Siang hari yang tenang Dono duduk di ruang tamu sambil mengetik di depan leptopnya dengan penuh keseriusan. Indro paru pulang dari urusan kerjaannya dan langsung masuk rumah lalu duduk bersama Dono.
"Dono...serius amat?" Indro yang mengganggu Dono.
"Iya," saut Dono dan akhirnya menghentikan mengetiknya pada leptopnya.
"Dono gimana kencan kamu sama Rara?" tanya Indro.
"Sukses. Tapi ngomong-ngomong kenapa jam segini udah pulang kerja?" kata Dono.
"Kamu kaya gak tahu aja. Saya wirausaha jadi jam kerja saya yang ngatur ya saya," penjelasan Indro.
"Oh..begitu," saut Dono.
Dono mulai mengetik lagi di depan leptopnya.
"Dono gimana dengan Rara?" tanya Indro.
"Baik," jawab Dono.
"Gimana dengan Wulan?" tanya Indro.
Dono pun menghentikan mengetiknya pada leptopnya.
"Wulan. Kebohongan atau kah kejujuran yang harus saya ceritakan..ya Indro."
"Ya..kejujuran yan terpenting...bukan kebohongan Dono."
"Kalau begitu..sih. Wulan itu sudah gak ada alias sudah pulang keramattulloh. Yang sekarang adalah Rara penggantinya Wulan. Tetap saja jika saya ingin mencintai Rara sepenuhnya saya harus membuang bayang-bayang Wulan agar tidak menyinggung Rara....ya kan Indro."
"Harus..bisa Don. Melupakan Wulan. Karena Wulan sudah tenang di alam sana. Sedangkan yang hidup ini terus mencari jawaban dari perjalan hidup agar jalannya menjadi baik dan tidak hancur karena sebuah keadaan saja. Rara adalah masa depan kan...ya kan Don."
"Iya.... Setelah saya menjalankan hubungan dengannya akhirnya saya mengerti Rara bisa saya cintai sepenuh hati saya....ya kan Indro."
"Itu semua kamu yang merasakan hubungan kamu baik dengan Rara. Tapi sebenarnya saya punya pertanyaan yang cukup kompleks untuk kamu Dono."
"Apa..itu...?" saut Dono.
"Kenapa kamu memilih Rara?" tanya Indro.
"Kenapa Rara saya..pilih ya? Benar-benar..saya harus ngomong dari mana ceritanya. Dari sini aja. Ada sesuatu di dalam diri Rara yang membuat saya berreaksi untuk tertarik padanya. Seperti dua kutup yang berlainan dan saling tarik menarik keduanya..itu saja Indro."
"Kalau begitu sih respon.....yang biasa dan lumrah seperti yang lainnya....ya kan Don."
"Iya. Tapi sebenarnya ada.yang saya sembunyikan untuk hal yang spesial. Jadi orang lain tidak boleh tahu," kata Dono.
"Kalau..hal yang spesial sih ..hanya kamu yang tahu saya sih gak perlu tahu. Karena saya tidak ingin tahu. Padahal saya tahulah yaitu gak jauh-jauh dari jiwa Rara itu sendiri....ya..kan Dono."
"Ya..benar..Indro. Jiwa Rara. Mengingatkan saya pada Wulan. Maka itu saya ingin bersamanya. Tapi saya harus menghapuskan kenangan Wulan pada saya. Dan akhirnya saya merasakan perasaan sebenarnya dari Rara. Jiwa dia yang sebenarnya terlihat jelas di mata saya dan merasakan perasaan dari hatinya Rara. Anaknya baik dan berbudi luhur yang baik dan pantes di perjuangkan untuk pelengkap hidup saya..ya kan Indro."
"Sebagai teman saya mendoakan agar hubungan kamu dengan Rara terus langgeng sampai sebuah jawaban yang paling benar yaitu pernikahan yang di ridoi semua orang. Kalau begitu saya kerja lagi. Cuma istirahat. Ok..Don."
"Ok..Indro. Semoga sukses usahanya."
"Ya," saut Indro.
Indro keluar dari rumah dan pergi ke tempat kerjaanya di daerah sekitar rumah. Dono kembali mengetik di leptopnya dengan judul tulisan "Cinta Masa Depan adalah Rara". Setelah selesai mengetik semua ide tertuang semuanya menjadi tulisan yang bagus. Dono mulai mematikan leptopnya dan menaruhnya di kamarnya lalu bergegas pergi untuk main ke rumah Rara.
"Entar dulu jam segini Rara gak ada di rumah?" celoteh Dono.
Dono tidak jadi kerumah Rara berganti tujuan untuk main ke tempat kerjaan Kasino dan sekalian bantu-bantu di sana.
Karya: No
No comments:
Post a Comment