Malam begitu larut sekali. Awin duduk dengan santai selesai sholat isya. Lalu seorang Bapak-Bapak menyodorkan tangannya kehadapan Awin. Sontak Awin pun mengulurkan tangannya dan bersalaman. Tak lama melepaskan jabatan tangan.
"Oh ya Win udah ada pasangan ?" tanya Bapak Antok.
"Belum Pak," jawab Awin.
"Ngomong-ngomong umur berapa sekarang?" tanya Bapak Antok.
Awin berpikir sejenak ketika mendengar pertanyaan itu. Tetap saja Awin menjawab dengan tegas "Masuk 33 Pak."
"Oh gak berniat untuk menikah?" tanya kembali Bapak Antok.
"Menikah..........toh, kalau maunya gadisnya saya tolak Pak. Tapi Kalau mau saya baru saya tunjukan kepemimpinan saya yang baik," kata Awin lugas.
"Oh......begitu................ Jadi ke putusan seorang seorang kepemimpinan toh. Kalau gadisnya bener-bener suka..........sama kamu gimana........?" ujar Bapak Antok.
"Ya.........tetap saya tolak......Pak.........," tukas Awin.
"Tolak....juga.......walau gadis itu bener-bener mencintai mu secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi?," tanya Bapak Antok lagi.
"Tetap....di tolak. Karena saya belajar menjadi seorang pemimpin yang komitmen dengan keputusan yang saya buat dan tidak akan goyah walau bentuk ujian apapun?," pernyataan Awin yang tegas.
"Baik...lah...keputusan kamu. Padahal saya mau menawarkan anak saya," kata Bapak Antok.
"Saya...sudah mengerti dari awal pembicaraan. Bapak menawarkan Lisa anak semata wayang Bapak. Tapi tetap saya berpegang teguh dengan pendirian saya. Yaitu menolak keinginan dari seorang gadis, walaupun orang tuanya berniat baik menjodohkannya dengan saya," kata Awin.
"Ok.......kamu orang keras dengan pendirian kamu," kata Bapak Antok.
Bapak Antok beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari mesjid. Awin pindah dari duduk dan bersandar di dinding mesjid. Lalu Andre mendekati Awin.
"Awin...benaran..menolak.....Lisa.........yang cantik jelita......?" tanya Andre.
"Beneran, walau pun sebenarnya saya tahu kalau Lisa menyukai saya," kata Awin.
"Awin kenapa menolak Lisa?" tanya Andre.
"Saya tidak suka," jawab Awin.
"Oh...begitu..... Ada alasan yang lain?" tanya kembali Andre.
"Saya tidak suka," jawab Awin.
"Oh...begitu..... Ada alasan yang lain?" tanya kembali Andre.
"Saya suka bertindak sesuai keinginan saya. Walau gadis yang saya sukai menolak saya. Itu lebih baik dari pada gadis yang menyukai saya dan saya tidak punya perasaan sama sekali dengannya," kata Awin.
"Tapi jalan ini lebih mudah kalau gadisnya mau. Dari pada gadisnya yang menolak kamu," kata Andre.
"Tetap saja saya tidak punya perasaan sama Lisa," kata Awin.
"Awin zaman now ini lebih baik mengalah untuk urusan gadis. Bukan keras kepala dengan prinsip," kata Andre.
"Terserah kalau di bilang begitu. Tapi namanya pemimpin sekali mengeluarkan keputusan susah untuk di mencabut keputusannya. Karena tujuannya untuk menjadi seorang pemimpin yang bijak dalam menjalankan hidup yang lebih baik," kata Awin.
"Kalau masalah kebijaksanaan saya.......lebih baik bersifat fleksibel......saja agar tidak extrim," kata Andre.
"Oh.....," saut Awin.
Awin dan Andre menghentikan pembicaraan. Duduk dengan santai dan khusuk di mesjid mendengarkan ceramah Ustat Andi yang baru di mulai.
No comments:
Post a Comment