CAMPUR ADUK

Wednesday, July 6, 2022

SENGSARA MEMBAWA NIKMAT

Eko duduk di depan rumah Budi. Eko menunggu Budi yang ke warung, ya beli gorengan gitu. Eko mengambil buku di bawah meja, ya buku kumpulan cerpen gitu yang di kumpulkan Budi dari koran, majalah dan lain-lain. Eko memilih cerita yang ingin ia baca, ya cerita lama yang populer pada masanya, ya judulnya 'Sengsara Membawa Nikmat'. Eko membaca dengan baik, ya cerita di buku. 

Isi cerita yang di baca Eko :

Seorang pemuda di salah satu desa di Minangkabau bernama Midun dan sahabatnya Maun. Midun adalah seorang pemuda yang merupakan seorang anak dari petani miskin. Ia berperangai sopan, taat beragama, dan jago silat. Karena itu ia sangat disukai oleh warga kampung. Namun ada seorang lelaki yang iri kepadanya yaitu Kacak, ya seorang kemenakan kepala desa yang bergelar Tuanku Laras. Kacak adalah seorang yang sangat sombong dan selalu bersikap semaunya karena merasa mamaknya adalah seorang kepala desa. Suatu hari, Midun menyelamatkan istri Kacak yang hanyut di sungai, tetapi Kacak bukannya berterima kasih malah mencaci maki Midun. Baku hantam antara Midun dan Kacak pun terjadi. Pada saat yang sama, Kacak malah melaporkan bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Kemudian mereka menyatakan Midun bersalah dan ia dihukum untuk melakukan ronda selama 6 hari 6 malam tanpa digaji. Ia mendapat pengawasan dari Kacak.

Tidak berhenti sampai di situ, Kacak masih gerah melihat Midun masih berkeliaran di desa mereka. Ia akhirnya merencanakan sejumlah hal dengan tujuan membunuh Midun. Usaha tersebut selalu gagal tetapi Kacak masih bisa memfitnah Midun sehingga pada akhirnya ia dijebloskan ke dalam penjara. Di dalam penjara Midun menjadi seorang yang disegani sebab ia memiliki hati yang baik dan kepandaian dalam bela diri. Dalam menjalani masa tahanannya, Midun suatu hari bertugas menyapu jalanan. Secara tidak sengaja ia melihat seorang gadis cantik yang duduk termenung sendiri. Setelah gadis itu pergi, Midun bermaksud menyapu di tempat gadis tersebut tadi duduk. Ia kaget dan mendapati sebuah kalung yang tercecer milik gadis tersebut. Akhirnya setelah mengembalikan kalung tersebut, ia bisa berkenalan dengan gadis yang ternyata bernama Halimah tersebut. Halimah hidup bersama dengan ayah tirinya. Ia merasa tidak bahagia dan berniat mencari ayah kandungnya di Bogor. Midun berjanji setelah menjalani masa hukumannya, ia akan membantu Halimah mencari ayahnya di Bogor.

Singkat cerita, Midun akhirnya keluar dari penjara dan membawa Halimah lari ke Bogor mencari ayahnya. Setelah menemukan ayah Halimah, Midun menetap di rumah tersebut selama 2 bulan. Dia merasa tak enak dan kemudian memutuskan berangkat ke Batavia mencari pekerjaan. Saat di Batavia, Midun mendapat banyak sekali cobaan dan rintangan. Ia meminjam uang pada rentenir dan memulai usahanya yang akhirnya sukses. Si renternir menjadi iri dan memfitnah Midun. Akhirnya, ia masuk ke penjara sekali lagi. Setelah bebas, ia berjalan ke pasar baru dan secara tidak sengaja menolong seorang sinyo Belanda yang diganggu penjahat. Sinyo Belanda tersebut ternyata anak seorang pejabat terkenal. Sebagai rasa terima kasih, Midun diberi pekerjaan dan akhirnya ia ke Bogor menikahi Halimah. Seiring perjalanan waktu, karier Midun menanjak dan dipercaya memimpin sebuah operasi di Medan. Hal tersebut mempertemukannya dengan sang adik bernama Manjau. Manjau bercerita bahwa keadaan keluarganya sangat menyedihkan. Akhirnya sekembali ke Batavia, Midun meminta agar ditugaskan di kampung halamannya. Ia akhirnya kembali ke sana dan bertemu dengan keluarganya juga Kacak. Kacak sangat menyesali perbuatannya dulu pada Midun. Dan pada akhirnya, mereka hidup bahagia di kampung halamannya.

***

Cukup lama Eko membaca dan akhirnya selesai juga gitu, ya buku di tutup dengan baik. Budi datang, ya membawa seplastik berisi gorengan yang ia beli di warung gitu. Eko menaruh buku yang ia baca di bawah meja. Budi duduk dengan baik, ya sambil menaruh seplastik Isi gorengan di taruh di meja.

Eko mengambil bakwan goreng di plastik, ya di makan dengan baik bakwan lah. Budi, ya mengambil tahu isi di dalam plastik, ya segera di makan dengan baik.

"Enak gorengan ini," kata Eko.

"Iya gorengannya enak," kata Budi.

"Hidup ini dinikmati dengan baik, ya kan Budi?" kata Eko. 

"Iya," kata Budi. 

"Hidup harus berjuang meraih masa depan baik. Agar hidup berubah. Dari sengsara menjadi bahagia," kata Eko. 

"Hidup memang ujiannya sengsara ini dan itu. Buah dari kesabaran dan kerja keras, ya pada akhirnya bahagia lah. Masa depan yang baik," kata Budi. 

Budi dan Eko, ya terus makan gorengan. Ya minumnya, ya minum kopi. Budi, ya telah membuat kopi dulu, ya dua gelas, ya sebelum pergi ke warung. Sampai akhirnya keduanya memutuskan untuk main catur lah. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK