"Motor," kata Budi.
"Ada apa dengan motor. Jangan-jangan Budi lagi bingung mikirin bayar cicilan kredit motor yang sudah jatuh tempo waktunya dan uangnya kepake gitu, ya jadinya Budi mencari pinjeman ke teman gitu?" kata Eko.
"Kalau orang lain, ya mungkin masih masalah tentang bayar kredit motornya. Kalau aku kan enggak. Aku tetap kerja dengan baik jadi buruh di perusahaan, ya otomatis...tiap bulan ada uang untuk membayar cicilan motor lah," kata Budi.
"Jadi Budi tidak ada masalah tentang kredit motor toh," kata Eko.
"Yang aku maksud kan itu, ya kalau kita berdua tidak kerja jadi buruh di perusahaan. Pasti kerjaannya jadi tukang ojek, ya alasannya karena punya kendaraan motor gitu," kata Budi.
"Memang sih. Kalau kita tidak kerja jadi buruh di perusahaan, ya jadi tukang ojek," kata Eko.
"Ceritanya?" kata Budi berpikir panjang.
"Budi mau cerita toh!" kata Eko.
"Iya sih ingin cerita tentang tukang ojek pangkalan," kata Budi.
"Kalau begitu silakan Budi bercerita dengan baik, ya aku mendengarkan cerita Budi dengan baik!" kata Eko.
"Begini ceritanya. Setelah lulus SMA. Budi berusaha mendaftar kerjaan kesana kesini, ya perusahaan gitu, ya ke tempat kerjaan yang ada di Bandar Lampung ini. Ternyata usaha Budi, ya gagal mendapatkan kerjaan. Eko pun sama dengan Budi, ya tidak dapet kerjaan. Budi dan Eko pun berkata "Nasif cuma lulusan SMA. Susah mendapatkan pekerjaan". Abdul pun berusaha juga mendaftar kerjaan juga, ya hasilnya tidak dapet kerjaan karena keduluan orang yang masuk kerjaan di suatu tempat, ya perusahaan gitu. Abdul pun berkata "Susah amat mendapatkan kerjaan di kota Bandar Lampung, ya kaya susahnya cari kerjaan di kota Jakarta, penuh dengan persaingan ini dan itu". Budi, Eko dan Abdul, ya akhirnya ngumpul di pos kamling. Ketiga dalam keadaan frustasi tidak dapet kerjaan. Abdul pun punya ide setelah melihat motor yang lewat, ya Abdul berkata "Gimana kalau kita kerja jadi tukang ojek". Budi dan Eko, ya menerima idenya Abdul jadi tukang ojek. Ya lebih baik jadi tukang ojek dari pada jadi pengangguran dan di cap begini begitu sama masyarakat yang berpikir negatif ini dan itu. Budi, Eko dan Abdul, ya benar jadi tukang ojek. Budi menggunakan motor Bapaknya, ya masih kreditnya belum selesai. Eko menggunakan motor Abangnya yang masih kreditnya belum selesai juga. Sedangkan Abdul, ya menggunakan motor warisan dari kakeknya, ya motor jadul tetapi masih bisa jalan dengan baik gitu. Budi, Eko dan Abdul berkumpul di pos kamling yang di jadi kan pangkalan ojek dan juga telah minta izin dengan sama Pak RT dan masyarakat di lingkungan karena pos kamling di jadikan pangkalan ojek. Budi, Eko dan Abdul, ya menjalankan kerjaannya jadi tukang ojek dengan baik. Sampai Erwin dateng dengan membawa motor gedenya, ya ikutan jadi tukang ojek. Budi, Eko dan Abdul, ya tidak abis pikir dengan ulah Erwin yang ikutan jadi tukang ojek karena memang Erwin, ya anak orang kaya, ya untuk apa jadi tukang ojek?. Memang banyak cewek yang mau naik motornya Erwin. Budi berkata "Kita kalah dengan Erwin. Laris manis". Eko pun berkata "Ya tukang ojeknya keren, ya bawa motor gede, ya cewek pada mau naik motornya Erwin". Abdul berkata "Penampilan mendukung, jadi usaha berjalan dengan lancar". Budi, Eko dan Abdul tetap ada saja orang-orang yang memakai jasa ketiganya jadi tukang ojek. Sampai hari berganti malam. Erwin memberikan uang hasil tukang ojeknya kepada Budi, Eko dan Abdul. Erwin berkata "Aku cuma sekedar saja jadi tukang ojek. Uang hasil tukang ojek untuk kalian bertiga". Budi berkata "Kok....uang hasil ojek Erwin di kasih ke aku dan kawan-kawan". Eko berkata "Kebiasaan Erwin". Abdul berkata "Terima saja pemberian Erwin itu. Paling untuk nolong membantu kita yang masih dalam keadaan miskin". Erwin berkata "Omongan Abdul bener. Aku ingin membantu kalian saja. Kan kita teman". Budi, Eko dan Abdul, ya mengerti banget tentang Erwin, ya teman baik gitu. Usaha tukang ojek pun di jalankan dengan baik. Satu minggu sudah menjalankan jadi tukang ojek, ya Erwin pun tidak lagi tidak jadi tukang ojek karena harus kuliah ke Jakarta. Budi, Eko dan Abdul terus menjalankan dengan baik kerjaan jadi tukang ojek, ya demi kehidupan sehari-hari yang ini dan itu. Begitulah ceritanya," kata Budi.
"Cerita yang bagus. Dimana ada kemauan pasti ada jalan. Kerjaan jadi tukang ojek, ya halal lah," kata Eko.
"Ya...begitu lah," kata Budi.
Abdul pun dateng, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Eko. Abdul pun duduk bersama dengan Budi dan Eko.
"Ngomongin apa Budi dan Eko?" kata Abdul.
"Motor," kata Budi.
"Tukang ojek pangkalan," kata Eko.
"Motor dan tukang ojek pangkalan. Jangan-jangan ada kaitannya dengan sinetron tukang ojek pangkalan, ya menceritakan tentang kehidupan tukang ojek, keluarga dan juga teman-teman. Ceritanya sudut keadaan ini dan itu. Memang ceritanya menarik sih tukang ojek pangkalan," kata Abdul.
"Bisa jadi sih," kata Eko.
"Ya kena sih. Idenya di ambil dari sinetron tukang ojek pangkalan," kata Budi.
"Main kartu remi aja Eko, Budi!" kata Abdul.
"Ok!" kata Eko dan Budi bersamaan.
Eko mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik. Eko dan kawan-kawan main kartu remi dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.
No comments:
Post a Comment