"Eko. Manusia hidup di muka bumi ini masih pake topeng?" kata Budi.
"Maksudnya.....pake topeng itu. Superhiro. Manusia yang punya kemampuan lebih, ya menutupi jati dirinya, ya agar identitasnya tidak ketahuan siapapun. Atau....penjahat yang pandai menutupi identitasnya dengan baik, ya agar pihak berwajib tidak bisa menangkap tuh penjahat. Maka julukan penjahat itu, ya seribu wajah gitu," kata Eko.
"Bukan superhiro. Kalau penjahat sih, ya kena sih. Manusia kan menyembunyikan keburukannya dan diperlihatkan kebaikannya di hadapan semua orang," kata Budi.
"Hanya Tuhan yang tahu kebenaran tentang manusia yang kerjaannya memakai topeng dalam kehidupan sehari-hari," kata Eko.
"Tuhan melihat segala ulah manusia. Dari hal yang di sembunyikan dari manusia lain," kata Budi.
"Sebaiknya manusia itu berjalan di jalan kebaikan dan tidak perlu memakai topeng. Jalankan hidup ini seperti apa adanya. Kalau miskin, ya jalanin dengan keadaan miskin. Kalau sederhana, ya di jalanin dengan sederhana. Kalau kaya, ya di jalanin dengan kaya," kata Eko.
"Omongan Eko bener lah. Jangan seperti ini. Miskin, ya ngakunya kaya, ya pake topeng kebohongan lah," kata Budi.
"Menutupi keadaan dirinya dengan kebohongan ini dan itu. Biasa dalam kehidupan sehari-hari itu sih adanya kelakukan manusia seperti ini dan itu," kata Eko.
"Kalau begitu aku mau cerita," kata Budi.
"Budi mau cerita. Silakan!" kata Eko.
"Begini ceritanya. Seorang pemuda yang berusaha keras belajar ilmu agama dengan baik, ya sampai punya cita-cita ingin pergi naik haji. Pemuda itu kerja keras untuk mencapai cita-citanya itu. Sampai akhirnya usahanya itu berhasil mengumpulkan uang untuk naik haji. Pemuda itu menemukan sebuah ilmu yang terlarang banget. Pemuda itu mempelajari dari hal mustahil menjadi tidak mustahil. Pemuda itu berhasil sampai bertemu dengan Roh. Pemuda itu di jelaskan dengan baik.....rahasia kitab Al Quran dan seluruh kitab-kitab yang ada di dunia ini, ya kitab ajaran agama lain gitu. Pemuda itu paham banget di jelaskan sama Roh. Pemuda itu yang ingin naik haji, ya tidak ingin naik haji karena hidupnya telah menjadi semu karena sudah mengetahui apa rahasia kitab-kitab agama ini dan itu. Uang tabungan hajinya, ya di serahkan pada saudaranya untuk naik haji. Pemuda itu, ya menjalankan hidupnya dengan penuh kesantaian dan hanya menjadi petani biasa saja. Begitulah ceritanya," kata Budi.
"Ceritanya. Kok ada kesamaan dengan cerita yang aku ceritakan kemarin-kemarin,ya versi aku sih. Tentang Dono yang tidak jadi naik haji. Uang tabungan naik hajinya Dono, ya di pinjamkan ke Kasino.....untuk menolong usaha Kasino, ya agar usaha Kasino berjalan dengan baik?" kata Eko.
"Memang idenya aku ambil dari cerita Eko yang kemarin-kemarin tentang Dono, Kasino dan Indro. Tapi ini kan cerita versi aku!" kata Budi.
"Sebenarnya ada kesamaan cerita sih tidak ada masalah sih. Sekedar cerita saja. Kalau di pikir dengan baik. Kalau sudah mendengarkan Roh menjelaskan kebenaran ini dan itu, ya penjelasan lebih baik dari ahli agama yang ini dan itu. Pemuda itu, ya hidupnya semu lah," kata Eko.
"Amal baik dan amal buruk menjelaskan semuanya," kata Budi.
"Misteri kan Budi?" kata Eko.
"Memang misteri. Karena misteri lebih baik. Siapa...Roh tersebut? Ya bisa menjelaskan lebih baik dari para ahli agama," kata Budi.
"Kalau begitu lebih baik main catur saja!" kata Eko.
"Ok...main catur saja!" kata Budi.
Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.
"Topeng," kata Budi.
"Topeng kebenaran dan topeng kejahatan selalu bertarung dengan baik," kata Eko.
"Pahlawan super bertarung dengan penjahat super," kata Budi.
"Film kalau tentang pahlawan super bertarung dengan penjahat super. Kalau kenyataan sih, ya polisi berusaha keras memberantas kejahatan yang ada di masyarakat," kata Eko.
Eko dan Budi main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.
No comments:
Post a Comment