Dono dan Kasino lagi asik ngopi di ruang tengah. Indro masih sibuk memeriksa kota kayu yang berisi warisan Kakeknya yang di wariskan pada dirinya. Indro menemukan sebuah benda yang berbentuk sebuah gulungan yang di ikat dengan seutas tali yang terbuat dari serat kayu.
Indro ingin membukanya di dalam kamar Kakeknya, tapi gak jadi maka ingin membuka gulungan tersebut di ruang tengah sambil meminta tanggapan tentang gulungan tersebut ke teman-temannya.
Indro pun duduk bersama Dono dan Kasino. Lalu menaruh gulungan di taruh di atas meja. Indro segera menuang tekok berisi kopi ke gelas. Baru deh Indro menikmati minum kopinya yang enak itu.
Dono tertarik dengan gulungan yang di taruh Indro di atas meja dan ingin membuka gulungan tersebut. Tapi Kasino menghalangi karena merasakan sesuatu yang aneh pada gulungan yang di pegang Dono.
Indro malah tidak peduli omongan Kasino dan mengambil gulungan di tangan Dono. Lalu membuka ikatan pada tali yang mengikat pada gulungan. Dengan perlahan membuka gulungan tersebut oleh Indro.
"Gak ada apa-apa kan?" kata Indro.
"Iya....gak ada apa-apa?" saut Dono dan Kasino bersamaan.
Indro pun melebarkan gulungan di atas meja.....agar Dono da Kasino ikut melihat isi gulungan tersebut. Ketiganya terkejut karena di gulungan bergambar burung garuda lalu di lingkarin oleh tulisan yang tidak bisa dibaca mereka bertiga.
Terjadilah fenomena. Burung garuda keluar dari gulungan. Dono, Kasino dan Indro terkejut sekaligus takjub dengan fenomena tersebut. Burung garuda pun membawa ketiganya ke dunia yang mereka tidak kenal. Lalu burung garuda pun masuk lagi ke dalam gulungan tersebut lagi.
Dono, Kasino dan Indro bingung dengan keadaan mereka yang di lihatnya hanya ada pemandangan hutan belantara saja. Pada hal ketiganya berada di puncak gunung.
"Dimana kita...ini?" kata Dono.
"Mana aku tahu....ini semua gara-gara gulungan itu di buka sih. Aku...kan sudah memperingatkan. Kalau sudah kejadian begini ya....gimana lagi. Terima aja...keadaan yang sebenarnya," kata Kasino.
"Aku....bisa menerimanya. Tapi kayanya....aku kembali ke Papua lagi," kata Indro.
"Papua. Emangnya...kamu pernah ke Papua?" tanya Dono.
"Pernah...sih. Memulangkan tombak tanda persahabat ke suku pedalaman....ya di tanah Papua," kata Indro.
"Jadi...kemarin itu benaran....kamu ke Papua?" tanya kembali Dono.
"Iya," jawab Indro.
"Kalau...memang kita semua....berada di tanah Papua...berdasarkan pengalaman Indro yang pernah bertualang ke tanah yang....kita pijak. Jadi harus bagaimana Indro....agar kita semua bisa kembali?" tanya Kasino.
"Ya...kita harus mengembalikan gulungan tersebut ke pemiliknya. Baru deh kita semua pulang ke rumah. Tapi masalahnya tidak ada petunjuk untuk memulangkan gulungan tersebut ke pemiliknya," kata Indro.
"Harus gimana...ini Kasino?" tanya Dono.
"Harus menjelajah hutan Papua sampai menemukan petunjuk...untuk kembali," kata Kasino.
"Oh...gimana...kita mencari petunjuk dari suku di sini. Mungkin mereka tahu. Kaya saya memulangkan tombak kepada kepala suku Papua?" saran Indro.
"Boleh di coba," kata Dono.
"Ya...di coba aja. Dari pada diam aja di sini gak ada jalan keluar," saut Indro.
Dono, Kasino dan Indro pun sepakat menuruni puncak gunung untuk mencari petunjuk untuk memulangkan gulungan. Ketiganya dengan hati-hati berjalan saling menjaga satu sama lain. Sampai di kaki bukit. Mulailah rasa haus dan lapar ketiganya.
Berembuk ketiganya untuk mencari makan dan minuman di hutan. Akhirnya ketiganya memutuskan mencari makan dan minuman dengan cara masing-masing. Dono mencari buah-buahan yang bisa di temukan di hutan belantara. Kasino mencari umbi-umbian yang bisa makan. Sedangkan Indro yang pernah merasakan hidup di hutan belantara mencari makan yang bisa temukan saja...yang penting perut kenyang dan energi kembali lagi untuk menggerakkan tubuh.
Ketiganya berusaha keras tanpa menggunakan benda-benda tajam terbuat dari logam. Dono sudah keliling tidak mendapatkan hasil juga karena buah yang di cari susah di cari. Lalu Dono melihat sebuah pohon tua yang keropos di tumbuhin jamur.
Rasa senang oleh Dono dan segera mengumpulkan jamur yang menurut Dono bisa di makan karena di lihat dari jenis jamurnya. Kasino pun tak menemukan umbi-umbian yang terlihat hanya tanaman hutan yang tidak menyimpan umbi-umbian. Eee...Kasino terpeleset saat melangkah dan jatuh terperosot ke suatu tempat yang agak curam. Tapi dari kesulitan tersebut Kasino mendapatkan sebuah umbi talas. Segera di bongkar tanah oleh Kasino dengan menggunakan kayu....untuk mendapatkan umbi talas.
Indro pusing sekeliling gak ada hasil untuk ia....temukan untuk di jadikan makanan. Tapi ternyata mendengar suara tetes germicik air tapi samar. Indro dengan tenang mendengarkan dan menuju ke tempat tujuan. Akhirnya...Indro menemukan sumber air segeralah meminum dan menghilangkan dahaga. Tak segaja melihat seekor biawak masuk ke sarangnya di subuah lubang di tanah. Indro langsung mencari kayu yang kuat dan ujungnya di runcingkan pake batu dengan cara di gesek.
Kayu telah runcing barulah Indro memburu biawak di dalam sarangnya. Segera Indro menombak biawak di dalam sarangnya sampe....biawak mati. Setelah itu biawak pun di bawa Indro ke tempat teman-temannya.
Ketiganya berkumpulkan dan menaruh hasil yang mereka di temukan di hutan. Segera ketiganya bekerja sama untuk memasaknya. Dengan membuat alat pemotong dari batu yang tajam untuk mengulitin biawak.
Api pun telah jadi buat segera memasaknya bahan-bahan yang ada dengan cara di tusuk kayu....kaya memanggang pola memasaknya.
Singkat waktu jadilah bahan yang di masak. Ketiga menyantap makan tersebut untuk menghilangkan rasa laparnya sampai perut kenyang. Setelah itu baru melanjutkan perjalan. Indro pun berusaha melihat langit terus....siapa tahu ada asap mengepul di langit.
Dono dan Kasino seperti biasa mengikuti Indro yang tahu daerah yang pernah di jelajahnya. Akhirnya menemukan petunjuk Indro. Kepulan asap di langit. Segera ketiganya berlari-lari untuk menemukan orang yang membuatnya.
Usaha ketiganya berhasil menemukan perkampungan suku pedalaman. Indro pun senang bertemu dengan kawan-kawan lamanya dan termasuk kepala suku. Seperti biasa Indro dan kawan-kawan di jamu layaknya tamu datang dari jauh. Baru Indro bertanya dengan kepala suku tentang gulungan tersebut. Kepala suku menceritakan tentang gulungan yang di miliki Kakeknya Indro berasal dari sebuah kuil di dalam gunung. Kunci masuk ke dalam kuil tersebut menggunakan 2 tombak kembar. Kepala suku menyarankan Indro dan kawan-kawan di larang ke kuil tersebut untuk memulangkan gulungan.
Karena kepala suku khawatir dengan keselamatan Indro dan kawan-kawan bahwa di dalam kuil ada penjaganya.
Indro tetap ingin ke kuil tersebut untuk mengembalikan gulungan tersebut agar kembali pulang ke rumahnya bersama teman-temannya. Kepala suku memberikan arahan menuju kuil tersebut dengan baik. Esok pagi-pagi sekali mulailah Indro dan kawan-kawan menjelajah menuju tempat yang di tuju dengan membawa tombak kembar.
Berhari-hari perjalan ketiganya membelah hutan. Sampai juga di kaki gunung yang di beritahukan oleh kepala suku. Tombak kembar pun di tancapkan pada lubang sebagai kunci masuk. Baru bergerak dan membuat jalan masuk ke dalam gunung. Dengan hati-hati Indro dan kawan-kawan masuk ke dalam jalan menuju kuil di dalam gunung.
Sampai di aula kuil ada patung batu berbentuk manusia berkepala burung.
"Garuda. Abdi setia Dewa Wisnu," kata Indro.
"Nama lainnya Jatayu....," saut Dono.
"Kaya Dewa Horus dari Mesir kuno kalau di lihat bentuknya," kata Kasino.
Patung pun bergerak. Dono, Kasino dan Indro mulai ketakutan sekali kalau-kalau patung batu akan melumatkan ketiganya.
"Ada apa kalian bertiga dateng ke kuil aku," kata patung batu.
"Anu. Kami bertiga ingin memulangkan gulungan bergambar garuda," kata Indro yang memberanikan diri.
"Jadi begitu. Mana gulungannya?" kata patung batu.
"Ini," kata Indro sambil menyerahkan gulungan ke patung batu.
Patung batu mengambil gulungan dari tangan Indro. Lalu gulungan tersebut di buka oleh patung batu dan langsung terjadi fenomena pada patung batu. Gambar dan tulisan keluar dari gulungan dan langsung menempel ke patung batu. Seketika tubuh patung batu retak semua. Batu pun berjatuhan ke lantai dan muncul sosok yang sebenarnya.
"Garuda. Abdi setia Dewa Wisnu berarti dari India," kata Indro.
"Iya. Nama lainnya Jatayu. Jawa salah satu daerah dari penyebaran agama Hindu," saut Dono.
"Atau jangan-jangan bukan Garuda tapi Dewa Horus dari Mesir," kata Kasino.
"Aku Garuda abdi setia Dewa Wisnu. Terimakasih telah mengembalikan wujud aku kembali semula," katanya.
"Benarkan Garuda...dari India," kata Indro.
"Bukannya dari Jawa apa Bali..ya? Atau Thailand....ya?" kata Dono.
"Kaya lebih tepatnya sih dari Mesir," kata Kasino.
"Terserah apa yang kalian bicarakan. Yang benar aku Garuda dari Surgaloka," katanya.
"Wah...kalau begitu. Dari kerajaan langit. Berarti.....India," kata Indro.
"Kalau kerajaan langit berarti Cina juga ada. Malahan Dewa Guntur mirip dengan Garuda. Kalau di Jepang sih ada juga sih....ya mirip aja, tapi jauh ah?!" kata Dono.
"Kerajaan langit. Dewa Horus lebih tepatnya berarti dari Mesir. Apalagi Filmnya bagus bangus banget menceritakan kisah para Dewa," kata Kasino.
"Kalian bertiga berdebat. Tapi tetap saja tujuan kalian becanda," kata Garuda.
"Ya...begitulah kami," kata Dono, Kasino dan Indro bersamaan.
"Sudah pembicaraannya. Aku mau pergi meninggalkan kuil ini dan menjelajah angkasa seperti dulu," kata Garuda.
Garuda pun mulai mengepakan sayapnya dan melayang di udara. Dengan sekejab menjebol gunung sampai keluar. Kuil pun runtuh. Dono, Kasino dan Indro berlari keluar kuil.
Ketiganya melihat Garuda yang melayang di udara sedang asik melihat keadaan sekitar. Baru Garuda terbang dengan cepat menjelajah angkasa. Dono, Kasino dan Indro melambaikan tangan mereka sambil berkata "Sampai jumpa Garuda".
Indro pun mencabut tombak bersama Dono yang tertancap di pintu masuk kuil. Baru Ketiganya berjalan menuju perkampungan suku pedalaman.
Singkat waktu. Dono, Kasino dan Indro sudah berada di perkampungan suku pedalaman dan segera menyerahkan dua tombak kembar ke kepala suku. Tombak di pegang kepala suku. Dono, Kasino dan Indro kembali ke rumah.
"Akhirnya sudah di rumah. Petualangan yang seru," kata Indro.
"Seru....memang seru. Tetap susah juga hidup di hutan belantara demi untuk bertahan hidup," kata Dono.
"Mau gimana lagi. Hidup di hutan cuma berburu dan mengumpulkan makan yang ada di alam, tapi tidak rawat alias liar banget," kata Kasino.
"Sudahlah jangan di bahas lagi lebih baik mandi bersih diri....lalu jalan-jalan menikmati hidup kita di dunia yang perkembangan teknologi dan informasi," kata Indro.
"Bener juga. Lebih baik mandi. Tubuh ku...gak enak di cium kaya bau kambing bandot," kata Dono.
"Sama...nie. Mandi ah. Biar bersih dan harum," kata Kasino.
Ketiganya mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu memakai baju yang bersih dan rapih ketiganya agar terlihat ganteng dan keren. Baru deh Dono, Kasino dan Indro jalan-jalan menikmati hidup.