Eko duduk di depan rumahnya, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan.
"Emmm. Baca cerpen saja!" kata Eko.
Eko mengambil buku di meja, ya buku di buku dengan baik dan cerpen di baca dengan baik karena ceritanya menarik gitu.
Isi cerita yang di baca Eko :
Dalam dongeng, ya Putri Moanna, yang ayahnya adalah raja dunia bawah, mengunjungi dunia manusia, di mana sinar matahari membutakannya dan menghapus ingatannya. Dia menjadi fana dan akhirnya mati. Raja percaya bahwa pada akhirnya, rohnya akan kembali ke dunia bawah, jadi dia membangun labirin, yang bertindak sebagai portal, di seluruh dunia sebagai persiapan untuk kembalinya dia.
Pada tahun 1944 Francoist Spain, ya Ofelia yang berusia sepuluh tahun bepergian dengan ibunya Carmen yang sedang hamil tetapi sakit-sakitan untuk bertemu Kapten Vidal, ayah tirinya yang baru. Vidal, putra seorang komandan terkenal yang meninggal di Maroko, ya sangat percaya pada Falangisme dan telah ditugaskan untuk memburu pemberontak republik. Serangga tongkat besar, yang diyakini Ofelia sebagai peri, membawa Ofelia ke labirin batu kuno, tetapi dia dihentikan oleh pengurus rumah tangga Vidal, Mercedes, yang diam-diam mendukung saudara laki-lakinya Pedro dan pemberontak lainnya. Malam itu, serangga muncul di kamar tidur Ofelia, di mana ia berubah menjadi peri dan membawanya melalui labirin. Di sana, dia bertemu dengan seorang faun, yang percaya bahwa dia adalah reinkarnasi dari Putri Moanna. Dia memberinya sebuah buku dan mengatakan kepadanya bahwa dia akan menemukan di dalamnya tiga tugas yang harus diselesaikan agar dia mendapatkan keabadian dan kembali ke kerajaannya.
Ofelia menyelesaikan tugas pertama — mengambil kunci dari perut katak raksasa — tetapi menjadi khawatir tentang ibunya, yang kondisinya memburuk. Faun memberi Ofelia akar mandrake, ya menginstruksikannya untuk menyimpannya di bawah tempat tidur Carmen dalam semangkuk susu dan secara teratur memasoknya dengan darah, yang tampaknya meringankan penyakit Carmen. Ditemani oleh tiga pemandu peri dan dilengkapi dengan sepotong kapur ajaib, Ofelia kemudian menyelesaikan tugas kedua — mengambil belati dari sarang Pale Man, monster pemakan anak-anak. Meskipun diperingatkan untuk tidak mengkonsumsi apa pun di sana, dia makan dua buah anggur, membangunkan Pale Man. Dia melahap dua peri dan mengejar Ofelia, tapi dia berhasil melarikan diri. Marah karena ketidaktaatannya, faun itu menolak memberi Ofelia tugas ketiga.
Selama waktu ini, Ofelia menjadi sadar akan kekejaman Vidal dalam memburu para pemberontak. Setelah dia membunuh dua petani lokal yang ditahan karena dicurigai membantu pemberontak, Vidal menginterogasi dan menyiksa seorang pemberontak yang ditahan. Dia meminta Dokter Ferreiro untuk merawat tawanan, yang kemudian di-eutanasia oleh Ferreiro atas desakan pemberontak itu sendiri. Menyadari bahwa Ferreiro adalah kolaborator pemberontak, Vidal membunuhnya. Vidal kemudian menangkap Ofelia merawat akar mandrake, yang dia anggap delusi. Carmen setuju dan melemparkan akarnya ke dalam api. Dia segera mengalami kontraksi yang menyakitkan dan meninggal saat melahirkan putra Vidal.
Mercedes, yang diketahui sebagai mata-mata, mencoba melarikan diri bersama Ofelia, tetapi mereka tertangkap. Ofelia dikurung di kamar tidurnya, sedangkan Mercedes dibawa untuk diinterogasi dan disiksa. Mercedes membebaskan dirinya, dan menusuk Vidal dengan tidak mematikan dalam pelariannya untuk bergabung kembali dengan pemberontak. Faun, setelah berubah pikiran tentang memberi Ofelia kesempatan untuk melakukan tugas ketiga, kembali dan menyuruhnya untuk membawa saudara laki-lakinya yang baru lahir ke labirin untuk menyelesaikannya. Ofelia berhasil mengambil bayi dan melarikan diri ke labirin. Vidal mengejarnya saat pemberontak melancarkan serangan ke pos terdepan. Ofelia bertemu dengan faun di tengah labirin.
Faun menyarankan untuk mengambil sedikit darah bayi, karena menyelesaikan tugas ketiga dan membuka portal ke dunia bawah membutuhkan darah orang yang tidak bersalah, tetapi Ofelia menolak untuk menyakiti saudara laki-lakinya. Vidal menemukannya berbicara dengan faun, yang tidak bisa dilihatnya. Faun pergi, dan Vidal mengambil bayi itu dari pelukan Ofelia sebelum menembaknya. Vidal kembali ke pintu masuk labirin, di mana ia dikelilingi oleh pemberontak, termasuk Mercedes dan Pedro. Mengetahui bahwa dia akan dibunuh, dia menyerahkan bayi itu ke Mercedes, meminta agar putranya diberitahu tentang dia. Mercedes menjawab bahwa putranya bahkan tidak akan tahu namanya. Pedro kemudian menembak mati Vidal.
Mercedes memasuki labirin dan menghibur Ofelia yang sekarat. Tetesan darah Ofelia jatuh di tengah tangga batu spiral ke altar. Ofelia, berpakaian bagus dan tidak terluka, kemudian muncul di ruang singgasana emas. Raja dunia bawah memberitahunya bahwa, dengan memilih untuk menumpahkan darahnya sendiri daripada darah orang lain, dia lulus ujian terakhir. Faun memuji Ofelia atas pilihannya, memanggilnya sekali lagi sebagai "Yang Mulia". Ratu dunia bawah, ibunya, mengundang Ofelia untuk duduk di sebelah ayahnya dan memerintah di sisinya. Kembali di labirin batu, Ofelia tersenyum saat dia meninggal.
Akhir cerita, ya melengkapi kisah Putri Moanna, menyatakan bahwa dia kembali ke Dunia Bawah, memerintah dengan kebaikan dan keadilan selama berabad-abad, dan meninggalkan sedikit jejak waktunya di alam manusia, "hanya terlihat oleh mereka yang tahu ke mana harus mencari."
***
Eko selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja.
"Emmm," kata Eko.
Eko menikmati minum kopi dan makan gorengan. Abdul datang ke rumah Eko, ya motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Eko. Abdul duduk dengan baik dekat Eko.
"Ngomong-ngomong gimana kerjaan Eko. Kerjaan jadi buruh di perusahaan?" kata Abdul.
"Baik kerjaan ku jadi buruh di perusahaan," kata Eko.
"Baik toh!" kata Abdul.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Abdul.
"Gimana kerjaan Abdul. Ya jadi pedagang di pasar?" kata Eko.
"Kerjaan ku baik," kata Abdul.
"Baik!" kata Eko.
"Urusan hubungan Eko dengan Purnama gimana....cerita kisah cinta?" kata Abdul.
"Baiklah. Abdul kisah cinta aku dengan Purnama," kata Eko.
"Baik," kata Abdul.
"Gimana dengan kisah Abdul dengan Putri?" kata Eko.
"Kisah cinta aku. Penuh tanda tanya besar. Aku sibuk kerja jadi pedagang di pasar karena keadaan sebatas ilmu lulusan SMA, ya kota Bandar Lampung. Sedang Putri kuliah di kota Jakarta. Putri mungkin bisa mendapatkan cowok yang lebih baik dari aku di kota Jakarta, ya yang kaya dan ganteng seperti artis gitu. Aku dan Putri tidak ada ikatan apa pun, ya sebatas teman masa SMA," kata Abdul.
"Kisah cinta yang penuh tanda tanya besar. Harapan masih ada ingin jadian Putri, ya Abdul?" kata Eko.
"Harapan itu. Kalau jodoh. Perawan atau janda di terima," kata Abdul.
"Cinta dan cinta," kata Eko.
"Emmm," kata Abdul.
"Emmm," kata Eko.
"Ngomong-ngomong keinginan Budi masih ingin kerja di pemerintahan, ya tidak selamanya kerja jadi buruh di perusahaan?" kata Abdul.
"Ya masih sih keinginan Budi kerja di pemerintahan, ya tidak selama kerja jadi buruh. Maka itu. Budi masih belajar ini dan itu dengan baik, ya pengumpulan data ini dan itu dengan baik juga. Sampai Budi belajar memahami ajaran agama, ya enam ajaran agama yang berkembang di Indonesia," kata Eko.
"Budi berjuang demi keinginannya tercapai," kata Abdul.
"Emmm," kata Eko.
"Enam ajaran agama. Yang di yakini Budi cuma satu ajaran agama, ya Islam. Yang lima ajaran agama tujuan menghormati atau untuk pandai menempati diri di mana pun jika berada di ruang lingkup di lima ajaran tersebut," kata Abdul.
"Kebanyakan manusia, ya cuma menghormati ajaran agama lain dari pada pandai menempati diri di ruang lingkup agama lain. Contoh : pemimpin yang beragama Islam, ya berada di acara ajaran agama Hindu karena di undang gitu. Pemimpin itu, ya tahunya ajaran agama Islam yang di anutnya tapi tidak tahu ajaran agama Hindu yang sifatnya khusus. Jadi sebatas menghormati, ya pemimpin tersebut. Beda jika belajar memahami ajaran agama Hindu, ya seperti Budi. Jadi Budi bisa menempati dirinya dengan baik di ruang lingkup ajaran agama Hindu dan menghormati dengan baik," kata Eko.
"Dua-duanya toh!" kata Abdul.
"Emmm," kata Eko.
"Agama yang bener atau paling benar?" kata Abdul.
"Ya itu sih. Jawabannya, ya seperti biasa, ya manusia yang dapat melampaui batasan manusianya, ya sampai mendengarkan Roh. Ya Roh menjelaskan kebenaran ini dan itu," kata Eko.
"Aku paham omongan Eko!" kata Abdul.
"Emmm," kata Eko.
"Padahal keinginan Budi tersebut, ya sebatas jadi pegawai negeri dengan jabatan yang biasa aja. Jadi mana mungkin Budi jadi pemimpin, ya kan Eko?" kata Abdul.
"Memang keinginan Budi cuma bisa jadi pegawai negeri saja. Jadi pemimpin, ya mana mungkin Budi bisa jadi pemimpin walau Budi pinter ini dan itu, ya karena kekurangan Budi adalah dari kekayaan dan bekingan. Maklum sisilah Budi dari keluarga miskin. Beda dengan orang-orang yang duduk di pemerintahan dengan latar belakang keluarga kaya dan bekingan ini dan itu," kata Eko.
"Kebanyakan nasif orang pinter yang latar belakangnya keluarga miskin tidak punya bekingan ini dan itu, ya berhasil kerja di pemerintahan cuma jadi anak buah, ya dari pada jadi pemimpin," kata Abdul.
"Emmm," kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Abdul.
"Aku paham omongan Abdul!" kata Eko.
"Emmm," kata Abdul.
Budi datang ke rumah Eko, ya motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Eko. Budi duduk dengan baik, ya dekat Abdul dan Eko.
"Abdul gimana keadaan kerjaan Abdul?" kata Budi.
"Baik kerjaan aku!" kata Abdul.
"Emmm," kata Eko.
"Baik. Cuma itu saja?" kata Budi.
"Yaaa kalau bahas latar belakang orang-orang kerja di pasar, ya punya toko berdasarkan suku ini dan itu. Ya seperti biasa kan obrolan kita, ya antara baik dan buruk. Antara paham agama dan tidak paham agama berdasarkan agama yang di yakini masing-masing berdasarkan sisilah suku keturunan," kata Abdul.
"Kalau itu sih komplit banget," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Gimana kerjaan Budi dan kisah cinta Budi dengan Tasya?" kata Abdul.
"Kerjaan aku jadi buruh di perusahaan baik. Ya kisah cinta aku dengan Tasya, ya baik. Aku beruntung dapet cewek yang baik seperti Tasya dan juga pengertian dengan keadaan aku," kata Budi.
"Baik toh!" kata Abdul.
"Sudah ngumpul, ya lebih baik main kartu remi saja!" kata Eko.
"Oke. Main kartu remi!" kata Budi.
"Oke. Main kartu remi!" kata Abdul.
Eko mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Ketiganya main kartu remi dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment