"Main gitar ah!" kata Budi.
Budi mengambil gitar di banggu yang kosong. Ya gitar pun di mainkan Budi dengan baik, ya sambil menyanyikan sebuah lagu yang bagus banget gitu.
"Sepine wengi iki ngeridu ati
Seng tansah kelingan sliramu, kowe ninggal aku
Ademe howo iki, nggowo loro sing kang nyoto
Mergo nyawang kowe gandeng karo liyane
Yen pancen iki wis garise, aku ikhlas lahir batine
Kabeh kudu tak lalekke, masio abot sanggane, oh
Ra sepirone loro ati iki amergo ditinggal pergi
Tapi loro ati iki amergo dikhianati
Yen pancen uwis garise kowe gandeng karo de'e
Mung dungoku mugo langgeng saklawase
Ademe howo iki, nggowo loro sing kang nyoto
Mergo nyawang kowe gandeng karo liyane
Yen pancen iki wis garise, aku ikhlas lahir batine
Kabeh kudu tak lalekke, masio abot sanggane
Ra sepirone loro ati iki amergo ditinggal pergi
Tapi loro ati iki amergo dikhianati
Yen pancen uwis garise kowe gandeng karo de'e
Mung dungoku mugo langgeng saklawase
Ra sepirone loro ati iki amergo ditinggal pergi
Tapi loro ati iki amergo dikhianati
Yen pancen uwis garise kowe gandeng karo de'e
Mung dungoku mugo langgeng saklawase"
***
Budi selesai main gitar dan bernyanyi. Ya Budi menaruh gitar di tempat bangku yang kosong. Eko pun dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Budi lah. Eko duduk bersama Budi. Terlihat gitar di bangku yang kosong.
"Budi abis main gitar dan bernyanyi?" kata Eko.
"Iya," kata Budi.
Budi mengambil gelas berisi kopi, ya di minum dengan baik.
"Lagu siapa yang Budi nyanyikan?" kata Eko.
Budi menaruh gelas yang berisi kopi di meja.
"Lagunya Happy Asmara dengan judul lagu 'Tak Iklasno'...," kata Budi.
"Ooooooo....lagunya Happy Asmara yang judulnya 'Tk Iklasno'...," kata Eko.
"Aku teringat dengan sebuah cerita," kata Budi.
"Berita apa?" kata Eko.
"Kisah cinta sih," kata Budi.
"Kisah cintanya siapa?" kata Eko.
"Kisah cintanya.....Dono dengan Rara," kata Budi.
"Budi...cerita kan tuh cerita!" kata Eko.
"Baiklah aku cerita kan. Dono yang teman-temannya Kasino dan Indro. Dono yang telah selesai kuliah dan kerja gitu. Dono suka sama Rara, ya pada pandangan pertama, ya Rara masih kuliah gitu. Dono berusaha dengan sebaik mungkin jadian dengan Rara. Awal-awal Dono di cuekin sama Rara. Kasino dan Indro, ya memberikan semangat kepada Dono, ya mengejar cinta pada gadis cantik bernama Rara. Berkali-kali Dono di tolak sama Rara. Akhirnya Dono berhasil menjalin cinta dengan Rara. Hubungan kisah Dono dan Rara berjalan dengan baik. Sampai orang tua Rara tidak suka dengan Dono, ya alasan orang tua Rara karena Rara di jodohkan dengan orang pilihan orang tua Rara yang bernama Gunawan. Dono tidak bisa memaksakan kehendaknya bersama Rara. Suatu ketika Dono bertemu dengan Ratna, ya teman saja sih. Dono pun mengajak Ratna makan di kafe. Rara bersama Gunawan ke kafe. Saat Rara melihat Dono bersama Ratna di kafe, ya rasa gelisah Rara ada sih. Rara mendekati Dono dan memutuskan hubungan gitu. Ya Dono ingin menjelaskan semuanya, tapi ternyata Rara langsung bicara tegas "Aku menerima Gunawan sebagai calon suami ku". Dono tidak bisa berkata apa-apa lagi. Rara bersama Gunawan meninggalkan kafe. Dono menerima keputusan tersebut, ya pisah dengan Rara. Dono tetap menjalin baik hubungan dengan Ratna sebagai teman. Di rumah Rara, ya tepatnya di kamarnya. Rara menangis. Lesti sebagai Mbaknya Rara, ya masuk ke kamar adiknya, ya mencari tahu keadaan Rara kenapa menangis?. Rara menjelaskan hubungan dengan Dono, ya putus dan menerima perjodohan dengan Gunawan. Lesti memahami benar keadaan Rara dengan baik. Sampai keadaan Rara berhenti bersedih hati, ya Lesti keluar dari kamarnya Rara. Dono pun meninggalkan kota Jakarta ke Batam, ya ke tempat saudaranya di Batam. Dono berkata untuk urusan hatinya pada Rara "Tak Ikhlasno". Kasino dan Indro, ya di Jakarta saja gitu. Dono di Batam menjalankan kehidupannya dengan tenang banget dan melanjutkan kuliahnya dengan baik. Rara pun menikah dengan Gunawan. Pernikahan Rara dan Gunawan berjalan dengan bahagia. Satu tahun telah menjalankan biduk rumah tangga, ya antara Rara dan Gunawan. Suatu ketika Rara menemukan sebuah foto bersama dirinya dengan Dono. Terkenanglah rasa bahagia Rara dan Dono. Rara sadar dirinya telah menikah dengan Gunawan. Foto Dono pun di buah ke tong sampah. Rara tidak ingin rumah tangganya bersama Gunawan hancur karena cinta masa lalu. Rara pun berkata "Tak Ikhlasno". Rara pun menjalankan kehidupan seperti biasanya, ya sampai bertemu dengan Ratna. Ya Ratna menjelaskan dengan baik tentang Dono pada Rara. Ratna, ya hanya teman baik Dono saja. Rara salah paham dengan Dono. Nasi sudah menjadi bubur. Rara telah menikah dengan Gunawan. Rara pun berkata dengan kisah cinta masa lalunya bersama Dono "Tak Ikhlasno". Rara pun tidak ada rasa gelisah lagi tentang masa lalunya. Rara menjalankan hubungan rumah tangga dengan Gunawan, ya dengan baik sih. Begitunya ceritanya," kata Budi.
"Kata orang China "Hǎo gùshì"..," kata Eko.
"Kok...tanggapannya pake kata orang China?" kata Budi.
"Sedikit beda saja sih," kata Eko.
"Ada artinya apa enggak yang di omongin Eko. Kata orang China tadi?!" kata Budi.
"Emmmmmm gimana ya? Kan sedikit becanda aja!" kata Eko.
"Berarti tidak ada artinya toh. Becandaan gitu," kata Budi.
"Ya..gak gitu juga sih," kata Eko.
"Ada toh...artinya," kata Budi.
"Ya...artinya sih 'Cerita yang bagus'....," kata Eko.
"Seperti biasanya, ya kan Eko?" kata Budi.
"Ya begitu lah," kata Eko.
"Kalau begitu main catur saja!" kata Budi.
"Ok...!" kata Eko.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.
"Yǒu shí àiqíng gùshì yǐ pòsuì de xīn jiéshù....," kata Eko.
"Artinya Eko!" kata Budi.
"Kisah cinta kadang ada yang berakhir dengan patah hati," kata Eko.
"Aku paham. Broken heart," kata Budi.
"Àiqíng gùshì yǒu shí huì yǒu rénmen xǐhuān dì měihǎo jiéjú.....," kata Eko.
"Artinya Eko!" kata Budi.
"Kisah cinta terkadang berakhir bahagia yang sering di sukai orang-orang," kata Eko.
"Aku ngerti crita katresnan karo happy ending," kata Budi.
"Kok Jawa?" kata Eko.
"Sedikit berbeda saja," kata Budi.
"Ooooo sedikit beda toh. Ora masalah, sing penting seneng," kata Eko.
"Emmmm," kata Budi.
Budi dan Eko, ya main catur dengan baik.
No comments:
Post a Comment