Malam yang tenang. Budi sedang duduk santai di depan rumahnya, ya sedang baca cerpen yang ceritanya menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan ubi mantang goreng.
Isi cerita yang di baca Budi :
Pandangan sekilas pertama siswa sekolah menengah Kirie Goshima bahwa ada sesuatu yang salah di kota kecil Kurouzu-cho terjadi ketika ayah pacarnya Shuichi Saito mulai memfilmkan pola pembuka botol pada siput ; Ia juga sedang dalam proses membuat video scrapbook yang berisi gambar apa saja yang berbentuk spiral atau pusaran. Obsesinya yang tidak biasa menyebabkan dia mengabaikan tanggung jawabnya di tempat kerja; dia menyatakan bahwa spiral adalah bentuk seni tertinggi, dan dengan panik menciptakan pusaran air dalam sup miso- nya ketika dia kehabisan kamaboko berpola spiral. Dia kemudian memutuskan untuk memfilmkan dirinya merangkak ke mesin cuci, di mana dia meninggal.
Tidak lama kemudian seluruh kota terinfeksi oleh spiral dunia lain. Tamura, seorang reporter, tertarik dengan ayah Shuichi yang bunuh diri dan terobsesi dengan kasus tersebut. Sementara itu, ibu Shuichi, yang dirawat di rumah sakit sejak kematian suaminya, menderita fobia spiral yang parah. Dia memotong rambut dan ujung jarinya karena bentuknya yang seperti spiral, dan Shuichi memberitahu staf rumah sakit untuk menghilangkan apa pun yang berbentuk spiral agar ibunya tidak menemukannya. Suatu malam, setelah seekor kaki seribu mencoba merangkak ke telinganya saat dia tertidur, ibu Shuichi, si kelabang mengaku sebagai suaminya dan berubah menjadi spiral, mendorongnya untuk bunuh diri.
Di SMA Kirie, seorang siswa bernama Katayama mulai berjalan dengan kecepatan seperti siput, meneteskan cairan berlendir dan hanya bersekolah pada hari hujan. Dia dan anggota siswa lainnya secara bertahap mulai menumbuhkan cangkang, minum air dalam jumlah banyak, dan merangkak di dinding sekolah. Teman sekelas Kirie, Sekino, mulai memanjangkan rambutnya dengan ikal yang berlebihan, mengambil alih pikirannya dan pikiran siswa perempuan lainnya. Awan berbentuk pusaran muncul di langit, dan selama pemakaman, awan tersebut disertai dengan wajah berasap seperti hantu dari para korban yang tewas dalam cara yang berhubungan dengan spiral.
Akhirnya, seluruh kota menyerah pada kutukan spiral—ayah Kirie menatap matanya setelah secara obsesif membuat keramik berbentuk spiral; kru berita yang melaporkan fenomena tersebut tersesat di dalam terowongan, hanya untuk kemudian ditemukan sebagai mayat humanoid namun mirip siput; dan rambut ikal Sekino yang seperti ular tumbuh hingga ketinggian yang tidak normal, melingkari tiang telepon dan kabel yang menyetrum dirinya sendiri. Seorang anak laki-laki bernama Mitsuru yang terobsesi dengan Kirie untuk menjadi pacarnya melemparkan dirinya ke depan mobil Inspektur Tamura dan terpelintir pada porosnya mobil bertabrakan dengan tiang, menyebabkan kepala Tamura membentur kaca depan, meninggalkan retakan berbentuk spiral. Ketika Kirie dan Shuichi memutuskan untuk mencari ayah Kirie, tubuh Shuichi berubah menjadi liuk seperti spiral. Dia merangkak menuju Kirie, memintanya untuk "menjadi spiral juga".
***
Budi selesai baca cerpen, ya baca cerpen yang lain dengan judul Malam Satu Suro.
Isi cerita yang di baca Budi :
Di tengah sebuah hutan, arwah seorang wanita yang gentayangan berwujud sundel bolong dibangkitkan dari kuburannya oleh Ki Rengga, seorang dukun Jawa sakti untuk dijadikan anak angkatnya. Dukun Jawa itu berkata: "Suketi, manuta nduk, kowé arep takdadikké anak angkatku." ("Suketi, menurutlah nak, engkau akan kujadikan anak angkatku"). Dia kemudian menancapkan paku keramat ke kepala Suketi, arwah penasaran tersebut, merapal mantra kuno berbahasa Jawa dan sundel bolong itu pun menjadi manusia kembali. Suatu hari dua orang pemuda dari Jakarta sedang berburu kelinci di hutan tersebut. Bardo Ardiyanto, sang pemburu tersebut, bersama temannya Hari, nyaris membunuh buruannya, tetapi dihalangi oleh seorang wanita cantik, dia pun penasaran akan wanita tersebut dan akhirnya bertemu dengan Suketi. Bardo dan Suketi langsung saling jatuh cinta dan Bardo berniat melamar Suketi. Awalnya lamarannya ditolak oleh Ki Rengga, ayah angkat Suketi, tetapi akhirnya disetujui setelah permohonan Bardo yang tulus dan dorongan Suketi ke orang tua angkatnya. Bardo mengikuti syarat Ki Rengga, bahwa pernikahan harus diadakan pada "Malam satu Suro" (Tanggal 1 Sura, tahun baru dalam penanggalan Jawa) di tengah Alas Roban ("Hutan Roban") tanpa dihadiri siapa pun kecuali sang dukun Jawa dan pasangan pengantin tersebut dalam sebuah adegan ritual mistik Jawa kuno yang diiringi tari-tarian peri.
Beberapa tahun kemudian Suketi dan Bardo hidup berkeluarga dengan bahagia di Jakarta dengan kedua anak mereka, Rio dan Preti. Keluarga mereka juga menjadi kaya raya karena konon bila menikahi Sundel bolong maka seseorang akan menjadi kaya raya. Suatu hari Joni, seorang pengusaha licik menawarkan perjanjian bisnis di kantor Bardo, tetapi ditolak karena taktiknya yang kotor. Joni menyimpan dendam dan berniat menjatuhkan Bardo. Joni datang ke Mak Talo, seorang dukun lain, dan mengetahui bahwa istri bardo dulunya adalah Sundel Bolong. Mak Talo dan Joni mendatangi rumah Bardo dan mencabut paku yang menancap di kepala Suketi, sehingga Suketi berubah menjadi Sundel Bolong kembali. Malamnya Bardo yang kebingungan menemui mertuanya di Alas Roban dan mengetahui latar belakang Suketi yang sesungguhnya. Suketi dulunya adalah seorang wanita muda yang mati bunuh diri setelah di perkosa dan hamil, arwahnya tidak beristirahat dengan tenang dan menjelma menjadi hantu Sundel Bolong yang penuh dendam. Setelah membalas dendam, dia kemudian dibangkitkan kembali oleh Ki Rengga untuk menjadi anak angkatnya.
Suketi yang sekarang kembali menjadi Sundel Bolong sangat sedih karena kehidupannya yang telah bahagia bersama keluarganya dirusak. Situasi bertambah tegang ketika Preti kemudian diculik oleh kawanan penjahat Joni yang berkomplot dengan dukun Mak Talo. Komplotan Joni meminta uang tebusan, tetapi dalam prosesnya, Preti terbunuh secara tidak sengaja oleh salah satu penjahat. Suketi menjadi marah besar dan mengamuk setelah tahu bahwa anaknya terbunuh. Sundel Bolong Suketi mulai melangsungkan balas dendamnya kepada komplotan penjahat tersebut dengan cara-cara yang kejam namun unik.
Suketi yang sedih berniat untuk kembali ke keluarganya, dia bermain piano dengan menyanyikan lagu "Selamat Malam" Vina Panduwinata, sehingga Rio dan ayahnya terbangun. Mereka dengan sedih berpisah dengan Suketi dan menyatakan bahwa alam mereka berbeda. Suketi kemudian berkata "Arwahku akan gentayangan sebelum dendamku terbalas" sebelum pergi. Suketi yang dirundung duka dan dendam kemudian menggali kuburan anak perempuannya, memasukkan jasad Preti ke sebuah peti mati bersama boneka kesayangan Preti, kemudian berjalan perlahan dengan menyeret peti mati tersebut dalam sebuah adegan yang di inspirasi cerita koboi Itali Django. Sundel Bolong Suketi kemudian mulai mengganggu masyarakat di sekitar kuburan tersebut dalam adegan-adegan yang seram namun lucu, yang pertama adalah seorang tukang bakpau Tionghoa-Indonesia yang sedang pulang dari berjualan. Korban keduanya adalah penyanyi dangdut Bokir yang berdandan ala John Lennon dan pengawal pribadinya Dorman Borisman yang dipancing untuk menyanyikan lagu "Tembok Derita" di kuburan. Setelah Bokir dan Dorman lari ketakutan, mereka kemudian meminta bantuan ojek dari seseorang yang tak lain adalah salah satu dari komplotan penjahat Joni. Bokir dan Dorman pingsan karena diikuti Sundel Bolong Suketi yang mengenal penjahat tersebut. Sundel Bolong Suketi kemudian membunuh satu persatu penjahat yang telah menghancurkan keluarganya. Akhirnya Suketi berhasil membalaskan dendamnya, bersamaan dengan sampainya Bardo, Rio, Ki Rengga dan masyarakat sekitar tempat tersebut. Dalam adegan sedih, Bardo dan Rio meyakinkan Suketi bahwa cintanya akan abadi walaupun Suketi kembali ke alamnya. Suketi menitipkan pesan kepada Bardo supaya menjaga Rio baik-baik, dan kepada Rio supaya kelak bisa menjadi orang yang berguna, dan Suketi menghilang diiringi kepulan asap kembali ke alam baka.
***
Budi selesai membaca cerpen yang cerita menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan ubi mantan goreng. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Ubi mantang goreng," kata Eko.
Eko mengambil ubi mantang goreng di piring di makan dengan baik gitu.
"Enak ubi mantang gorengnya," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi mengambil aqua gelas di bawah meja, ya tepatnya di dalam kardus gitu. Gelas aqua pun di taruh di meja sama Budi. Eko mengambil gelas aqua dengan baik di meja, ya di minum dengan baik gitu.
"Hidup ini," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko menaruh gelas aqua di meja dengan baik gitu.
"Enaknya orang-orang yang kerjaannya jadi artis, ya kan Eko?" kata Budi.
"Mungkin," kata Eko.
"Mungkin toh," kata Budi.
"Manusia itu, ya memilih dengan baik jalan hidup dengan baik. Bidang kerja jadi artis di jalankan dengan baik banget dengan tujuannya hasil yang di capai baik. Bahagia yang di inginkan," kata Eko.
"Memang sih. Apa yang diinginkan? Ya di usahakan dengan baik, ya agar mencapai kebahagian yang diinginkan gitu," kata Budi.
"Untuk mencapai suatu yang diinginkan? Ya ada ujiannya. Harus sabar dan kuat menghadapi semua ujian," kata Eko.
"Memang harus sabar dan kuat menghadapi semua ujian demi apa yang usahakan tercapai dengan baik?" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup kita, ya penuh perjuangan demi keinginan kita tercapai, ya kan Eko?" kata Budi.
"Iya. Hidup kita penuh perjuangan. Cinta dan juga kerjaan, ya dengan tujuan masa depan yang baik, ya kan Budi?" kata Eko.
"Cinta dan kerjaan demi masa depan yang baik. Ujian hidup ini, ya di hadapi dengan sabar dan kuat," kata Budi.
"Memang ujian hidup ini, ya di hadapi dengan sabar dan kuat," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Main permainan Zatura," kata Budi.
"Permainan Zatura, ya kaya film gitu," kata Eko.
"Memang sih di ambil dari film Zatura. Ya aku membuat permainannya Zatura gitu," kata Budi.
"Ooooo Budi membuat permainan Zatura toh!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Budi buat permainan, ya apa ada kaitan dengan acara Tv tentang kuis, ya ada permainan gitu?" kata Eko.
"Yaaaa mungkin ada kaitan sih," kata Budi.
"Mungkin toh!" kata Eko.
Budi mengambil permainan Zatura di bawah meja, ya permainan di taruh di atas meja. Eko dan Budi main permainan Zatura dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment