Kera dan kura-kura adalah dua binatang yang mempunyai habitat berbeda. Kera hidup di hutan sedangkan kura-kura hidup di air. Namun jauh sebelum mereka mempunyai habitat yang berbeda, keduanya hidup bersama-sama dengan rukun dan bersahabat baik. Kera dan kura-kura dahulu hidup bersama di sebuah hutan. Mereka hidup bersama dengan binatang-binatang yang lain di hutan. Suatu pagi yang amat cerah seekor kera sedang berjalan sendiri di antara rombongan binatang di hutan. Melihat hal ini seekor kura-kura menghampirinya. Ia menyapa kera yang sedang berjalan sambil memegangi perutnya.
“Selamat pagi, Kera! Kenapa kamu memegangi perutmu?”
“Aku kelaparan. Semua buah pisang yang ada di hutan ini telah dimakan oleh kera-kera yang lain,” dengan suara yang terlihat tidak bersemangat kera itu pun menjawab. “Tenang, ikutlah denganku!” kata Kura-kura sambil meminta Kera untuk mengikutinya.
Kera pun mengikuti Kura-kura. Ia tidak dapat menduga-duga ke mana Kura-kura hendak membawanya. Hutan masih terlihat sepi. Tampaknya masih banyak penghuninya yang belum menampakkan diri. Ketika sampai di sebuah pohon pisang, Kura-kura menghentikan langkahnya. Kera pun berhenti di belakangnya.
“Lihatlah!”
Kura-kura menunjukkan sebuah pohon pisang dengan tunas yang telah tumbuh banyak.
“Kita akan menanam pohon pisang sendiri. Dengan begitu kita bisa makan pisang sepuasnya,” lanjut Kura-kura kepada Kera.
Mereka berdua pun kemudian mengambil masing-masing sebuah tunas pohon pisang. Setelah itu mereka membawanya pergi. Mereka menanam tunas pohon pisang di sebuah tempat yang tidak jauh dari rumah Kera. Kura-kura menanam tunasnya di sebelah kiri dan Kera di sebelah kanan. Mereka berdua sangat senang dan tidak sabar menanti pohon pisang untuk berbuah dan segera memakannya. Setelah menanam tunas pohon pisang itu Kera segera kembali bermain bersama teman-temannya. Semua penghuni hutan terlihat telah menampakkan diri dan saling menyapa satu sama lain. Kura-kura pun segera bergabung bersama teman-temannya yang sedang bermain.
Keduanya berjanji akan bertemu kembali esok hari untuk menyirami pohon pisang mereka. Seperti yang telah dijanjikan sebelumnya, Kera dan Kura-kura pun segera bertemu di tempat mereka menanam pohon pisang keesokan paginya. Kera berangkat dari rumahnya dengan sangat bersemangat. Kura-kura pun sudah terlihat berjalan ke tempat yang sama. Keduanya sampai pada saat yang bersamaan. Setelah saling sapa, keduanya lalu melihat-lihat tunas pisangnya masing-masing.
“Apakah tunas ini bisa tumbuh menjadi pohon pisang?” tanya Kera kepada Kura-kura.
“Tentu saja! Asalkan kamu merawatnya dengan baik,” jawab Kura-kura.
Mereka berdua pun merawat tunas pisang masing-masing dengan baik. Kera merawat tunasnya dan berharap bisa segera melihat tunas itu tumbuh menjadi pohon pisang yang berbuah banyak. Ia tak sabar menantikan buah-buah pisang dari tunas yang ia tanam. Kura-kura pun tidak mau kalah merawat tunas pisangnya. Mereka berdua setiap hari datang ke tempat itu dan bersama-sama berusaha untuk membuat tunas pisang mereka tumbuh dengan subur. Akhirnya saat yang ditunggu telah tiba. Setelah sekian lama menunggu, Kera dan Kura-kura melihat tunas pisang mereka telah tumbuh besar menjadi pohon pisang. Keduanya pun bersorak gembira.
Mereka semakin rajin merawat pohon pisang itu. Setelah melihat pohon pisang yang tumbuh subur, keduanya berjanji untuk bertemu kembali dalam beberapa hari. Setelah satu minggu tidak datang ke tempat pohon pisang itu berada, Kera dan Kura-kura pun kembali melihat pohon pisang sesuai janji mereka. Akan tetapi, betapa terkejutnya Kera ketika melihat pohon pisangnya. Ia melihat pohon pisangnya telah layu dan mati. Sedangkan pohon pisang milik Kura-kura terlihat tumbuh semakin tinggi dan subur. Kera pun sangat bersedih. Kura-kura berusaha untuk menghiburnya.
“Sudahlah, Kera, jangan bersedih! Lihatlah pohon pisangku! Ketika nanti sudah berbuah, kita akan memakannya bersama-sama,” Kura-kura berusaha menghibur Kera agar tidak bersedih.
Kera pun merasa senang karena Kura-kura telah mengizinkannya untuk memakan buah pisangnya apabila telah berbuah nanti. Kura-kura dan Kera kemudian meninggalkan tempat itu. Kura-kura pergi menemui teman-temannya dan menceritakan tentang pohon pisang yang ia tanam bersama Kera. Salah seorang dari mereka mengatakan padanya agar tidak begitu saja percaya kepada Kera. Ia memperingatkan bahwa bisa saja Kera nanti mencuri buah pisangnya apabila telah berbuah. Namun, Kura-kura menyangkalnya dan berkata bahwa ia telah bersahabat baik dengan Kera sehingga ia bisa memercayainya.
Pohon pisang milik Kura-kura tumbuh semakin besar. Kini Kura-kura dan Kera merawat pohon pisang itu bersama-sama. Hingga suatu hari pohon pisang itu berbuah. Sebagian besar buahnya telah menguning dan telah siap dipetik. Hanya sedikit saja buah yang masih berwarna hijau. Meskipun begitu, Kura-kura telah berniat untuk memetik saja buah pisangnya. Kura-kura mengajak Kera untuk memetik buah pisang. Kera pun dengan senang hati pergi bersama Kura-kura. Sesampainya di tempat pohon pisang itu berada, Kura-kura tampak bingung. Ia tidak bisa memanjat pohon pisang untuk memetik buah miliknya. Untunglah Kera sangat pandai dalam memanjat pohon. Kura-kura lalu meminta bantuan kepada Kera untuk membantunya memetik buah pisang.
Kera segera memanjat pohon pisang. Ia terlihat sangat terampil dan dalam sekejap sudah berhasil sampai di atas. Ia melihat buah pisang yang kini berada di depannya. Buah pisang itu terlihat sangat lezat. Kera hampir saja meneteskan air liurnya. Secepat kilat ia memetik pisang yang telah berwarna kuning. Karena sudah tidak tahan melihat pisang yang menguning dan terlihat sangat lezat, ia segera mengupas dan memakannya. Kera sangat gembira. Pisang itu sangat lezat. Ia pun kembali memetik pisang-pisang lain dan memakannya. Melihat Kera yang tidak henti-hentinya memakan pisang di atas pohon, Kura-kura sedikit cemas. Ia juga ingin segera memakan pisang itu. Maka ia langsung berteriak pada Kera yang sedang berada di atas pohon pisang.
“Hei, Kera! Aku juga ingin memakan pisang itu. Lemparkan padaku!” Kera tidak mengindahkan teriakan Kura-kura.
Ia sangat asyik dengan buah pisang ranum yang ada di hadapannya. Ia terus memetik dan memakan pisang yang berwarna kuning dan melempar pisang-pisang berwarna hijau yang belum matang kepada Kura-kura. Setelah memakan semua pisang yang telah matang, Kera pun tertidur di atas pohon pisang. Melihat kejadian itu, Kura-kura yang berada di bawah merasa sangat marah. Ia merasa telah ditipu oleh Kera. Ia pun segera mencari akal untuk memberi pelajaran kepada Kera. Kura-kura pergi mencari bambu dan memotongnya lalu meruncingkan bagian ujungnya. Setelah itu, ia kembali ke tempat pohon pisang berada. Dilihatnya Kera masih tertidur di atas pohon pisang. Kura-kura kemudian menancapkan bambu-bambu berujung runcing itu di sekeliling pohon pisang.
“Ada buaya datang! Ada buaya datang!” Kura-kura berteriak dengan kencang.
Kera yang tertidur di atas pohon pisang sangat kaget. Ia terbangun dan melepaskan kedua tangannya dari pohon pisang. Ia pun terjatuh dan tubuhnya menancap pada batang-batang bambu yang runcing. Kera pun mati seketika. Kura-kura segera meninggalkan tempat tersebut. Ia kembali pada teman-temannya dan menceritakan kejadian itu. Ia teringat dahulu salah satu temannya telah mengingatkan akan kejadian yang menimpanya. Menemukan temannya yang telah mati, kera-kera di hutan pun segera mencari tahu apa yang telah terjadi. Ketika mengetahui bahwa Kura-kura yang telah melakukan perbuatan itu, mereka pun menangkapnya dan membawanya ke tempat mereka berkumpul di hutan.
“Dia harus diberi pelajaran!” kata salah satu dari kera-kera tersebut.
Kera-kera memutuskan untuk membunuh Kura-kura dengan sebuah kapak. Namun, Kura-kura sangat pintar. Sebelum kera-kera itu mengambil sebuah kapak, ia berkata bahwa kapak itu tidak akan sedikit pun bisa menembus kulitnya. Ia menunjukkan bahwa goresan-goresan di kulitnya adalah bekas pukulan kapak oleh binatang-binatang di hutan yang pernah berusaha membunuhnya. Kera-kera itu memerhatikan kulit Kura-kura. Mereka pun percaya dan merasa bahwa sia-sia saja jika mereka menggunakan kapak.
“Kita tenggelamkan saja ia ke laut!”Salah satu dari kera-kera memberikan ide.
Mereka lalu membawa Kura-kura ke pinggir laut dan menenggelamkannya di sana. Kura-kura terlihat telah tenggelam ke dalam air laut. Namun tidak berapa lama, ia muncul kembali dengan sebuah lobster yang sangat besar. Para kera itu pun terkejut dan bertanya bagaimana Kura-kura itu tidak tenggelam. Mereka melihat lobster yang sangat besar dan ingin memakannya.
“Ikatkan tali ini pada pinggang kalian maka kalian tidak akan tenggelam,” Kura-kura memberikan saran kepada para kera yang juga ingin masuk ke dalam air laut untuk menangkap lobster.
Para kera pun mengikuti saran yang diberikan oleh Kura-kura. Mereka mengikat pinggang mereka dengan seutas tali lalu masuk ke dalam air laut. Namun, malangnya kera-kera itu tidak bisa kembali ke permukaan laut. Mereka tenggelam bersama tali yang diikatkan ke pinggang mereka. Mengetahui kejadian ini, para kera lain yang berada di hutan sangat takut. Semenjak saat itu, kera-kera tidak berani memakan buah selain buah-buahan yang ada di hutan. Itulah asal-usul mengapa kera tidak memakan daging karena mereka teringat peristiwa yang menimpa nenek moyang mereka di masa lalu.
***
Amihan selesai membaca buku cerita ya, ya buku di taruh di meja dengan baik. Amihan, ya keluar dari kamarnya langsung keluar rumah untuk bermain di halaman depan rumah, ya bisa di bilang sih taman. Amihan bermain dengan baik bersama saudara dan saudarinya.
No comments:
Post a Comment