CAMPUR ADUK

Wednesday, March 3, 2021

TOLERANSI

Dono menemukan buku tulis yang lusuh di bawah rak buku. Dono membuka buku tulis lusuh dan membaca artikel yang tertempel di lebaran kertas buku tulis, ya segera di baca dengan baik artikel lama tersebut dengan judul 'Dulu Insan Film Yang Alergi Nonton Televisi'. 

Dulu, ketika industri perfilman nasional masih jaya-jayanya, ada insan film yang alergi terlibat dalam pembuatan sinetron, misalnya, menjadi pemain atau sutradara. Bahkan, sineas yang berkiprah di sinema elektronik seakan dikucilkan dari pergaulan. Padahal, "Ketika itu yang rajin membuat sinetron hanya TVRI karena memang hanya TVRI itulah yang ada," ungkap Ismail Sofyan Sani.

Ismail ini adalah sineas yang merasa terkucilkan karena dia rajin ikut bermain sinetron untuk tayangan TVRI.

"Saya sendiri tidak tahu, mengapa jadi begitu?" kata sutradara jebolan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini kepada Saluran Nomor 1 RCTI - Jawa Pos. Namun demikian, Ismail mengaku tidak peduli dikucilkan dan tidak merasa terkucilkan. Dia berpendapat bahwa bermain film atau sinetron itu sama saja.

"Saya melihat orang film dulu sangat tidak suka jika disuruh bermain atau menyutradarai sinetron di teve. Mereka beralasan jika sudah top di film, bermain di teve dapat menurunkan pangkat mereka. Pada saat itu saya hanya bisa tersenyum melihat tingkah lakunya. Habis, bagaimana lagi, mereka melihat program di teve saja sudah alergi," ungkap Ismail.

Kini, insan film justru berbondong-bondong terjun ke dunia sinetron. Bagi Ismail, hal itu wajar saja karena hasil yang dapat diharapkan mereka waktu itu, kini tidak bisa diharapkan lagi. Daripada mereka ikut-ikutan mati, lebih baik turut memperkuat industri sinetron. Apalagi, kini jumlah stasiun televisi tidak hanya satu, tetapi enam buah sehingga banyak kesempatan untuk berkarya.

"Ada untungnya mereka terlibat dalam program televisi, paling tidak, tayangan program televisi, khususnya sinetron, akan semakin apik," ujarnya.

Ketabahan ismail menekuni layar kaca, meskipun saat ini ia tidak lagi terlibat banyak di TVRI, hasilnya bisa ia nikmati sendiri.

"Saya ini orang luar yang diperbantukan ke TVRI menjadi saudara. Sebelumnya, saya banyak memainkan drama-drama atau sinetron TVRI," kata pria kelahiran Padang 23 Desember 1958. 

Sinetron awal yang disutradarai Ismail untuk tayangan TVRI berjudul Bunga-Bunga Kampus dan Jendela Rumah Kita. Kedua sinetron itu, waktu itu menjadi layangan favorit masyarakat. 

"Bangga dong, baru pertama menyutradarai, respon pemirsa terhadap karya saya itu sangat positif," ujarnya. 

Sejak itu, seiring perkembangan industri pertelevisian yang meningkat pesat dengan bertambahnya stasiun televisi swasta, nama Ismail turut diperhitungkan. Di antara karyanya yang banyak dibicarakan orang, antara lain, Singgasana Brama Kumbara dan Kesaksian. Kini, karya terbarunya berjudul Perawan Lembah Wilis.

***

Dono selesai membaca artikel tersebut dengan baik dan di tutup dengan baik buku tulis tersebut. 

"Proses perjalanan," kata Dono.

Dono menaruh buku tulis yang lusuh di rak buku dengan baik. Dono ke ruang tengah untuk menonton Tv. Indro sedang asik nonton Tv. Kasino sedang sibuk di kamarnya mengerjakan kerjaannya dengan baik. Dono duduk di sebelah Indro yang asik nonton Tv. Acara Tv bercerita tentang agama hindu  berkembang di India. 

"Don," kata Indro. 

"Apa?" kata Dono. 

"Kita umat Islam harus menghormati agama orang lain kan. Contohnya : seperti acara Tv yang menayangkan agama hindu di India," kata Indro. 

"Harus menghormati agama orang lain yang di anut. Contoh : acara di Tv yang kita tonton. Kita menghormati agama orang lain, maka agama yang kita anut, ya di jalani dengan baik.....jadi di hormati sama orang agama lain," kata Dono. 

"Toleransi," kata Indro. 

"Iya," kata Dono. 

Dono dan Indro terus menonton acara Tv sampai selesai, ya berganti dengan acara lain acara musik. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK