"Misteri kehidupan," kata Budi.
"Kok ngomong misterinya kehidupan?!" kata Eko.
"Umur manusia kan tidak ada yang tahu Eko. Tahu-tahu dapet kabar dari pemberitahuan dari mesjid, ya pake toa tentang orang meninggal," kata Budi.
"Memang sih umur tidak tahu, jadi misterinya kehidupan tentang manusia yang meninggal," kata Eko menegaskan omongan Budi.
"Yang meninggal itu sudah cukup menikmati kehidupan ini dengan baik. Meninggal di umur 71 tahun," kata Budi.
"Manusia berharap sih, ya menikmati umur lebih lama lagi. Ya 100 tahun," kata Eko.
"Harapan manusia menikmati hidup lebih lama, ya umur 100 tahun. Tetap saja keputusannya telah di sesuaikan dengan takdir masing-masing manusia yang hidup di muka bumi ini," kata Budi.
"Ya begitulah," kata Eko.
Eko mengambil tahu goreng di meja, ya tahu goreng di makan dengan baik.
"Eko aku punya pertanyaan," kata Budi.
"Tentang apa?!" kata Eko.
"Tentang keyakinan," kata Budi.
"Keyakinan," kata Eko.
"Iya keyakinan tentang agama yang ku yakinin. Mungkin sama dengan orang-orang yang resah dan ingin bertanya pada seorang tentang keyakinan agama yang di jalaninnya," kata Budi.
Budi mengambil tahu goreng di meja, ya tahu goreng di makan dengan baik.
"Mungkin lah!" kata Eko.
Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi.
"Apa kah benar jalan agama yang aku yakini ini?!" kata Budi.
Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi. Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Kalau itu sih. Cukup di yakini dan di jalankan dengan baik, ya sudah benarlah agama yang di yakini Budi. Ya sama dengan aku," kata Eko.
Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Cukup di yakini dan di jalankan dengan baik. Tidak adakah petunjuk lainnya," kata Budi.
"Petunjuk. Kan ada di dalam kitab-kitab agama jawabannya tentang pertanyaan manusia," kata Eko.
"Di kitab-kitab ajaran jawabannya toh," kata Budi.
"Mungkin dari satu cerita. Tentang pemuda yang dapat mendengarkan suara roh. Pemuda itu di beritahukan tentang kebenaran agama. Jadi agama itu di katakan benar, ya agama tersebut mengarahkan pada manusia untuk di jalan kebaikan," kata Eko.
"Selama di jalan kebaikan maka jalan agama ku benar, ya Eko?!" kata Budi.
"Ya iyalah. Selama di jalan kebaikan maka jalan Budi benar!" kata Eko.
"Berarti tetap agama itu cukup di yakini dan di jalanin dengan baik saja," kata Budi.
"Ya begitulah," kata Eko.
"Ya sudahlah. Aku hanya perlu membuang keraguan aku tentang agama yang ku yakini. Maka aku tetap terus menyakini agama yang aku yakini dengan baik, ya di jalanin dengan baik seperti biasanya. Contoh yang baik, ya orang tua ku. Meyakini agama dan di jalanin dengan baik agama, ya tanpa ada keraguan sedikit pun," kata Budi.
"Orang tua jadi contoh yang baik untuk anaknya dalam menyakini dan menjalankan agama dengan baik," kata Eko menegaskan omongan Budi.
"Kalau begitu. Main catur saja!" kata Budi.
"Ok. Main catur saja!" kata Eko.
Ya Budi telah mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh papan catur di atas meja. Budi dan Eko mulai menyusun dengan baik bidak catur di papan catur.
"Hidup pun harus di nikmati dengan baik," kata Budi.
"Ya begitulah. Hidup harus di nikmati dengan baik," kata Eko menegaskan omongan Budi.
"Tetap saja kehidupan ini masih penuh dengan misterinya kehidupan. Yang ini dan itu," kata Budi.
"Ya begitulah," kata Eko.
Eko dan Budi main catur dengan baik.
No comments:
Post a Comment