Malam tenang sekali di pinggira kota Jakarta. Indro sedang asik duduk di depan rumah sambil main gitar. Baru genjreng-genjreng Indro teringat sesuatu berkenaan dengan debat ke empat Capres yang di tontonya.
Indro pun nelpon Dono. Segeralah Hp di angkat.
"Asalamuaikum....Indro...ada apa nelpon?"
"Waalaikum salam....Dono. Kabar mu baik Dono?"
"Baik....Indro."
"Gini....Dono....saya....."
"Pinjem duit........"
"Ya...gak..Don. Saya juga baru dapet gaji dari kerjaan saya," penjelasan Indro.
"Ooo. Terus mau apa...Indro?"
"Saya mau tanya tentang debat ke empat Capres?"
"Males...ah," kata Dono.
"Kali...ini aja tanggapan...kamu...tentang debat ke empat Capres?" bujuk Indro.
"Iya...deh....bagus dan panas suasananya dan juga topik cukup menarik. Kalau saya analisa sih....sesuai dengan kapasitas Capres. Karena menekankan besik diri mereka berdua yaitu sipil dan militer. Sudut pandangan mereka berdua sebagai Capres agak begitu besebrangan. Tapi saya sebagai penonton cukup mengerti di lihat dari gejala sosial ekonomi dan politik. Ya....relefan banget. Walau ada yang ganjil...sih....dalam proses debat ke empat Capres," penjelasan Dono.
"Tunggu dulu....Don kamu nonton di rumah atau nonton langsung kaya saya?" kata Indro memotong pembicaraan Dono.
"Nonton bareng.....posko tim pemenangan....di Batam Center," kata Dono.
"Jadi...kamu..nonton bareng toh sama saya nonton langsung di hotel yang mengadakan debat ke empat Capres...Don."
"Kok...bisa....Indro."
"Bisalah...Indro....gitu," Indro membanggakan dirinya.
"Jangan-jangan kamu jadi OB...ya...Indro?"
"Salah."
"Jadi...petugas keamanan hotel?"
"Salah."
"Oh...iya. Jadi tim sukses pemenangan salah satu dari Capres?"
"Salah.....saya..nyerah deh...Indro," kata Dono.
"Jadi wartawan....," kata Indro dengan bangganya.
"Kok...bisa...jadi wartawan. Untuk meliputkan berita pake kartu identitas sebagai wartawan. Jangan-jangan nyolong ya...kaya di film-film ya....Indro."
"Ya...enggak lah. Saya di suruh gantiin orang juga. Lumayan uangnya," kata Indro yang senang.
"Dasar pinter nyari kesempatan untuk mendapatkan rezeki," pujian Dono.
"Yo.i. Tapi...Dono..hubungan kamu dengan Rara baik-baikkan?"
"Baik..kok," saut Dono.
"Baguslah itu. Oh iya saya punya sedikit permainan,"
"Apa itu?" Dono memotong omongan Indro.
"Saat saya nonton langsung debat ke empat Capres. Ada 3 penyanyi cantik. Putri, Aulia, dan Rara. Mana yang kamu pilih....Don?"
"Eeemmmm. Yang mana ya?. Aaaa yang cantik, anggun dan matang kedewasaannya. Rosa," kata Dono.
"Kenapa Rosa...Dono?" kata Indro.
"Kenapa Rosa? Ya karena sudah pengalaman menjalankan hidup dan juga tahu artinya sakit karena cinta. Kalau Putri, Aulia, dan Rara....
masih...proses. Sama aja kalau saya kaitkan dengan Pemilu Presiden. Kita butuh orang berpengalaman menjalan roda pemerintahan di Indonesia. Berdasarkan amanah UUD 1945, Pancasila dan harus di sesuaikan dengan perkembangan zaman sekarang atau di sebut zaman milenial," penjelasan Dono.
"Oh...begitu.... Jadi tetap Rosa," kata Indro.
"Iya," saut Dono.
"Kenapa gak Aulia..aja...Don?"
"Enggak."
"Rara....gimana Don?"
"Enggak."
"Terakhir....Putri. Walau di masa lampau lebih lampau cinta monyet kamu adalah Putri," kata Indro.
"Putri....teman masa kecil...cerita masa lalu. Putri penyanyi dangdut....hanya namanya aja sama. Engaklah...," kata Dono.
"Jadi....Rosa..toh. Matang kedewasaannya," kata Indro.
"Udahlah.....ngobrolnya. Asalamualaikum," Dono menutup pembicaran lewat Hpnya.
"Waalaikum salam," jawab Indro.
Indro mematikan Hpnya. Mulai lagi genjreng gitarnya. Hari mulai larut sekali. Indro masuk ke dalam rumah dan menutup pintu depan. Indro masih kurang puas dengan jawaban Dono tentang debat Capres. Saat itu melihat Kasino lagi asik menonton Tv. Indro pun mulai bertanya ke Kasino tentang debat ke empat Capres.
Eee Kasino malah jawab males kaya Dono. Lalu Indro membujuknya Kasino agar mau menanggapi tentang debat ke empat Capres. Kasino pun menjelaskan dengan singkat dan padat yaitu "Baca buku Kewarganegaraan di situ ada jawabannya. Kalau kurang lagi...baca Kebijakan Publik, Tata Negara, Tentang Persenjataan atau lebih tepatnya Kemiliteran RI, dan Bentuk Kerjasama Internasional".
Indro pun tambah pusing di jelaskan oleh Kasino tentang buku-buku yang pernah dia baca. Maka Indro pun berusaha memahaminya dengan baik arahan Kasino. Walhasil Indro mengerti dan puas ternyata tema pada debat ke empat Capres berhasil dan dari 2 faktor yaitu sudut pandang masyarakat umum dan khusus yaitu berkepentingan.
Indro pun meninggalkan Kasino nonton sendirian di ruang tengah bergerak masuk ke dalam kamar untuk istirahat. Eee...Indro teringat pada omongan Dono.
"Kenapa...Dono bisa nonton sama tim sukses salah satu dari Capres. Oh...iya...iya....Dono....anaknya mudah bergaul. Padahal dia tidak terjun di perpolitikan," celoteh Indro.
Indro mulai membuka leptopnya dan mengetik pekerjaannya dengan baik sampai datang rasa kantuknya.
Karya : No