CAMPUR ADUK

Monday, August 9, 2021

PUTRI TERATAI

Parniyan Sareena selesai membantu ibu memasak di dapur sih. Parniyan Sareena duduk santai di ruang tengah, ya sedang membaca bukunya dengan baik.

Isi buku yang di baca Parniyan Sareena :

Malam itu seorang laki-laki sedang bersimpuh. Badannya yang kurus membungkuk, menahan tubuh yang kian renta. Di sebelahnya, seorang wanita tua juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua sedang khusuk berdoa, memohon agar diberi keturunan. Selama puluhan tahun mereka berdoa, sampai mereka menua, belum juga ada tanda-tanda kelahiran putra-putri tercinta. Namun mereka tidak pernah putus asa. Setiap malam menjelang tidur, mereka menyempatkan diri untuk berdoa agar mendapatkan seorang anak.

“Sudah selesai, Pak?” tanya sang istri dengan lembut. Ia segera mengulurkan tangan kepada suaminya.

“Sudah, Bu. Ayo, kita tidur,” ajak sang suami.

Mereka berdua akhirnya tenggelam dalam mimpi yang indah, mimpi tentang putri mereka.

Keesokan harinya, seperti biasa, lelaki tua bernama Kyungwu itu berangkat mencari nafkah. Ditemani sang istri, ia menyusuri jalan, memohon belas kasihan orang. Banyak orang yang menaruh belas kasihan kepada pasangan yang usdah renta itu, apalagi Kyungwu buta. Ia tidak dapat melihat sejak lahir. Ia sangat beruntung karena bertemu dengan Kwanji, yang bersedia menjadi istrinya dan mau merawatnya dengan kasih yang tulus.

“Sepertinya aku tidak enak badan, Pak,” kata Kwanji.

Hari ini Kwanji tampak pucat. Perutnya tiba-tiba bergolak.

“Ooeekkk...” Kwanji muntah. Ia sudah tidak tahan lagi.

“Kau kenapa, Bu?” tanya Kyungwu khawatir.

“Masuk angin sepertinya, Pak.” Kwanji berkata sambil memegangi perutnya yang terasa tidak nyaman.

“Kalau begitu kita pulang saja.” Kyungwu menggenggam tangan istrinya, mengajaknya kembali ke rumah.

Sesampai di rumah, Kwanji langsung berbaring. Ia pun merasa lebih nyaman. Sementara itu, Kyungwu mengoleskan minyak untuk meredakan sakit perut sang istri. Beberapa bulan kemudian, perut Kwanji kian membesar. Rupanya ia benar-benar hamil. Kyungwu dan Kwanji sangat gembira. Mereka tidak menyangka jika mereka masih bisa mempunyai anak meski usia mereka sudah senja. Setelah genap sembilan bulan sepuluh hari, Kwanji melahirkan seorang anak perempuan. Bayi perempuan itu diberi nama Ryeonmi, artinya teratai yang cantik. Namun sayang, karena usianya yang telah tua, Kwanji tidak bisa bertahan, ia meninggal dunia saat melahirkan. Ryeonmi pun menjadi seorang piatu. Ia dirawat oleh Kyungwu seorang diri dengan segala keterbatasan yang ia miliki. Ketika Kyungwu mencari nafkah, ia selalu membawa Ryeonmi. Seiring berjalannya waktu, Ryeonmi tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik.

Siang itu, udara terasa panas. Kyungwu berjalan seorang diri. Ryeonmi tidak dapat ikut dengannya karena sedang sakit. Badannya panas. Kyungwu sebenarnya tidak tega meninggalkan Ryeonmi sendiri, tapi ia harus bekerja agar bisa membeli makan dan obat untuk Ryeonmi. Kyungwu berjalan seorang diri di tengah terik matahari. Meski ia sudah hafal dengan jalan-jalan yang biasa ia lalui, kali ini nasibnya kurang mujur. Ia terjerembab di sebuah parit yang dalam di pinggir jalan.

“Oh, andai aku bisa melihat, aku pasti tidak akan terjerembab seperti ini,” keluhnya sambil berusaha naik ke jalan. Kyungwu berusaha keluar dari parit, namun selalu terpeleset dan jatuh lagi. Tubuhnya pun basah kuyup oleh air parit.

Mendengar keluhan itu, seorang biksu yang lewat menjawab kata-kata Kyungwu.

“Pak Tua, penglihatanmu bisa pulih kembali, tapi kau harus memberikan tiga ratus gantang beras untuk kuilku. Beras itu akan kupersembahkan untuk Sang Buddha,” katanya, “ulurkanlah tanganmu!”

Tanpa berpikir panjang, Kyungwu mengulurkan tangannya. Lelaki berkepala botak itu segera menarik Kyungwu dari dalam parit.

“Terima kasih, Biksu. Aku akan memberimu tiga ratus gantang beras seperti yang kau inginkan. Aku berjanji,” janji Kyungwu.

“Baiklah, kutunggu kedatanganmu untuk menepati janji,” kata sang biksu sambil berjalan menjauh.

Kyungwu tertegun mendengar kata-kata sang biksu. Ia tidak tahu dari mana mendapatkan beras sebanyak itu. Untuk makan sehari-hari saja, ia masih kekurangan. Tetapi jika ia tidak membayarnya, maka hidupnya bisa jadi celaka karena itu berarti ia telah menghina Sang Budha. Kyungwu pun pulang ke rumah dengan lesu. Ketika ia sampai di rumah, ia menceritakan semuanya kepada Ryeonmi. Ryeonmi mendengarkan cerita ayahnya dengan penuh perhatian. Setelah cerita itu selesai, ia ikut terdiam. Ayahnya tidak punya beras sebanyak itu. Lalu bagaimana ayahnya dapat memenuhi janjinya?

Ryeonmi berpikir keras, mencari cara agar hutang ayahnya dapat terbayar. Hingga larut malam, saat ia berbaring di kasurnya yang tipis, ia belum bisa memejamkan matanya. Ketika malam semakin larut, Ryeonmi tertidur juga. Ia bermimpi bertemu dengan seorang perempuan tua yang memperkenalkan diri sebagai ibunya.

“Pergilah ke pelabuhan, Anakku. Di sana kau akan menemukan seorang saudagar yang akan memberimu tiga ratus gantang beras. Beras itu bisa kau gunakan untuk membayar hutang ayahmu,” perintah wanita dalam mimpinya.

Ryoenmi tergugu-gugu. Selama ini ia tidak pernah bertemu dengan ibunya. Tapi, kali ini, wanita itu ada di hadapannya. Ia ingin sekali memeluknya. Tangannya menggapai-gapai sang ibu, namun tidak berhasil.

“Prang!”

Sebuah piring, yang terbuat dari seng, jatuh ke lantai. Ryoenmi langsung terbangun. Rupanya tangannya tadi menggapai piring itu hingga jatuh.

“Ada apa, Ryoenmi?” tanya sang ayah. Ia ikut terbangun mendengar kegaduhan itu.

“Maaf, Ayah. Aku tadi bermimpi. Tanpa sengaja tanganku menggapai piring itu hingga jatuh.” Ryoenmi menjelaskan. “Ayah tidur lagi saja.”

Kyungwu menuruti perkataan putrinya. Ia tidak tahu kalau sebenarnya hari sudah beranjak subuh. Lelaki buta itu kembali terlelap. Ketika sang ayah sudah tertidur pulas, Ryoenmi berjalan mengendap-endap menuju dermaga. Ia mencari seorang saudagar yang mau memberinya tiga rutus gantang beras.

“Sudah lama aku mencari seorang gadis yang bisa kupersembahkan untuk Raja Naga Laut. Sampai saat ini, belum ada orang tua yang mau memberikan anak gadisnya padaku, meskipun aku akan membayar mahal. Untunglah kau dating,” kata saudagar sambil tersenyum senang.

Saudagar memang harus mempersembahkan seorang gadis perawan apabila ingin pelayarannya ke negeri Cina berjalan lancar. Apabila ia tidak melakukannya, Raja Naga Laut akan membuat laut bergelombang dahsyat dan menghancurkan setiap perahu yang lewat.

“Aku bersedia memberimu tiga ratus gantang beras. Tetapi sebagai gantinya, aku akan menjadikanmu persembahan untuk Raja Naga Laut.” Saudagar itu memberikan penawaran.

Ryeonmi menyanggupi penawaran itu tanpa berpikir panjang lagi. Ia sama sekali tidak takut jika harus mengorbankan dirinya sebagai persembahan untuk Raja Naga Laut.

“Baiklah, Tuan. Asalkan Tuan memberikan tiga ratus gantang beras yang saya minta. Ayah saya harus memenuhi janjinya untuk membayar hutang.”

“Aku akan memerintahkan anak buahku untuk membawa beras itu ke rumahmu,” kata saudagar sambil memanggil salah seorang anak buahnya.

“Ambil tiga ratus gantang beras dan berikanlah kepada Kyungwu. Antarkan juga lelaki buta itu ke kuil untuk membayarkan hutangnya,” perintah saudagar itu.

Laki-laki bertubuh kekar, anak buah saudagar itu, segera menuju ke rumah Kyungwu. Tak lupa ia memanggul beras, pemberian sang saudagar.

“Apakah Anda adalah Tuan Kyungwu?” tanyanya setelah sampai di rumah reyot milik Kyungwu.

“Benar, Tuan,” jawab Kyungwu dengan wajah kebingungan. Dari tadi ia sedang mencari putrinya, namun ia tidak menemukannya. “Ada apa, Tuan?” tanyanya lagi.

“Aku membawa tiga ratus gantang beras sebagai ganti putrimu, yang menyerahkan diri sebagai persembahan untuk Raja Naga Laut.”

Mendengar hal itu, Kyungwu sedih bukan kepalang. Ryoenmi adalah anak satu-satunya, yang ia harapkan kehadirannya selama bertahun-tahun. Kini setelah ia tumbuh menjadi gadis remaja, ia justru menjadi persembahan bagi Raja Naga Laut. Namun ia segera teringat dengan janjinya pada sang biksu. Ia pun tidak ingin menyia-nyiakan pengobanan putrinya. Kyungwu bergegas berangkat ke kuil untuk memberikan beras itu. Sang biksu menerima dan mendoakan agar Kyungwu dapat melihat kembali. Akan tetapi, ketika waktu terus berlalu, Kyungwu tidak belum dapat melihat juga.

“Kau harus bersabar, Pak Tua. Untuk bisa sembuh, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan,” kata sang biksu meyakinkan Kyungwu.

Kyungwu pun hanya bisa bersabar dan berharap pengorbanan Ryoenmi tidak sia-sia. Sementara itu, Ryoenmi mulai berlayar dibawa oleh sang saudagar. Laut tampak tenang, sehingga awak kapal dapat menikmati perjalanan dengan nyaman. Namun sesaat kemudian, langit berubah menjadi gelap. Gelombang menggulung tinggi, seolah Raja Naga Laut tengah marah dan mengempaskan ekornya dari bawah laut. Layar kapal robek di terjang angin yang ganas. Dayung dan jangkar patah. Kapal semakin tak terkendali. Semua awak kapal menjadi panik. Saudagar segera berteriak untuk mempersiapkan Ryoenmi. Ia akan diceburkan ke laut yang sedang bergolak. Ryoenmi sudah siap. Ia didandani dengan pakaian pengantin berwarna merah. Ryoenmi terlihat sangat cantik.

“Ikat tangan dan kakinya!” perintah sang saudagar, yang merupakan kapten kapal itu.

“Tidak perlu, Tuan. Aku akan menceburkan diriku sendiri ke lautan,” jawab Ryoenmi tenang.

Awak kapal merasa kagum dengan keberanian Ryoenmi. Sesaat Ryoenmi berdoa, kemudian ia melompat ke dalam air. Seketika itu pula, gelombang laut menjadi tenang kembali. Sementara itu, Ryoenmi yang tenggelam ke dasar laut melihat cahaya yang terang benderang. Ia semakin heran ketika menyadari dirinya bisa bernapas bebas di dalam lautan. Dari arah kejauhan, serombongan anak buah Raja Laut mendekati Ryeonmi. Mereka membawanya menghadap Raja Laut. Ryoenmi tidak merasa takut dan justru senang menghadap Raja Laut karena ternyata roh ibunya di sana. Saat mereka berdua bertemu, sang ibu memeluk Ryeonmi dengan perasaan bahagia. Ia merasa gembira karena dapat bertemu dan berkumpul dengan putrinya. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.

“Mengapa kau terlihat murung, Putriku?” Kwanji merasa iba melihat Ryoenmi berdiam diri.

“Aku merindukan Ayah, Bu,” jawab Ryoenmi. Ia memandang ibunya dengan mata sayu. “Ayah hidup seorang diri. Dia pun tidak dapat melihat. Bagaimana keadaannya kini?”

Selama berhari-hari Ryeonmi terus-menerus memikirkan kondisi ayahnya. Raja Naga Laut sampai iba melihatnya. Oleh karena pengabdian yang Ryeonmi berikan kepada orang tuanya, Raja Naga Laut memberikan hadiah kepadanya.

“Sebagai hadiah atas kebaikan hatimu, aku mengizinkanmu kembali ke negeri permukaan,” titah Raja Naga Laut.

Raja Naga Laut memberikan kesempatan kepada Ryoenmi untuk bertemu dengan ayahnya. Dia mengubah Ryeonmi menjadi bunga lotus yang muncul di permukaan laut. Kemunculan bunga lotus berwarna merah itu menjadi perbincangan banyak orang dan terus tersebar dari mulut ke mulut. Suatu hari seorang pelaut menemukan bunga itu terapung di lautan. Ia pun mengambil bunga itu dan berniat untuk memberikannya kepada Raja yang sedang berduka karena istrinya meninggal dunia. Sang Raja menerima bunga itu dengan sukacita. Keindahan bunga itu membuatnya terpesona. Sang Raja pun meletakkan lotus itu di sebuah ruangan khusus. Di kala hatinya sedang sedih, ia akan duduk di ruangan itu untuk memandangi lotus pemberian sang pelaut. Ryoenmi, yang hidup di dalam bunga lotus itu, akan keluar dari bunga ketika malam tiba. Apabila pagi datang, ia akan kembali lagi ke dalam bunga, sehingga tidak ada seorang pun yang tahu keberadaannya. Suatu ketika, saat tengah malam, Raja merasa gelisah. Ia berjalan mengelilingi istana seorang diri. Tanpa sadar, kakinya sudah berada di depan pintu ruangan bunga lotus. Ia ingin melihat bunga itu untuk meredakan kegelisahannya. Ia pun membuka pintu ruangan itu dengan hati-hati. Namun dia terperanjat karena mendapati seorang gadis cantik sedang berdiri di tengah ruangan.

“Si... si...a...pa kau? Apakah kau hantu?” tanya Raja terbata-bata. Ia tidak menduga akan bertemu dengan gadis secantik itu di dalam ruangan bunga lotus.

“Saya yang tinggal di dalam bunga lotus ini, Tuanku Raja,” jawab Ryoenmi dengan hormat.

Raja tertegun. Ia terpesona dengan kecantikan Ryoenmi. Ryeonmi yang merasa malu, berniat kembali ke dalam bunga teratai, tetapi bunga itu tak ada lagi. Akhirnya Sang Raja meminang Ryoenmi, gadis lotus merah, menjadi permaisuri. Pesta pernikahan mereka berlangsung dengan megah. Atas permintaan Ryoenmi, seluruh rakyat diundang, termasuk orang-orang buta. Pesta itu berlangsung selama tiga hari tiga malam. Seluruh rakyat bersukacita dan menikmati pesta itu dengan gembira. Permaisuri Ryeonmi memerhatikan orang-orang buta dari balik tirai kamarnya. Ia berharap dapat menemukan ayahnya. Namun hingga hari terakhir, dia tidak menemukan ayahnya.

“Pesta telah usai. Tutup gerbang istana!” perintah Raja kepada panglima kerajaan.

Permaisuri bergegas masuk ke kamarnya. Ia ingin meluapkan kesedihannya karena belum bisa menemukan ayahnya. Tiba-tiba terdengar suara keributan dari arah gerbang istana. Ternyata seorang pengemis tua memaksa masuk ke dalam istana.

Mendengar keributan itu, Permaisuri tergerak untuk melihatnya. Seketika ia berteriak. “Ayah!” Permaisuri segera berlari ke pintu gerbang. “Jangan tutup pintunya, biarkan dia masuk. Dia adalah ayahku,” teriak Permaisuri Ryeonmi lagi.

Semua orang yang berada di sana tertegun. Mereka tidak menyangka kala ayah Permaisuri adalah seorang pengemis tua yang buta. Kyungwu berdiri kaku di tempatnya. Ia mendengar suara yang begitu akrab di telinganya.

“Ryoenmi?” gumamnya tertahan. “Apakah kau benar-benar Ryoenmi, Anakku?” tanyanya sambil menatap seorang gadis cantik yang berdiri di hadapannya.

Kyungwu menangis haru. “Kau sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik, Nak,” ucap Kyungwu di tengah isak tangisnya. Ia memeluk anaknya dengan rasa rindu yang membuncah.

“Ayah dapat melihatku? Ayah tidak buta lagi?” tanya Ryoenmi tak percaya. Air mata kebahagiaan mengalir di pipinya.

Kyungwu langsung tersadar. “Benar, Nak. Ayah dapat melihat.”

Kyungwu tertawa bahagia. Ia sangat bersyukur karena dapat bertemu kembali dengan putrinya dan dapat melihat. Orang-orang menyaksikan pertemuan ayah dan anak itu dengan penuh rasa haru. Mereka kagum kepada Permaisuri Ryeonmi yang tidak malu mengakui ayahnya, yang adalah seorang pengemis. Sejak saat itu, orang buta yang datang dan melihat wajah Ryoenmi akan mendapatkan penglihatannya kembali, seperti Kyungwu. 

***

Parniyan Sareena selesai membaca bukunya.

"Yaaaaa...cerita yang bagus asal Korea Selatan," kata Parniyan Sareena.

Parniyan Sareena menutup bukunya.

"Belajar ah!" kata Parniyan Sareena.

Parniyaan Sareena beranjak dari duduknya di ruang tengah sambil membawa bukunya sih, ya bergerak ke kamarnya. Di dalam kamar. Parniyaan Sareena, ya belajar dengan baik mengulas pelajaran yang di berikan guru dengan baik di bangku sekolah sih.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK