"Seperti biasanya. Abdul santai di rumah, kan Abdul?!" kata Budi.
"Ya begitulah," kata Abdul.
Budi melihat foto cewek cantik di koran dan segera di ambil sih foto koran tersebut.
"Abdul kalau membicarakan tentang cewek gimana?!" kata Budi.
"Ngobrolin tentang cewek kan tidak ada masalah. Cuma sekedar bahan obrolan saja," kata Eko.
"Lagi pula cewek yang di obrolin juga tidak ada di sini," kata Budi.
"Kalau cewek yang di obrolin ada di sini gimana Budi?!" kata Abdul.
"Lebih baik diam lah. Dari pada ngomongin tuh cewek. Takut ini dan itu sih," kata Budi.
"Memang sih. Ada dampak dari obrolan jika obrolan itu, ya nilainya negatif. Jadinya takut ini dan itu. Menyinggung cewek yang di obrolin," kata Abdul.
"Kalau obrolan itu baik, ya positif. Seperti memuji cewek itu. Gimana Abdul?!" kata Budi.
"Memuji, ya di depan cewek. Takutnya di perkirakan tuh cewek, ya Budi mau mengambil hatinya tuh cewek. Ya ceweknya jadi salah tingkah sih di depan Budi," kata Abdul.
"Itu sih. Di nilai dari cewek yang sensitif ini dan itu. Kalau cewek cuek sih, ya di anggap biasa saja pujian cowok. Ya seperti angin berlalu gitu," kata Budi.
"Nama juga karakter cewek yang ini dan itu. Sama halnya karakter cowok. Ada cowok yang karakternya sensitif kaya cewek, ya jadinya tingkahnya kaya cewek. Ada cowok yang karakternya sok keren ini dan itu, ya maco gitu," kata Abdul.
"Ya omongan Abdul benarlah. Karakteristik manusia yang ini dan itu. Bisa di bilang kepribadian manusia yang ini dan itu," kata Budi.
"Emmmmm," kata Abdul.
"Foto cewek di koran ini. Cantik, ya kan Abdul?!" kata Budi.
"Artis, ya cantiklah," kata Abdul.
"Artis Mahalini," kata Budi.
"Artis Mahalini, ya katanya beritanya si deket dengan artis cowok sih," kata Abdul.
"Cerita kehidupan seputar artis ini dan itu," kata Budi.
"Emmmmm," kata Abdul
"Ngomong-ngomong. Putri cemburu apa tidak. Jika Abdul membicarakan cewek ini dan itu?!" kata Budi.
"Pertanyaan yang aneh. Sudah tahu aku dan Putri, ya belum jadian. Putri di Jakarta, ya sibuk kuliah. Sedangkan aku di Bandar Lampung, ya sibuk dengan usahaku untuk mencapai masa depan yang lebih baik, ya kaya lah," kata Abdul.
"Seadainya saja!" kata Budi.
"Kalau main seadainya saja. Ya.....ada sedikit marah lah membicarakan cewek lain. Apalagi memuji cewek lain. Kan lebih baik aku memuji Putri saja di depan Putri. Pastinya Putri senang lah," kata Abdul.
"Omongan Abdul ada benar sih. Dari sisi ini dan itu," kata Budi.
"Emmmm," kata Abdul.
"Kisah cinta Abdul dan Putri....apa bisa bersatu, ya realita kenyataannya?!" kata Budi.
"Jika perawannya tidak bisa aku dapatkan. Maka jandanya saja aku dapatkan!" kata Abdul.
"Serius Abdul. Urusan kisah cinta Abdul sama Putri, sesuai dengan omongan Abdul?!" kata Budi.
"Ya tidak lah. Kalau aku aminin dengan baik. Ya jadi doa lah. Maka itu tidak boleh di amini," kata Abdul.
"Iya juga sih omongan Abdul bener. Tidak boleh di aminin. Ya tetap berusaha dengan baik mendapatkan Putri dengan baik kan Abdul?!" kata Budi.
"Iya. Aku usahakan dengan baik mendapatkan Putri. Jika tidak dapat. Ya Aku ikhlas kan dengan baik, ya Putri bersama orang yang mencintainya," kata Abdul.
"Kadang aku pikir baik, ya ingin mendapatkan cewek yang cantiknya kaya artis Mahalini, ya main seandainya gitu," kata Budi.
"Seperti biasanya Budi," kata Abdul.
"Ya.....nama juga permainan seandainya. Maklum cowok jomlo. Masih berusaha mendapatkan cewek cantik sesuai keinginan hati dan juga kaya gitu," kata Budi.
"Budi. Budi. Budi!!!!" kata Abdul.
"Ok lah. Artis Mahalini....pujiannya cantik," kata Budi menegaskan omongannya, ya sambil Budi menaruh koran di mejalah.
"Emmmmm," kata Abdul.
Abdul dan Budi ingin main catur sih. Eko sampai di rumah Abdul, ya telah memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Abdul. Eko duduk bersama dengan Abdul dan Budi. Ketiganya sepakat main kartu remi, ya sambil menikmati minum kopi gelas dan juga keripik pisang rasa coklat.
No comments:
Post a Comment