CAMPUR ADUK

Thursday, April 17, 2025

PHILLAURI

Malam hari. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus seni dan kebudayaan Palembang di chenel TVRI Palembang gitu, ya seperti biasa sih Budi duduk santai di depan rumahnya sedang baca cerpen sambil menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu.

Isi cerita yang di baca Budi :

Seorang pemuda, Kanan, kembali ke India dari Kanada untuk menikahi pacarnya sejak lama, Anu, tetapi mengetahui bahwa dia adalah seorang Manglik (lahir di bawah bintang sial) dan harus menikahi pohon sebelum menikahinya. Dia dengan berat hati menikahi pohon itu, yang kemudian ditebang setelah upacara selesai. Akibatnya, sejak hari itu, dia dihantui oleh roh seorang wanita bernama Shashi, yang tinggal di pohon itu dan karenanya mengaku sekarang telah 'menikah' dengannya.

Kisah Phillauri dan Shashi perlahan terungkap melalui kilas balik yang terakhir. Kembali ke periode waktu yang tidak ditentukan, Shashi adalah seorang wanita muda yang cerdas yang tidak pernah gagal untuk membaca karya seorang penyair bernama Phillauri yang secara teratur diterbitkan dalam mingguan lokal. Setiap orang di desa Phillaur berpikir bahwa puisi itu ditulis oleh penyanyi Roop Lal 'Phillauri', yang merupakan pujaan hati desa. Namun Roop Lal memperhatikan bahwa Shashi, tidak seperti semua gadis desa lainnya, tidak pernah datang untuk mendengarnya bernyanyi. Ketika dia menghadapinya dan mengatakan kepadanya bahwa dia adalah Phillauri yang menulis puisi dengan menceritakan salah satu puisinya yang terkenal kepadanya, dia terkejut ketika Shashi menampar dan menghinanya. Dia memintanya untuk menggunakan bakatnya - untuk dapat terhubung dengan orang biasa melalui lagu-lagunya - untuk sesuatu yang penting (terutama ketika perjuangan untuk kemerdekaan sedang berlangsung) dan bukan untuk hal-hal yang remeh. Sejak saat itu Roop Lal menjadi pria yang berubah, mendedikasikan hidupnya untuk mengetahui dan memahami puisi Phillauri (yang sekarang jelas bahwa ia bukanlah penulisnya), dan menyebarkan pesannya melalui nyanyiannya yang indah kepada orang lain.

Pada suatu malam ketika Roop Lal sedang sendirian di rumah menyanyikan salah satu puisi Phillauri, Shashi mendatanginya dan mengungkapkan bahwa dialah yang menulis puisi dengan nama samaran 'Phillauri' (yang tidak dapat dia lakukan secara terbuka, sebagai seorang wanita). Selanjutnya, cinta bersemi di antara keduanya (penyair dan penyanyi yang menerjemahkan puisinya menjadi lagu dan menyebarkan pesannya ke mana-mana), tetapi kakak laki-laki Shashi (seorang dokter terkenal di desa yang membesarkannya) akhirnya mengetahui tentang perselingkuhan itu dan campur tangan. Roop Lal menghadapi saudara laki-laki Shashi dan mengakui bahwa dia adalah seorang pecandu alkohol yang tidak berguna yang masih tidak layak untuknya, tetapi mengatakan kepadanya bahwa dia (Roop Lal) akan pergi ke Amritsar untuk merekam semua lagu yang ditulis oleh Shashi dan akhirnya akan kembali dan melamarnya.

Fakta bahwa Shashi menulis puisi merupakan wahyu bagi saudara laki-lakinya, dan seiring berjalannya waktu, ia juga membaca puisi-puisi itu dan mulai menghargai bakatnya yang nyata. Sementara itu, Roop Lal merekam lagu-lagu itu di Amritsar (rekaman gramofon itu dikreditkan kepada keduanya) dan dibayar sejumlah besar tiga ratus rupee. Ia segera mengirimkan seluruh jumlah itu sebagai wesel kepada saudara laki-laki Shashi, bersama dengan surat yang menyatakan niatnya untuk kembali dan menikahinya pada Baisakhi. Saudara laki-laki Shashi, yang sekarang yakin akan perubahan sifat dan niat baik Roop Lal, serta cinta yang mendalam di antara pasangan itu, memulai persiapan untuk pernikahannya.

Pada hari pernikahan, Shashi mengetahui bahwa dirinya hamil, tetapi tidak memberitahukan berita tersebut kepada siapa pun kecuali sahabatnya Amrit. Dia menunggu Roop Lal dengan penuh harap bersama seluruh kerabatnya dan seluruh desa, tetapi akhirnya hari itu berakhir tanpa Roop Lal yang terlihat di bus mana pun dari Amritsar. Kakaknya harus menghadapi rasa malu yang sangat besar karena harus mengusir semua orang, dan hal ini sangat menyakiti Shashi hingga dia bunuh diri (dengan cara menggantung diri di pohon) karena rasa sedih, putus asa, dan pengkhianatan yang luar biasa.

Di tengah-tengah kilas balik melalui roh Shashi, alur cerita paralel di masa sekarang berlanjut dengan Kanan (yang ocehannya yang membingungkan tentang melihat hantu secara alami tidak ada yang percaya), berakhir dalam masalah dengan Anu yang merasa bahwa dia tidak benar-benar tertarik untuk menikahinya (yang sebagian benar karena dia menjadi takut). Untuk menjernihkan kesalahpahaman, Shashi akhirnya berhasil mengungkapkan kehadirannya kepada Anu juga (meskipun Anu masih tidak bisa melihatnya), dan setelah mendengar seluruh ceritanya yang menyakitkan, Anu menyadari bahwa roh Shashi sebenarnya masih terjebak di alam fana karena cintanya yang tidak terpenuhi. Pada saat itu nenek Anu meminta Kanan untuk mengatakan sesuatu kepada istrinya, dan Shashi mendorongnya dengan puisinya. Nenek menyanyikan beberapa baris yang sama, menjadi favoritnya, yang seperti sudah ditakdirkan adalah yang direkam oleh Roop Lal. Label rekaman menyebutkan tanggal rekaman pada tahun 1919, yang menghasilkan pencerahan bagi Kanan yang segera membawa Anu (bersama Shashi) ke lokasi pembantaian Jallianwala Bagh, yaaa yang terjadi pada hari itu juga 98 tahun yang lalu.

Cerita ini berakhir dengan arwah Shashi yang akhirnya bersatu kembali dengan kekasihnya Roop Lal (yang terbunuh dalam pembantaian pada hari Baisakhi, saat ia merekam lagu-lagu mereka dan akan kembali untuk menikahinya). Sebelum mereka berdua naik ke surga, Shashi memberi tahu Kanan dan Anu (yang sekarang dapat melihatnya) untuk selalu saling mencintai dan menghargai, dan itulah yang mereka janjikan satu sama lain saat mereka memulai babak baru dalam kisah cinta mereka sendiri.

***

Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu. 

"Emmm," kata Budi. 

Budi menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu. 

"Eko belum datang juga, ya kalau begitu sih...baca koran saja!" kata Budi. 

Budi mengambil koran di bawah meja, ya koran di baca dengan baik gitu. Cerita berita-berita di koran menarik-menarik dari cerita urusan pemerintahan dalam negeri, cerita urusan pemerintahan luar negeri, cerita urusan ekonomi di dalam negeri, cerita urusan ekonomi luar negeri, cerita olahraga yang ini dan itu, ya kompetisi berjalan dengan baik dengan tujuan menang dalam pertandingan olahraga gitu, ya sampai cerita artis dalam negeri sampai luar negeri gitu. Cukup lama Budi baca koran gitu. Eko datang juga ke rumah Budi, ya motor Eko di parkirkan di depan rumah Budi gitu. Budi selesai baca koran dan koran di taruh di bawah meja gitu. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi gitu. Yaaa Eko memang melihat dengan baik, ya di meja ada anglo kecil di atasnya ada tekok kaleng berisi air panas gitu, piring ada singkong goreng gitu, ya dan pistol mainan yang terbuat dari kardus gitu. 

"Emmm," kata Budi. 

"Pistol," kata Eko. 

Eko mengambil pistol di meja gitu. 

"Budi buat mainan pistol dari kardus, ya Budi?" kata Eko. 

"Iya Eko....aku buat mainan pistol dari kardus," kata Budi. 

"Mainan pistol dari kardus yang di buat Budi bagus!" kata Eko. 

"Terima kasih Eko pujiannya!" kata Budi. 

"Budi buat mainan pistol dari kardus nilai kreatifitas...Budi!" kata Eko. 

"Memang sih nilai kreatifitas buat mainan pistol dari kardus gitu!" kata Budi.

"Pistol mainan yang Budi buat dari kardus, ya mencontoh pistol apa?" kata Eko. 

"Aku membuat pistol mainan dari kardus, ya mencontoh pistol Beretta M9," kata Budi. 

"Beretta M9," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Keren sih...pistol mainan Beretta M9," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Apakah Budi ada keinginan membuat pistol mainan dari kardus, ya pistol Pindad G2?" kata Eko. 

"Pistol Pindad G2," kata Budi berpikir dengan baik. 

Eko memainkan pistol mainan dari kardus gitu. 

"Pistol Pindad G2...bagus sih. Ada sih keinginan aku membuat pistol mainan dari kardus, ya pistol Pindad G2," kata Budi. 

"Ada keinginan toh...Budi buat mainan pistol dari kardus, ya pistol Pindad G2," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

Eko menaruh mainan pistol di meja gitu. 

"Pistol mainan tetap pistol mainan," kata Eko. 

"Memang...pistol mainan tetap pistol mainan saja," kata Budi. 

"Pistol di buat manusia dengan baik," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Manusia membuat pistol dengan alasan ini dan itu," kata Eko. 

"Cenderung pistol di gunakan juga untuk perang gitu," kata Budi. 

"Karena manusia bisa membuat pistol, ya urusan pistol di atur dengan baik sama pemerintahan dan perusahaan yang membuat pistol. Yaaa pistol yang ilegal pasti akan di sita polisi, ya manusia yang membuat pistol di tangkap polisi," kata Eko. 

"Omongan Eko...berdasarkan berita di media koran dan berita Tv, ya kan Eko?" kata Budi. 

"Omongan Budi bener sih!" kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Urusan pembuatan pistol yang legal, ya berkaitan dengan urusan ekonomi....terjadi kompetisi dengan baik gitu," kata Eko. 

"Realitanya memang begitu sih....urusan membuat pistol yang legal berkaitan dengan urusan ekonomi.....terjadi kompetisi dengan baik," kata Budi. 

"Persaingan sengit," kata Eko. 

"Memang persaingan sengit, ya berkaitan dengan ekonomi," kata Budi. 

"Dari apa yang di usahakan manusia? Ya hasil....rezeki masing-masing," kata Eko. 

"Omongan Eko benar sih!" kata Budi. 

"Yaaa urusan buat pistol mainan juga, ya terjadi kompetisi juga kan Budi?" kata Eko. 

"Memang sih Eko...urusan buat pistol mainan terjadi kompetisi sih, ya ekonomi gitu. Persaingan sengit dan hasil...rezeki masing-masing," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko. 

"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi. 

"Hidup ini antara baik dan buruk perilaku manusia," kata Eko. 

"Realitanya memang begitu sih, ya hidup ini antara baik dan buruk perilaku manusia," kata Budi. 

"Karena hidup ini antara baik dan buruk perilaku manusia. Ya pistol ilegal bisa di buat manusia dan di gunakan untuk kejahatan ini dan itu....berdasarkan cerita berita Tv tentang pistol ilegal yang di sita polisi dan pistol di musnahkan sama polisi. Petingnya agama adalah membentuk akhlak baik manusia dengan tujuan manusia berjalan di jalan baik untuk kebaikan bersama," kata Eko. 

"Memang sih penting agama untuk membentuk akhlak manusia karena hidup ini antara baik dan buruk perilaku manusia, ya pistol ilegal di buat manusia dengan tujuan cenderung untuk kejahatan ini dan itu. Polisi memang sih menangani dengan baik kasus pistol ilegal," kata Budi. 

"Hidup ini tetap berhati-hati dalam menjalankan hidup," kata Eko. 

"Ya karena ada manusia yang buruk perilakunya, ya hidup ini tetap harus berhati-hati dalam menjalankan hidup," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Main kartu remi saja Budi!" kata Eko. 

"Okey main kartu remi!" kata Budi. 

Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan kartu remi di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu remi dengan baik gitu, ya main cangkulan gitu. 

"Emmm," kata Eko. 

"Film dan sinetron yang berkaitan dengan pistol, ya ceritanya bagus kan Eko?" kata Budi. 

"Yaaa memang sih Budi...film dan sinetron berkaitan pistol, ya ceritanya bagus," kata Eko. 

"Konfik ini dan itu menarik banget," kata Budi. 

"Ya konfik ini dan itu menarik banget," kata Eko. 

"Film dan sinetron...hiburan orang-orang yang menonton," kata Budi. 

"Memang hiburan orang-orang yang menonton film dan sinetron," kata Eko. 

"Film dan sinetron masih berkaitan dengan ekonomi, ya terjadi kompetisi dengan baik gitu," kata Budi. 

"Realitanya memang begitu sih...film dan sinetron berkaitan dengan ekonomi, ya terjadi kompetisi dengan baik. Persaingan sengit banget," kata Eko. 

"Persaingan memang sengit banget, film dan sinetron di dalam negeri dan luar negeri," kata Budi. 

"Dari usaha yang di jalankan manusia? Ya hasil... rezeki masing-masing kan Budi?" kata Eko. 

"Menang sih....hasil dari apa yang di usahakan manusia? Ya rezeki masing-masing!" kata Budi. 

"Manusia tetap menggerakkan dengan baik roda ekonomi demi hidup ini," kata Eko. 

"Roda ekonomi di jalankan dengan baik sama manusia demi hidup ini," kata Budi. 

"Kaya enak dari pada miskin," kata Eko. 

"Memang kaya enak dari pada miskin," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

Budi dan Eko tetap asik main kartu remi,  ya main cangkulan gitu. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MANJHI - THE MOUNTAIN MAN

Malam yang gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus sinetron tema misteri di chenel ANTV, ya seperti...

CAMPUR ADUK