"Gelandangan," kata Budi.
"Tunawisma," kata Eko.
"Itu sih sama aja Eko," kata Budi.
"Aku hanya mengikuti alur omongan Budi," kata Eko.
"Sebenarnya. Aku membaca tentang gelandangan atau di sebut tunawisma," kata Budi.
"Terus!!!!" kata Eko.
"Aku punya cerita sih. Ya versi aku sih," kata Budi.
"Ada cerita toh Budi tentang gelandangan dan juga tunawisma. Cerita Budi!!!" kata Eko.
"Baiklah aku cerita. Seorang Bapak yang kaya raya. Bapak itu kehilangan istrinya, ya meninggalnya karena sakit sih. Bapak itu dari pernikahannya, tidak mendapatkan keturunan dari istrinya, ya jadinya hidupnya sendiri. Dari keadaan dirinya kesepian, ya memutuskan untuk main cewek gitu. Sebenarnya cewek-cewek itu, ya jebakan dari rekan kerja Bapak itu...untuk mengambil semua hartanya. Rekan kerja, ya berhasil mengambil harta Bapak itu. Ya Bapak itu jatuh miskin, ya kehilangan semua hartanya. Rekan kerja itu membuang Bapak itu ke tempat sampah. Bapak itu berkata "Ini semua karena kebodohan ku, ya aku kehilangan harta." Bapak itu, ya menerima keadaannya, ya jadinya Bapak itu pun gelandangan ke sana ke sini, ya sampai tidur di pinggir rumah ibadah agama apa pun gitu. Bapak itu jadi di hina-hina karena keadaannya sama orang-orang yang tidak bisa diam omongannya. Bapak itu sabar banget dengan keadaannya itu. Sampai pahitnya itu di tuduh mencuri, ya sampai semua orang-orang ini dan itu, ya sampai orang-orang yang bergerak di pemerintahan gitu yang menanggulangi penyakit masyarakat ini dan itu sih. Sebenarnya struktur pemerintahan, ya masih kacau karena banyak orang-orang kaya dapet membeli petugas-petugas pemerintahan untuk melancarkan urusan kerjanya, ya tujuannya kaya dan kaya. Bapak itu pun berkata "Istri ku. Kamu enak di alam lain. Sedang aku menderita. Hidupku lebih hina dari binatang". Bapak itu terus menjalankan hidupnya, ya walau keadaannya di hina ini dan itu. Sampai suatu ketika, ya ada orang baik yang bisa menerima Bapak itu. Seorang pemuda miskin yang tidur di bawah kolong jembatan. Bapak itu mulai membangun dirinya di kolong jembatan, ya jadi baik hidupnya pelan-pelan, ya di bantu pemuda yang baik dari mengumpulkan barang bekas sampai akhirnya Bapak itu kerja di sebuah toko. Bapak itu berkata "Aku bersyukur hidup ku mulai baik, ya Tuhan". Bapak itu terus di jalan baik, ya sampai waktu tutup usia. Begitu lah ceritanya," kata Budi.
"Cerita yang bagus. Penderitaan seorang gelandangan. Hartanya di rampas sama orang jahat, ya dengan cara ini dan itu...pake cewek," kata Eko.
"Kasihan juga gelandangan itu," kata Budi.
"Memang kasihan sih keadaan gelandangan, ya di hina-hina," kata Eko.
"Nasif dan Nasif," kata Budi.
"Nasif....nama orang," kata Eko.
"Becanda kan Eko?!" kata Budi.
"Iya!!!" kata Eko.
"Kalau begitu main catur saja!" kata Budi.
"Ok....main catur!" kata Eko.
Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Eko dan Budi, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum teh dan juga martabak.
No comments:
Post a Comment