Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan lah.
"Eko. Ngomong-ngomong cerita Pesulap Merah, ya acara TV, ya bagus juga cerita sulapnya. Ya ada ceritanya di konflikin dengan Dukun," kata Budi.
"Kalau konflikin kan jadi seru antara Pesulap Merah dan Dukun. Ya saling menunjukkan ilmu gitu. Benar atau salah, ya pada akhirnya yang menilai seperti kita ini, ya sekedar hiburan dari pertunjukkan sulap di acara Tv," kata Eko.
"Memang jadinya sekedar pertunjukkan sulap yang menghibur, ya orang-orang yang melihat pertunjukkan sulap di acara Tv. Seperti kita nonton acara Tv, yang ada sulapnya. Kalau urusan kenyataan tentang Dukun, ya memang cerita suatu lingkungan sih. Dukun itu menipunya dengan cara bisa mengobati orang ini dan itu dengan ilmu magis. Kalau ada orang di rugikan Dukun, ya laporin aja sama polisi, ya agar Dukunnya di tangkap sama polisi. Kalau acara Tv, ya ada Dukun, ya sekedar hiburan menghibur penonton di rumah lah, ya Dukun main sulap gitu," kata Budi.
"Manusia mencari rezeki di dunia ini, ya antara baik dan buruk. Halal dan haram," kata Eko.
"Manusia yang didik dengan baik sama orang tua dan guru, ya berusaha dengan baik mencari rezeki dengan jalan yang baik, ya halal gitu. Bagi manusia yang tidak bisa didik, ya mencari rezekinya dengan cara buruk, ya hal-hal yang di haram kan, ya pada akhirnya berurusan dengan polisi," kata Budi.
"Hidup bisa di bilang pilihan. Mau jalan baik atau jalan buruk, ya tergantung manusia memahami ilmu atau tidak," kata Eko.
"Ya sekedar obrolan lulusan SMA saja!" kata Budi.
"Emmmmm," kata Eko.
"Kalau begitu. Aku mau bercerita pake wayang yang terbuat kardus bekas, ya kreatif gitu. Ceritanya ada kaitan dengan sulap!" kata Budi.
"Ok. Aku jadi penonton yang baik!" kata Eko.
Budi telah mengambil wayang yang di taruh di kursi. Wayang di mainkan dengan baik dan bercerita dengan baik gitu. Eko menonton pertunjukkan wayang Budi dengan baik.
Isi cerita yang ceritakan Budi :
Di Wina, Austria-Hongaria, 1889, seorang pesulap bernama Eisenheim ditangkap oleh Kepala Inspektur Walter Uhl dari Polisi Wina selama pertunjukan sulap yang melibatkan necromancy. Kemudian, Uhl menjelaskan kisah hidup Eisenheim kepada Putra Mahkota Leopold.
Eisenheim lahir dari seorang pembuat lemari dan menjadi tertarik pada sihir. Dia jatuh cinta pada Sophie, Duchess von Teschen, tetapi keduanya dilarang untuk bertemu karena yang pertama adalah seorang petani. Mereka terus bertemu secara diam-diam tetapi ditangkap dan dipisahkan secara paksa. Eisenheim mempelajari sihir dengan berkeliling dunia, dan lima belas tahun kemudian, kembali ke Wina untuk tampil. Selama satu pertunjukan, dia bertemu Sophie dewasa dan mengetahui bahwa dia diharapkan untuk menikahi Putra Mahkota Leopold, yang dikabarkan, brutal terhadap wanita dan bahkan membunuh satu. Leopold mengundang Eisenheim untuk melakukan pertunjukan pribadi di istana. Selama pertunjukan, Eisenheim mempermalukan Putra Mahkota di depan para tamu kerajaan, ya sebagai tanggapan, dia dilarang tampil lagi di Wina. Ketika Sophie datang untuk menawarkan bantuan, mereka bercinta. Eisenheim memintanya untuk melarikan diri bersamanya, tetapi dia takut mereka akan dieksekusi. Dia mengungkapkan bahwa Putra Mahkota sedang merencanakan kudeta terhadap ayahnya yang sudah lanjut usia, Kaisar Franz Joseph I.
Di pondok berburu Mayerling, Sophie mencoba mengakhiri pertunangannya dengan Leopold. Tubuhnya ditemukan keesokan paginya di hutan Wina, seorang pria tak dikenal disalahkan. Ini melemparkan Eisenheim ke dalam depresi. Dia membeli sebuah teater dan memulai serangkaian pertunjukan sulap baru, kali ini berfokus pada pemanggilan roh-roh mati. Leopold diam-diam menghadiri satu, di mana Eisenheim memanggil roh Sophie, yang mengatakan bahwa seseorang di teater adalah pembunuhnya. Leopold, terkesima, memerintahkan Uhl untuk menangkap Eisenheim karena penipuan, tetapi Eisenheim menghindari penjara dengan mengakui kepada publik bahwa pertunjukannya adalah ilusi.
Eisenheim diancam jika dia memanggil Sophie di pertunjukan berikutnya, dia akan dipenjara. Uhl menghadiri pertunjukan, dan terlepas dari peringatan, Eisenheim memanggil Sophie lagi. Uhl menyerbu panggung dengan perwiranya, tetapi yang mengejutkan penonton, Eisenheim terungkap sebagai roh ketika tangan Uhl melewatinya.
Uhl mengungkapkan kepada Leopold bahwa dia telah menemukan bukti—permata dari pedang Leopold dan liontin Sophie—yang dapat melibatkan Leopold dalam pembunuhan Sophie. Uhl telah memberitahu Kaisar dan Staf Umum Austro-Hongaria tentang konspirasi Leopold untuk merebut takhta. Saat petugas penjaga kekaisaran Angkatan Darat Austro-Hungaria tiba, Leopold menembak kepalanya sendiri. Uhl pergi dan meletakkan liontin Sophie di sakunya. Dia sekarang bukan lagi Inspektur Kepala Polisi.
Saat seorang anak laki-laki mendekatinya, dia didorong oleh seorang pria berjanggut bermantel panjang. Anak laki-laki itu memberinya sebuah paket berisi buku catatan Eisenheim tentang trik Pohon Jeruk, yang tidak dapat dipahami oleh Uhl. Dia bertanya pada anak laki-laki yang memberinya buku catatan, dan anak laki-laki itu menjawab, "Herr Eisenheim." Dia menyadari orang yang mendorongnya mencuri liontin itu. Dia mengejar pria itu, tetapi pria itu naik kereta dan melarikan diri. Uhl menyadari desakan dan buku catatan itu adalah pesan dari ilusionis, dan mulai memikirkan kembali kejadian baru-baru ini. Dia menyimpulkan bahwa Sophie dan Eisenheim merencanakan kematiannya sehingga dia bisa bebas dari Leopold, dengan penampakan hantu tidak lebih dari phantasmagoria. Uhl tertawa senang melihat kecemerlangan rencana mereka. Jauh di sana, Sophie dan Eisenheim memulai hidup baru bersama di sebuah pondok di gunung yang indah. Eisenheim menempatkan liontin Sophie di telapak tangannya.
***
Budi cukup lama main wayangnya dan akhirnya selesai juga lah. Eko memuji pertunjukkan wayangnya Budi, ya begitu juga dengan ceritanya, ya bagus gitu. Budi menaruh wayang di taruh di kursi kosong. Eko dan Budi, ya melanjutkan acara main catur lah dengan baik lah.
No comments:
Post a Comment