Budi duduk di depan rumah, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan.
"Hidup ini. Ingin di mengerti cewek yang di sukai. Maka itu harus bisa juga mengertiin cewek yang di sukai," kata Budi.
Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya kopi di minum dengan baik.
"Emmmm. Enak kopinya. Lebih enak lagi rasa kopinya. Ya bener kata orang-orang sih. Minum kopi sambil melihat cewek yang di sukai. Rasa manis banget gitu," kata Budi.
Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Bernyanyi ah. Menghibur diri. Sekedar saja. Beda dengan penyanyi yang ganteng dan cantik yang ada di acara Tv, ya dengan tujuan menghibur penonton di rumah," kata Budi.
Budi mengambil gitarnya yang berada di kursi gitu. Gitar pun di mainkan Budi dengan baik dan bernyanyilah Budi, ya lagu yang di sukai gitu.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :
"Engkau beri harapan
Tapi tak kunjung datang
Cinta yang kini kuimpikan
Kini tinggal kenangan
Tapi tak kunjung datang
Cinta yang kini kuimpikan
Kini tinggal kenangan
Engkau telah berjanji
Namun engkau ingkari
Kasih, kini engkau berbagi
Sungguh sangat menyakiti
Namun engkau ingkari
Kasih, kini engkau berbagi
Sungguh sangat menyakiti
Bagai di jalan yang berlubang
Kasih, engkau yang kusayang
Bagai di jalan yang berliku
Kasih, kini kau berlalu
Kasih, engkau yang kusayang
Bagai di jalan yang berliku
Kasih, kini kau berlalu
Kau tinggalkan aku sesuka hatimu
Di mana perasaanmu?
Hatiku terluka, namun diam saja
Karena cinta begitu besarnya
Di mana perasaanmu?
Hatiku terluka, namun diam saja
Karena cinta begitu besarnya
Kau campakkan aku sesuka hatimu
Bila butuh datang lagi
Kau buat diriku seperti mainan
Sungguh kejam, tak punya perasaan
Bila butuh datang lagi
Kau buat diriku seperti mainan
Sungguh kejam, tak punya perasaan
Engkau beri harapan
Tapi tak kunjung datang
Cinta yang kini kuimpikan
Kini tinggal kenangan
Tapi tak kunjung datang
Cinta yang kini kuimpikan
Kini tinggal kenangan
Engkau telah berjanji
Namun engkau ingkari
Kasih, kini engkau berbagi
Sungguh sangat menyakiti
Namun engkau ingkari
Kasih, kini engkau berbagi
Sungguh sangat menyakiti
Bagai di jalan yang berlubang
Kasih, engkau yang kusayang
Bagai di jalan yang berliku
Kasih, kini kau berlalu
Kasih, engkau yang kusayang
Bagai di jalan yang berliku
Kasih, kini kau berlalu
Kau tinggalkan aku sesuka hatimu
Di mana perasaanmu?
Hatiku terluka, namun diam saja
Karena cinta begitu besarnya
Di mana perasaanmu?
Hatiku terluka, namun diam saja
Karena cinta begitu besarnya
Kau campakkan aku sesuka hatimu
Bila butuh datang lagi
Kau buat diriku seperti mainan
Sungguh kejam, tak punya perasaan"
Bila butuh datang lagi
Kau buat diriku seperti mainan
Sungguh kejam, tak punya perasaan"
***
Budi selesai bernyanyi dan main gitarnya. Ya gitar di taruh di kursi yang kosong, ya sama Budi. Ya Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko pun dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan dengan baik motor di depan rumah Budi lah. Eko pun duduk bersama Budi lah. Ya Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Orang yang belajar ilmu agama dengan baik. Ya bisa mengertiin keadaan seseorang ya di sukainya, ya kan Eko?" kata Budi.
"Ngomongin urusan cinta apa agama?" kata Eko.
"Kan keduanya saling berkaitan," kata Budi.
"Ooooooo keduanya. Memang saling berkaitan. Ya memang sih orang yang belajar ilmu agama dengan baik, ya bisa mengertiin seseorang yang disukai. Contohnya : orang tua Budi. Kedua orang tua Budi, ya belajar memahami ilmu agama dan di jalankan aturan agama dengan baik, ya demi diri, keluarga dan orang lain. Jadi Ayah Budi mengerti perasaan Ibu Budi. Dan juga Ibu Budi, ya ngertiin perasaan Ayah Budi. Maka anak, ya Budi jadi paham ilmu agama tentang urusan keluarga yang baik," kata Eko.
"Bener kata-kata orang tua dulu sih, ya bisa di bilang kakek atau juga nenek. Guru yang baik itu, ya guru yang dekat dengan aku. Guru yang memberikan contoh yang baik ilmu agama. Ya guru itu adalah orang tua aku," kata Budi.
"Orang tua membimbing anaknya dengan baik. Agar masa depan jadi baik, ya sesuai dengan agama yang di yakini orang tua. Anak suatu saat di masa depan, ya berumah tangga. Jalan rumah tangganya, ya berjalan dengan baik sesuai dengan ajaran orang tua berdasarkan agama yang di yakini," kata Eko.
"Ya realitanya begitu," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Kalau urusan cinta, ya antara cowok dan cewek, ya cerita anak muda gitu. Pasti ada masalah karena kurang bisa memahami perasaan cewek," kata Budi.
"Kisah cinta anak muda. Ya iya lah. Ada yang tidak bisa memahami perasaan cewek. Sampai-sampai cewek berkata "Dimana perasaanmu?". Cowoknya tetap tidak menggrubris perasaan ceweknya, ya terlalu sibuk dengan cewek selingkuhannya. Contohnya : cerita sinetron saja!" kata Eko.
"Dimana perasaanmu? Ya cowok bisanya melukai perasaan cewek yang di sukainya. Malah milih cewek selingkuhan, ya cewek tidak bener gitu. Contohnya : sinetron, ya tepat lah!" kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Seharusnya. Ya saling berusaha mengertiin perasaan orang di sukai. Ya agar urusan kisah cinta berjalan dengan baik. Kisah cinta setia. Ya contohnya : pemimpin negeri ini yang setia pada pasangannya, ya kisah cinta yang setia gitu," kata Budi.
"Orang paham ilmu, ya pemimpin negeri ini. Biasanya itu memberikan contoh yang baik pada generasi muda tentang kisah cinta yang setia," kata Eko.
"Emmmm," kata Budi.
"Ya sekedar obrolan lulusan SMA. Ya kalau begitu main catur saja Eko!" kata Budi.
"Ok. Main catur!" kata Eko.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja lah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.
No comments:
Post a Comment