Budi kerjaan apapun di kerjakan dengan baik sampai impiannya tercapai, ya bisa beli motor dengan cara kredit, ya nama juga gaji kecil dengan lulusan SMA. Prinsip Budi tidak ingin merengek beli motor sama orang tua karena sebenarnya orang tua Budi, ya sederhana sih dari pada di bilang miskin kan masih ada usaha dengan baik, ya agar keluar dari kemiskinan. Kan Ada cerita kalau remaja anak orang Kaya, ya di beliin motor sama orang tua karena orang tuanya kaya, ya kerja di pemerintahan lah.
Budi sampai di rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik. Eko ke dapur untuk membuat kopi satu gelas untuk Budi. Ya Budi duduk santai di depan rumah Eko. Eko selesai membuat kopi di dapur, ya di bawa dengan baik satu gelas kopi ke depan rumah.
Gelas kopi di taruh di meja dengan baik sama Eko dan Eko duduk dengan baik.
"Budi...kopinya!" kata Eko.
"Repot banget di sajikan kopi," kata Budi.
"Kebiasaan omongannya," kata Eko.
"Becanda....Eko!!!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Budi mengambil gelas berisi kopi dan di minum dengan baik banget.
"Gimana kerjaan Budi?!" kata Eko.
Budi menaruh gelas berisi kopi, ya di meja.
"Baik seperti biasanya," kata Budi.
"Kita masih bersyukur kerjaan kita baik kan Budi?!" kata Eko.
"Iya," kata Budi.
"Hidup di kota Bandar Lampung ini harus kerja keras demi kelangsungan Hidup dengan baik," kata Eko.
"Memang harus begitulah. Dari usaha sendiri sampai ikut orang dengan modal usahanya besar, ya mampu menggaji orang lain. Di jalanin dengan kesabaran dan juga kerja keras," kata Budi.
"Hasilnya di nikmati dengan baik kan Budi?!" kata Eko.
"Iyalah. Hasilnya di nikmati dengan baik!" kata Budi dengan tegas.
"Oooo iya Budi. Citra....," kata Eko.
Budi langsung motong omongan Eko "Citra itu anak mana ya?!"
"Anak Pak Hamit," kata Eko.
"Oooo anak Pak Hamit toh," kata Budi.
"Budi serious!" kata Eko.
"Ok....ok....ok!" kata Budi.
"Maksud aku. Kota Bandar Lampung ini, jika di omongin. Harus membicarakan yang baik-baik, maka akan mencerminkan citra yang baik pada kota ini?!" kata Eko.
"Iya Iyalah," kata Budi.
"Kalau membicarakan sudut sebaliknya, ya jadinya citra yang buruk," kata Eko.
"Iya lah. Contoh : Ada kejahatan pencurian, penipuan sampai perampokan di daerah sini. Maka jadi pertanyaannya....apa kerjaan, ya petugas keamanan yang di gaji sama pemerintahan dan juga swasta, ya sampai terjadi hal-hal yang di cegah?!" kata Budi.
"Jadi daerah jadi rawan ini dan itu sih," kata Eko.
"Karena rawan ini dan itu, ya jadinya citra daerah ini buruklah," kata Budi.
"Padahal kalau di cari dengan baik, ya orang berbuat kejahatan ini dan itu sih....dari anak kecil sampai orang kaya dan juga berbagi jenis suku yang tinggal di daerah sini. Tegasnya sih, ya tetangga sendiri, teman sendiri sampai keluarga sendiri," kata Eko.
"Ya mau di bilang apa ada itu datanya. Di daerah lain pun sama aja!" kata Budi.
"Memang pendidikan dari awal orang tua ke anak. Agar anak didik dengan baik, ya berjalan di jalan kebaikan, ya jauhkan dari jalan yang merugikan diri dan orang lain," kata Eko.
"Pergaulan juga yang mengubah anak. Banyak ceritanya," kata Budi.
"Pergaulan yang salah mengubah sifat manusia," kata Eko.
"Pemerintahan daerah dengan pemerintahan pusat," kata Budi.
"Jangan ngomongin itu ah!" kata Eko.
"Kenapa Eko?!" kata Budi.
"Kita ini cuma lulusan SMA, ya beda dengan orang-orang yang lulusan Universitas yang kerjaannya ngomong di acara Tv dan juga kerja di pemerintahan," kata Eko.
"Pemahaman keilmuan kita, ya kan Eko?!" kata Budi.
"Iya. Pemahaman keilmuan," kata Budi menegaskan omongan Eko.
"Emmmm," kata Eko.
"Eko. Lebih baik main catur saja!" kata Budi.
"Ok. Main catur saja!" kata Eko.
Eko mengambil papan catur di bawah meja dan papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi main catur dengan baik banget.
No comments:
Post a Comment