Malam yang gelap bertabur bintang di langit gitu. Budi dan Eko duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.
"Eko. Kalau di pikir dengan baik. Tuhan itu ternyata Tuhan Arab, ya Eko?" kata Budi.
"Bisa di bilang begitu sih Tuhan itu ternyata Tuhan Arab, ya karena lahir dari Arab, ya tulisan dan bahasanya sih. Maka itu kita harus belajar tulisan dan bahasa Arab dengan baik gitu," kata Eko.
"Jadi jauh-jauh mau nemui Tuhan, ya ke Arab kan, ya Eko?" kata Budi.
"Ke Arab?!" kata Eko.
"Ngapain ke Arab?!" kata Budi.
"Ya banyak orang yang meyakini ajaran Islam, ya pergi ke Arab untuk naik Haji atau karya wisata," kata Eko.
"Ya tidak perlu gitu juga kali. Cukup di tanah Lampung saja kan ada rumah Tuhan, ya alias mesjid," kata Budi.
"Tapi?!" kata Budi.
"Tapi apa?!" kata Eko.
"Tapi....kan di sini tidak di sebut Tuhan Lampung. Tetap Tuhan Arab karena ajaran dari Arab," kata Budi.
"Mau gimana lagi. Nabinya lahirnya masih silsilah keturunan Arab," kata Eko.
"Bener deh Tuhannya Arab!" kata Budi.
"Kalau Nabinya lahir di Lampung, ya jadi Tuhannya Lampung. Ternyata kenyataan tetap kenyataan Tuhannya Arab." kata Eko.
"Demi hidup ini capek-capek untuk muja Tuhan Arab," kata Budi.
"Ya mau gimana lagi hidup di muka bumi ini. Kenyataannya demi bisa makan dan minum, ya jenis pekerjaannya di buat dengan baik, ya basis agama. Ya sama aja dengan ajaran agama lain, tentang silsilah keturunan dari Nabi," kata Eko.
"Pada akhirnya banyak orang munafek di dunia ini," kata Budi.
"Kenyataannya begitu," kata Eko.
"Ajaran di Lampung, ya contoh saja aliran kepercayaan saja di anggap budaya. Padahal ajaran adat istiadat bisa jadi agama. Ya di tolak sama orang Lampung karena salah gitu. Tetap saja kekeh orang Lampung menjujung tinggi adat istiadat Lampung padahal jadi kaum Arab karena masuk Islam," kata Budi.
"Memang kenyataan begitu hidup ini. Sama halnya dengan ajaran agama lain," kata Eko.
"Rasional enggak sih obrolan kita ini?!" kata Budi.
"Rasional lah!!!!" kata Eko.
"Ya menang ajaran agama Arab," kata Budi.
"Kenyataannya begitu," kata Eko.
"Semuanya demi hidup ini saja!" kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Pantes zaman dulu perang agama karena urusan Nabi saja. Padahal Tuhannya satu!" kata Eko.
"Pertanyaannya apakah bener ajaran agama Islam yang di yakini?" kata Budi.
"Pertanyaan itu sama dengan ajaran agama lainnya. Kalau untuk di Islam, ya kita butuh Imam Mahdi untuk menunjukkan kebenaran ajaran Islam!" kata Eko.
"Imam Mahdi. Kalau begitu sih. Hidup cukup di jalanin saja. Bener atau salah dalam ajaran tidak ada yang tahu kan?!" kata Budi.
"Ya Tuhan Maha Tahu segalanya. Berdoa lah dengan baik. Maka Tuhan akan mengirimkan utusannya untuk menjelaskan semuanya. Contohnya pemuda yang dapat mendengarkan Roh," kata Eko.
"Ya kalau pemuda mendengarkan Roh. Hanya ada dia saja. Kemungkinan sih pemuda itu, ya Imam Mahdi. Berarti semua ajaran akan tunduk pada pemuda mendengarkan Roh. Karena ilmu pemuda itu," kata Budi.
"Kemungkinan itu ada!!!!" kata Eko.
"Pemuda yang mendengar suara Roh itu, ya pernah belajar di Muhammadiyah," kata Budi.
"Ya data memang adanya seperti itu, ya kenyataannya," kata Eko.
"Mungkin cewek yang menyukai pemuda yang mendengarkan Roh itu, ya bahagia. Ya kan Eko?" kata Budi.
"Mungkin?!" kata Eko.
"Apa obrolan kita ini bisa di percaya orang gitu?!" kata Budi.
"Relatif gitu!!!!" kata Eko.
"Ya sekedar obrolan lulusan SMA, ya kalau begitu main catur saja!!!" kata Budi.
"Ok...main catur!!!!" kata Eko.
Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh atas meja lah. Eko dan Budi, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.
No comments:
Post a Comment