"Dono kebanyakan manusia itu menyembah apa?" kata Indro sambil mengambil tahu goreng di piring, ya segera di makanlah.
"Kok ngomongnya begitu?!" kata Dono.
"Abisnya. Ada sebuah cerita. Ada manusia yang buruk. Di nasehati sama Ustad untuk berjalan di jalan baik. Manusia itu tidak mau berubah gitu, ya tetap berjalan di jalan yang buruk gitu," kata Indro.
"Hatinya sudah tertutup. Tidak menerima nasehat. Kegelapan jiwa," kata Dono.
"Pantes aja. Kegelapan jiwa. Setan kali yang di sembah," kata Indro.
Indro mengambil tahu goreng lagi, ya di makan dengan baik. Dono mengambil gelas tehnya, ya di minum dengan baik.
"Di Tv. Artis yang jenjang pendidikannya tinggi dan mendapatkan gelar pendidikan tinggi, ya ternyata hebat juga ya," pujian Indro.
"Artis yang gelar pendidikan tinggi kan jadi contoh yang baik untuk pencapaian pendidikan gitu," kata Dono.
"Jadi contoh. Bener juga. Seperti jadi Presiden kan harus berpendidikan dengan baik. Ya jadi contoh yang baik gitu untuk generasi selanjutnya," kata Indro.
"Bentuk produk yang di tawarkan untuk membantu meningkatkan kemampuan anak-anak untuk pencapaian masa depan yang baik," kata Dono sambil menaruh gelas tehnnya di meja.
"Maksudnya......aplikasi Ruang Guru?!" kata Indro.
"Iya," kata Dono.
"Pinter yang membuat aplikasi Ruang Guru, ya bisa membantu anak-anak dalam meningkatkan kemampuannya memahami mata pelajaran. Otomatis di masa depan....anak-anak yang berprestasi bisa saja menjadi pemimpin di negeri ini dengan baik...contohnya Presiden," kata Indro.
Indro mengambil gelas tehnya di meja dan segera di minum dengan baik.
"Bisa jadi sih. Dengan Doa dan Usaha yang baik," kata Dono menegaskan.
Dono mengambil tahu goreng di piring dan segera di makan dengan baik. Indro menaruh gelas teh di meja.
"Don. Sebenarnya aku tahu Dono tidak ingin membicarakannya. Tapi aku ingin tahu saja sih?" kata Indro.
"Emangnya mau membicarakan apa?" tanya Dono.
"Dono masih mendengarkan suara Roh...kan?!" kata Indro yang ingin tahu gitu.
"Ya masih sih. Nama juga kemampuan aku," kata Dono.
"Masih toh...mendengarkan Roh," kata Indro.
"Apa Indro ingin mendengarkan Roh?" tanya Dono.
"Mau sih Don. Gimana caranya?" kata Indro.
"Aku akan memberikan pilihan pada Indro. Tes aja sih. Pilih kegelapan apa cahaya?" kata Dono.
"Tes toh. Ya aku sih milih cahaya," kata Indro.
"Kalau begitu sih Indro tidak akan mungkin mendengarkan suara Roh karena memilih cahaya. Semua manusia memilih cahaya untuk menjadi apa pun di muka bumi ini. Pada akhirnya manusia tenggelam pada keburukan dunia ini......penyakit hati," kata Dono.
"Jadi aku tidak mungkin bisa mendengarkan Roh toh," kata Indro.
"Iya," kata Dono.
"Seharusnya aku memilih kegelapan dong...untuk mendengarkan Roh," kata Indro.
"Kegelapan itu harus di pilih. Karena awalnya manusia itu buta, bisu, tuli dan tidak merasakan apapun. Tahu-tahu bangun melihat, mendengar, bicara dan merasakan semuanya. Pada akhirnya.....manusia itu matikan kembali ke buta, bisu, tuli dan tidak merasakan apapun," kata Dono.
"Awal di situ toh. Sulit Don. Dengan kegelapan seperti itu," kata Indro.
"Memang susah sih. Cuma awal saja sih. Ujiannya yang berat. Kalau tidak bisa mengikuti ujiannya.....pasti mati. Contohnya : seperti orang di uji sakit berat gitu, ya di ambang kematian gitu. Kalau orang itu memahami ilmu maka akan selamat dari ujian dan sembuh dari sakitnya itu," kata Dono.
"Ujiannya yang berat toh. Ya sudah Don. Lebih baik aku main game saja di Hp-ku!" kata Indro.
"Iya," kata Dono.
Dono mengambil buku di meja dan segera di baca dengan baik. Indro telah asik main game di Hp-nya. Sedangkan Kasino di ruang tengah sedang nonton Tv, ya acara yang di tonton sih sinetron gitu.
No comments:
Post a Comment