatnya ke pohon dan berjanji untuk membawakan makanan. Dalam ketidakhadirannya, unicorn melepaskannya, tetapi tanpa disadari membawanya ke penginapan Lamia. Tristan menemukan Yvaine pergi, tetapi bintang-bintang berbisik bahwa dia dalam bahaya, menyuruhnya naik pelatih yang lewat, yang kebetulan adalah Primus. Mereka berhenti di penginapan, mengganggu upaya Lamia untuk membunuh Yvaine. Lamia membunuh Primus, tapi Tristan dan Yvaine menggunakan lilin Babel untuk melarikan diri ke awan, di mana mereka ditangkap oleh bajak laut di sebuah kapal terbang. Pemimpinnya, Kapten Shakespeare, memberi tahu krunya bahwa Tristan adalah keponakannya dan Yvaine, seorang teman. Dia memberi mereka pakaian baru, mengajari Tristan cara memagari dan Yvaine cara menari.

Septimus menemukan dia adalah putra terakhir yang masih hidup, dan hanya perlu menemukan batu untuk mengklaim takhta. Dia mengetahui bahwa itu adalah milik bintang jatuh dan menyadari bahwa hati bintang memberikan keabadian. 

Setelah meninggalkan Kapten Shakespeare, Tristan dan Yvaine menyatakan cinta mereka satu sama lain dan menghabiskan malam bersama di sebuah penginapan. Keesokan paginya, Tristan meninggalkan Yvaine tidur dan pergi dengan seikat rambutnya, untuk memberi tahu Victoria bahwa dia telah jatuh cinta pada Yvaine. Ketika kunci telah berubah menjadi stardust, dia menyadari Yvaine akan mati jika dia melintasi dinding, dan bergegas kembali untuk menyelamatkannya.

Yvaine menemukan Tristan pergi, dan-berpikir dia telah meninggalkannya untuk Victoria-dengan sedih berjalan menuju dinding. Una melihat Yvaine berjalan menuju ajalnya dan mengambil kendali karavan Ditchwater Sal untuk menghentikannya. Lamia membunuh Sal, dan menangkap Una dan Yvaine, membawa mereka ke rumah penyihir. Septimus dan Tristan mengejar Lamia, setuju untuk bekerja sama untuk sementara waktu. Menerobos ke dalam kastil, Septimus mengenali Una sebagai saudara perempuannya yang telah lama hilang, dan Una memberi tahu Tristan bahwa dia adalah ibunya.

Septimus dan Tristan membunuh dua penyihir, tetapi Lamia menggunakan boneka voodoo untuk membunuh Septimus. Lamia akan menghabisi Tristan, ketika dia tampak hancur karena kehilangan saudara perempuannya. Lamia membebaskan Yvaine, tetapi kekalahannya yang pura-pura adalah tipu muslihat, dan dia mencoba membunuh mereka berdua. Saat Tristan dan Yvaine berpelukan, cinta mereka membuatnya bersinar sekali lagi, membunuh Lamia.

Tristan mengambil permata yang Yvaine kenakan dari lantai, dan saat berubah menjadi merah, Una mengungkapkan bahwa, sebagai putranya, Tristan adalah pewaris laki-laki terakhir Stormhold. Dia menjadi raja dengan Yvaine sebagai ratunya, dan Dunstan dan Una dipersatukan kembali. Setelah delapan puluh tahun memerintah dengan baik, mereka menggunakan lilin Babel untuk naik ke langit, di mana mereka hidup bersama sebagai bintang.

***

Budi cukup lama bercerita pake wayang, ya akhir selesai juga. Eko memuji pertunjukkan wayangnya Budi, ya begitu dengan ceritanya, ya bagus gitu. Budi menaruh wayang di kursi kosong. 

"Kalau permainan seandainya," kata Budi. 

"Mulai deh. Permainan seandainya," kata Eko. 

"Cuma sekedar permainan saja!" kata Budi. 

"Ya aku mengerti!" kata Eko. 

"Artis cewek. Ya penyanyi, ya anggap saja....artis Rara. Aku suka sama artis Rara. Jadi jika ada cowok yang dekat sama artis Rara, ya cemburu gitu," kata Budi. 

"Mungkin tidak ya?" kata Eko. 

"Mungkin saja!" kata Budi.. 

"Ya gak mungkin. Cuma permainan!" kata Eko. 

"OK. Tidak mungkin. Cuma permainan saja! Kalau beneran baru mungkin!" kata Budi. 

"Emmmmm," kata Eko. 

Eko dan Budi, ya melanjutkan acara main kartu remi, ya main cangkulan lah. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK