Budi duduk di depan rumah sedang membaca cerpen yang ceritanya menarik sambil menikmati minum kopi dan singkong rebus.
Isi cerita yang di baca Budi :
Di Jepang pada masa Tokugawa Ieyasu, seorang ninja muda bernama Genbu dengan ceroboh membunuh samurai dan pejabat pemerintah lainnya, meninggalkan klannya untuk disalahkan. Ketika mereka memburunya, Genbu dan istrinya Akane berlayar ke Tiongkok untuk melarikan diri dari saudara mereka yang murka dan agar Genbu menyelesaikan balas dendamnya dengan menemukan orang terakhir yang dianggapnya bertanggung jawab atas kematian ayahnya.
Pria itu, Fukusa, menjalani kehidupan yang damai sebagai pembuat cermin dengan nama Paman Fu. Dia memiliki anak didik muda, Sun Jing, seorang seniman bela diri sombong yang terus-menerus berusaha membuktikan dirinya dengan mengambil setiap kesempatan untuk bertarung. Jing juga terus-menerus menggoda pelayannya yang bejat, Chee, dan menanggapi beberapa hal dengan sangat serius. Ketika dia melihat ayah penggantinya diserang, Jing segera bergegas membantunya, tetapi setelah beberapa bentrokan dia mengetahui bahwa dia dan ninja tersebut berimbang.
Terungkap bahwa ayah Genbu tidak dibunuh oleh anggota klannya; dia malah mati sebagai pahlawan dalam pemberontakan. Malu atas kepengecutannya sendiri saat melarikan diri ke Tiongkok bertahun-tahun sebelum upaya pemberontakan tersebut, Fu berdamai dengan Genbu. Namun sebelum pertemuan terakhir mereka, Fu meminum racun untuk mengembalikannya dengan kematiannya sendiri. Fu meminta Genbu untuk membunuhnya agar dia terhindar dari penderitaan terakhir, yang segera menyebabkan kesalahpahaman antara Genbu dan Jing. Keduanya bertarung satu sama lain hingga mencapai puncak kuil keluarga Jing dan akhirnya menyelesaikan perbedaan mereka tepat pada waktunya untuk menghadapi The Magician, seorang petinju spiritual yang putranya telah dihina Jing.
Pada akhir dengan Jing dan Genbu membunuh Penyihir, tanpa disadari bantuan dari Akane dan Chee. Yang terakhir segera mencobai takdir dengan mengklaim sebagian besar pujian atas kemenangan ini, mendorong Genbu dan Jing memberinya pelajaran.
***
Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
"Nyanyi. Main gitar. Menghibur diri," kata Budi.
Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :
"Sumribit angin ratri tansah angenteni
Setya najang telenging ati
Angen angen tumlawung suwung ing wengi sepi
Tansah angranti tekamu dhuh yayi
Wong ayu age nyedhak a ing sandhingku
Nyawang manising esemu
Gawe lerem e rasaku tentrem ing atiku
Haywa pegat tresnamu sayangku
Pindha samudra pasang kang tanpo wangenan
Tresnaku mring sliramu sayang
Cahyaning bulan kang sumunar abyor ing tawang
Yekti sliramu kang dadi lamunan
Wong ayu age nyedhak a ngekep ragaku
Sirnakna lara branta ing atiku
Amerga kabidhung wewayangmu ing pikirku
Haywa pegat tresnamu dhuh sayangku
Pindha samudra pasang kang tanpo wangenan
Tresnaku mring sliramu sayang
Cahyaning bulan kang sumunar abyor ing tawang
Yekti sliramu kang dadi lamunan
Yekti sliramu kang dadi lamunan"
***
Budi selesai bernyanyi, ya gitar pun berhenti di mainkan dan gitar di taruh di samping kursi gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Hidup ini. Ada-ada saja," kata Eko.
Eko mengambil singkong rebus di piring, ya singkong rebus di makan dengan baik.
"Ada-ada saja....apa Eko?" kata Budi.
"Berita di Tv," kata Eko.
"Berita di Tv tentang apa?" kata Budi.
Budi mengambil gelas aqua di bawah meja, ya tepatnya di dalam kardus gitu. Gelas aqua di taruh di atas meja gitu.
"Berita tentang Ustad yang kontraversi," kata Eko.
"Oooo berita itu," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko mengambil gelas aqua di meja, ya di minum dengan baik gitu.
"Tersesat," kata Budi.
"Iya. Ujian hidup ini. Tersesat," kata Eko.
Eko menaruh gelas aqua di meja.
"Kalah dari Setan," kata Budi.
"Ya pastinya kalah dari Setan," kata Eko.
"Selama bisa di sadarkan dengan baik. Orang yang tersesat, ya bisa kembali ke jalan yang benar," kata Budi.
"Yaaa yang bisa menyadarkan orang tersesat, ya orang yang paham ilmu agama," kata Eko.
"Paham ilmu agama. Kita ini termasuk, ya kan Eko?" kata Budi.
"Ya bisa di bilang paham ilmu agama," kata Eko.
"Belajar ilmu agama dengan baik di SMA. Ya untuk meningkatkan kemampuan, ya belajar ilmu-ilmu tingkat Universitas," kata Budi.
"Kemampuan memang harus di tingkatkan. Dengan membaca ilmu-ilmu tingkat Universitas. Wawasan jadi luas banget," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA. Karena ada yang lebih baik, ya obrolan di Tv dengan tujuan ini dan itu," kata Eko.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Main kartu remi saja!" kata Eko.
"Oke main kartu remi!" kata Budi.
Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu remi dengan baik gitu.
"Berita Tv tentang artis, ya tetap kontraversi ini dan itu," kata Budi.
"Ya realitanya begitu," kata Eko.
"Apalagi....berita Tv berkaitan dengan urusan pemerintahan ini dan itu, ya kontraversi," kata Budi.
"Realitanya begitu," kata Eko.
"Menarik untuk di tonton berita Tv," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko dan Budi terus main kartu remi dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment