Eko dan Budi duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.
"Eko," kata Budi.
"Apa?" kata Eko.
"Hidup jadi raja di dunia ini enak ya dari pada jadi orang miskin, ya Eko?" kata Budi.
"Ya memang sih hidup jadi raja enak dari pada orang miskin. Jadi raja, ya menikmati kemewahan ini dan itu. Semuanya lebih lah. Beda dari orang miskin, ya kekurangan gitu," kata Eko.
"Contoh bentuk kerajaan, ya menjadi negara. Raja memimpin negara, ya negara Malaysia," kata Budi.
"Sekedar obrolan lulusan SMA. Ya boleh lah negara Malaysia," kata Eko.
"Cerita para ulama berdasarkan kitab ajaran agama Islam. Raja yang seorang nabi. Ya raja itu nabi Daud," kata Budi.
"Ya memang cerita begitu. Nabi Daud seorang raja," kata Eko.
"Pertanyaan ku adalah kenapa raja di negara di Malaysia, ya tidak bisa jadi nabi. Padahal banyak rakyat Malaysia yang menganut agama Islam?" kata Budi.
"Pertanyaan yang sulit untuk di jawab," kata Eko.
"Sulit di jawab toh," kata Budi.
"Setiap nabi punya keutamaan masing-masing. Keutaman itu bisa di bilang ilmu sih," kata Eko.
"Memang sih. Nabi itu punya keutamaan masing-masing. Ya bisa di bilang ilmu," kata Budi.
"Berarti pemuda yang bisa mendengarkan Roh. Ya keutamannya ada karena punya ilmu. Di panggil sama Roh dengan sebutan Nabi. Padahal pemuda itu dari rakyat biasa saja. Raja Malaysia kalah dengan pemuda yang mempunyai kemampuan mendengarkan Roh. Ya berarti Raja Malaysia, ya tidak bisa jadi nabi," kata Budi.
"Raja Malaysia, ya tidak punya keutamaan seorang nabi. Begitu juga dengan raja-raja di dunia ini. Padahal sederhana banget, ya bisa mendengarkan Roh dan di panggil nabi. Ya Roh membimbing orang tersebut dengan baik, ya demi menyelamatkan manusia dari kesengsaraan dunia ini," kata Budi
"Pemuda itu memang memeluk agama Islam. Cuma ilmu yang beda. Maka itu pemuda itu berhasil mengungkap kebenaran ini dan itu," kata Eko.
"Apakah cerita kita ini bisa di percaya sama orang-orang?" kata Budi.
"Kalau itu sih mana aku tahu?!" kata Eko.
"Kata yang sering di omongin oleh para ulama. Kata itu "Kun Fayakun". Tuhan Maha Berkehendak, ya bisa saja ciptaanya menjadi nabi berdasarkan ilmunya," kata Budi.
"Omongan Budi benar sih. Kata itu "Kun Fayakun" ya Tuhan Maha Berkehendak, ya ciptaanya jadi nabi berdasarkan ilmu," kata Eko menegaskan omongan Budi.
"Karena kehendak Tuhan Maha Pencipta. Maka seorang bisa jadi raja dan juga jadi presiden demi memimpin suatu wilayah, negara demi kebaikan rakyat tujuannya kesejahteraan," kata Budi.
"Kalau begitu main catur saja!" kata Eko.
"Ok main catur!" kata Budi.
Abdul pun dateng ke rumah Eko, ya memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Eko. Abdul duduk bersama Eko dan Budi.
"Ada Abdul. Jadi tidak main catur. Ya main kartu remi saja!" kata Budi.
"Emmmmm," kata Eko.
"Ngomong-ngomong Eko, Budi lagi asik ngomong apa?" kata Abdul.
"Kun Fayakun," kata Eko.
"Kun Fayakun," kata Budi.
"Oooooo Kun Fayakun toh," kata Eko.
"Tuhan Maha Berkehendak pada ciptaannya, ya di angkat menjadi nabi, raja dan presiden," kata Budi.
"Tuhan menciptakan segala seisi dunia ini," kata Eko.
"Manusia yang baik itu mengikuti aturan perintah Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan," kata Abdul.
"Emmmm," kata Eko.
"Main kartu remi!" kata Budi.
"Ok!" kata Abdul.
"Main kartu remi. Ok!" kata Eko.
Eko mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik. Ketiganya main kartu remi dengan baik lah.
No comments:
Post a Comment