Malam yang gelap bertabur bintang di langit gitu. Setelah nonton acara Tv yang acaranya olahraga voli, yaaa seperti biasa sih...Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerpen yang ceritanya menarik....sambil menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu.
Kisah ini berkisar pada dua sahabat masa kecil, Arjun dan Mannu. Ketika Arjun berusia 17 tahun, ia lebih fokus untuk menjadi seorang penyanyi, tetapi ayahnya tidak setuju; oleh karena itu, ia mulai berdoa untuk kematiannya sehingga ia bisa pergi ke London. Satu-satunya yang menghiburnya adalah temannya yang berusia 15 tahun, Mannu. Setelah ayah Arjun meninggal, ia akhirnya melakukan perjalanan ke London bersama pamannya, yaaa yang kemudian ia tinggalkan setelah tiba.
Arjun, yang kini berusia 35 tahun, membentuk sebuah band baru bersama Zoheb dan Wasim, dua bersaudara yang menipu saudara-saudara mereka di Pakistan untuk pergi ke London demi mengejar cita-cita bermusik mereka. Ia juga mengajak Priya, seorang penggemar musik dari keluarga konservatif India Selatan. Kembali ke India, Mannu merayu wanita-wanita yang sudah menikah dan mendapati dirinya terlilit utang dengan penduduk setempat. Setelah melunasi utangnya, Mannu pergi ke London untuk bergabung dengan band Arjun, tetapi menjadi semakin populer di kalangan penonton. Mannu juga menggoda Priya.
Band ini memulai tur tiga kota yang mencakup Paris, Roma, dan Amsterdam, yaaa di mana Arjun menipu Mannu yang naif ke dalam perjalanan rollercoaster seks bebas dan obat-obatan terlarang. Dia menipunya, membuatnya kecanduan narkoba, dan kemudian membuatnya ditangkap di mobil yang penuh dengan mereka. Sambil berpura-pura membantu Mannu, Arjun membocorkan cerita narkoba kepada pers. Ketika tur tiga kota berakhir, band menuju ke London untuk tampil di Stadion Wembley di depan penonton yang diperkirakan mencapai 90.000 (yang penting karena, sebelumnya dalam cerita diberitahu bahwa kakek Arjun telah gagal di hadapan penonton yang sama besarnya). Mengetahui betapa pentingnya hal ini bagi Arjun, Mannu mencoba untuk berhenti menggunakan narkoba. Tetapi Arjun memutuskan bahwa keberhasilannya dan kegagalan total Mannu ada hubungannya. Dia membayar seorang gadis untuk berpura-pura melakukan seks oral dengan Mannu, yang membuat Priya putus dengan Mannu. Dalam kondisi yang rapuh ini, Zoheb mendorong Mannu ke narkoba lagi, dan kondisi mentalnya kini begitu rapuh sehingga ia tidak sanggup tampil di panggung.
Pada saat-saat menjelang masuk panggung, Mannu tersadar dan memilih jalan yang benar serta berlari untuk mendukung pasangannya. Namun Arjun, yang menjadi marah dengan kerumunan yang meneriakkan nama Mannu, mengakui rasa irinya terhadap bakat Mannu dan apa yang telah ia lakukan untuk menghabisi Mannu. Penonton mencemooh Arjun, pertunjukan berakhir dengan kekacauan, band bubar, dan Mannu yang sedih akhirnya kembali ke desanya.
Paman Arjun menyarankannya untuk meminta maaf kepada Mannu. Kemudian terungkap bahwa setelah mengetahui kebenarannya, Priya dan Mannu berbaikan. Selain itu, dia menikahi Mannu dan tinggal bersamanya di desanya. Namun, di desa, Mannu mengatakan kepadanya untuk tidak meminta maaf, mengatakan bahwa itu adalah kesalahannya karena tidak melihat kesedihan Arjun, dan Priya juga memaafkan Arjun atas perbuatannya yang salah. Mereka kembali bersama, dan London Dreams menjadi band yang sukses lagi.
Budi selesai baca cerpen yang ceritanya bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan dengan baik di samping rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. Di meja ada topeng gitu.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup ini tetap sama kan Eko?" kata Budi.
"Ya hidup ini...tetap sama saja," kata Eko.
"Berdasarkan data pergaulan di lingkungan sosial lapisan mayarakat, ya suku ini dan itu. Hidup ini...tetap sama antara manusia tetap menjalankan ajaran agama yang di yakini dan manusia yang tidak menjalankan ajaran agama yang di yakini," kata Budi.
"Realitanya memang masih begitu sih....antara manusia yang tetap menjalankan ajaran agama yang di yakini dan manusia yang tidak menjalankan ajaran agama yang di yakini," kata Eko.
"Manusia yang tidak menjalankan ajaran agama yang di yakini, yaaa tetap berpura-pura dalam menjalankan hidup ini," kata Budi.
"Pura-pura. Emmm. Enam ajaran agama kan Budi?" kata Eko.
"Iya....enam ajaran agama!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Demi kebaikan kita, ya kita termasuk golongan tetap menjalankan ajaran agama dengan baik gitu," kata Budi.
"Memang kita termasuk golongan yang menjalankan ajaran agama dengan baik....demi diri, keluarga, dan orang lain," kata Eko.
"Demi dia yang di cintai dengan baik," kata Budi.
"Dia yang cintai Budi kan Tasya kan?" kata Eko.
"Iya..Tasya!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Dipikirkan dengan baik. Aku ingin menikah dengan Tasya dengan tata cara ajaran agama Islam. Ya berumah tangga di jalankan dengan baik, ya tetap menerapkan ajaran agama Islam dengan baik dengan tujuan ini dan itu?" kata Budi.
"Keinginan Budi menikahi Tasya. Berumah tangga dengan baik dan tetap menjalankan ajaran agama dengan baik, ya memang sih tujuan ini dan itu. Contohnya...orang tua kan Budi yang mengajarkan pada anak?" kata Eko.
"Memang contohnya orang tua sih. Anak belajar dengan baik sama orang tua gitu!" kata Budi.
"Contoh yang baik...orang tua Budi, ya termasuk orang tua aku," kata Eko.
"Rumah tangga di jalankan dengan baik.... sakinah mawadah warahmah!" kata Budi.
"Bagi yang paham agama, ya mengerti dengan baik...sakinah mawadah warahmah!" kata Eko.
"Memang sih...bagi yang paham agama yang mengerti sakinah mawadah warahmah!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup ini...ada yang gagal dalam urusan berumah tangga kan Eko?" kata Budi.
"Memang sih hidup ini ada yang gagal urusan berumah tangga," kata Eko.
"Egois!" kata Budi.
"Rata-rata sih...egois sih, ya ingin menang sendiri tidak memikirkan perasaan orang orang hidup bersama gitu," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Demi cinta. Aku ingin menikahi dia dengan baik dan berumah tangga dengan baik," kata Eko.
"Dia yang di cinta Eko...Purnama?" kata Budi.
"Iya...Purnama!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko mengambil topeng di meja gitu.
"Budi...membuat topeng dari kardus, ya nilai kreatifitas seperti biasanya gitu. Topeng Kamen Rider Decade!" kata Eko.
"Ya topeng Kamen Rider Decade yang aku buat dengan baik dari kardus!" kata Budi.
"Cerita Kamen Rider Decade...bagus kan Budi?" kata Eko.
"Memang sih...cerita Kamen Rider Decade...bagus. Ceritanya dan pertarungannya!" kata Budi.
"Pertarungan Kamen Rider Decade...keren!!!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko memakai topeng dengan baik gitu.
"Keren kan aku kan Budi pakai topeng Kamen Rider Decade?" kata Eko.
"Keren Eko...pakai topeng Kamen Rider Decade. Jadi jagoan gitu!" kata Budi.
"Jadi jagoan. Main anak-anak jadi jagoan...pakai topeng Kamen Rider Decade!" kata Eko.
"Memang mainan jadi jagoan...pakai topeng Kamen Rider Decade. Happy-happy...anak-anak bermain gitu!" kata Budi.
"Happy-happy!" kata Eko.
Eko melepaskan topeng dan topeng di taruh di meja gitu.
"Acara Tv...Kamen Rider Decade, ya berkaitan dengan urusan ekonomi," kata Eko.
"Ekonomi dan ekonomi!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
No comments:
Post a Comment