Budi duduk dengan baik di depan rumahnya, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
"Nyanyi saja. Menghibur diri. Main gitar!" kata Budi.
Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik gitu.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :
***
Budi selesai bernyanyi, ya berhenti main gitar dan gitar di taruh di samping kursi gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Eko," kata Budi.
"Apa?" kata Eko.
"Aku mau cerita!" kata Budi.
"Budi mau cerita," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Silakan Budi bercerita!" kata Eko.
"Aku bercerita pake wayang yang terbuat dari kardus. Ya wayang buatan aku. Nilai kreatifitas gitu," kata Budi.
"Wayang," kata Eko.
Budi mengambil wayang di bawah meja, ya tepatnya di dalam kotak kardus gitu. Wayang di mainkan Budi, ya bercerita dengan baik gitu.
Isi cerita yang di ceritakan Budi :
Dalam epos Eropa Kievan Rus, ya orang-orang pernah hidup dalam ketakutan akan seekor naga mengerikan yang meneror desa setempat dan penduduknya. Untuk menenangkan naga tersebut, penduduk desa mengorbankan gadis-gadis muda dalam sebuah ritual dan mereka menyanyikan lagu kuno untuk memanggil naga tersebut. Naga itu menculik salah satu gadis, tetapi seorang ksatria pemberani melakukan perjalanan ke pulau naga untuk menyelamatkan cintanya. Ketika dia menemukan bahwa dia sudah mati, ksatria dan naga bertarung sengit di mana naga itu dikalahkan. Ksatria itu membebaskan rakyatnya dari rasa takut dan dikenal sebagai Pembunuh Naga. Ritual yang ditakuti itu diubah menjadi upacara pernikahan.
Bertahun-tahun kemudian, Putri muda Miroslava, disingkat Mira, bertunangan dengan Igor, cucu Pembunuh Naga. Ayahnya dan adiknya Yaroslava menganggap dia belum dewasa karena masih menyukai dongeng dan bermain mainan. Mira ditempatkan di dek perahu dengan pakaian pernikahannya untuk dikirim melintasi air ke calon suaminya, Igor, tetapi saat Igor menarik perahunya ke arahnya, orang-orangnya menyanyikan lagu ritual kuno di pernikahan mereka. Naga yang dianggap sudah mati menangkap Mira dari upacara dan membawanya ke pulau miliknya.
Mira ditahan di sebuah gua di mana dia bertemu dengan seorang pria muda yang tidak dapat mengingat namanya. Mira percaya dia adalah tahanan lain dan memanggilnya Arman, tapi dia segera menemukan bahwa Arman adalah naga yang menculiknya. Dia hidup dalam wujud manusia, menahan binatang buasnya, tapi terkadang berubah menjadi naga di luar keinginannya. Sebagai seekor naga, Arman tidak mampu mengendalikan dirinya.
Berharap menjadi manusia, Arman menunjukkan pulau itu kepada Mira dan memberinya tempat untuk membuat rumah sementara dia menunggu Igor menyelamatkannya. Dia mengatakan padanya, sebagai anak naga, dia diizinkan memilih apakah akan tetap menjadi manusia atau menjadi naga. Dia memilih untuk tetap menjadi manusia sampai Pembunuh Naga membunuh ayahnya. Dalam kesedihan dan kemarahannya, dia menjadi seekor naga, memperoleh pengetahuan dari semua naga yang datang sebelum dia. Menyadari bahwa naga itu benar-benar monster, Arman mengisolasi dirinya di pulau itu untuk mencegah dirinya membunuh manusia. Merasakan transisi tak terkendali ke wujud naganya, dia akan masuk ke dalam gua di mana naga itu tidak bisa melarikan diri dan tetap di sana sampai dia kembali ke wujud manusianya dan wujud naganya hampir terkendali. Dia menculik Mira karena lagu ritual yang dinyanyikan di pernikahannya oleh penduduk desa yang percaya bahwa naga sudah punah. Lagu tersebut membuat Arman lengah dan dia tidak punya cukup waktu untuk bersembunyi di dalam gua sebelum menanggapi panggilan lagu tersebut.
Arman ingin hidup sebagai manusia dan menghancurkan batinnya karena takut menyakiti Mira. Mira berbicara dengan Arman dan mengajarinya hidup sebagai manusia. Saat mereka saling mengenal, Arman dan Mira jatuh cinta meski Mira masih takut pada naga.
Pulau ini disihir sehingga hanya mereka yang dicintai oleh seseorang di pulau tersebut yang dapat menemukan jalan menuju ke sana. Karena perasaan Mira terhadap Igor berubah saat ia jatuh cinta pada Arman, sementara Igor mencari sia-sia di tengah kabut. Igor, yang tidak memiliki keberanian yang sama dengan kakeknya, mencoba untuk kembali, tetapi juru mudinya mengingatkannya akan sumpahnya dan tidak mengizinkannya untuk kembali agar nama keluarganya tidak tercela.
Ketakutan Mira terhadap naga menyebabkan dia diam-diam menyiapkan perahu untuk melarikan diri. Mengetahui persiapannya, Arman putus asa karena bisa mengendalikan naga itu dan mengungkapkan kepada Mira alasan sebenarnya mengapa naga membawa gadis ke pulau itu. Para naga membawa gadis-gadis muda ke pulau itu sehingga mereka dapat membakar mereka sampai mati dan dari abu setiap gadis, seekor naga baru lahir; begitulah Arman dilahirkan. Arman menyuruh Mira pergi agar dia terhindar dari nasib ini. Namun tanpa Mira, Arman tidak tahu bagaimana melanjutkan hidup.
Mira kembali ke rumah setelah menemukan perahu Igor di tengah kabut. Dia menyadari bahwa Yaroslava diam-diam mencintai juru mudi terhormat Igor, dan ayahnya mendorongnya untuk mengikuti keinginan hatinya. Saat mempersiapkan kembali pernikahannya dengan Igor, Mira menyadari bahwa dia masih mencintai Arman dan tidak bisa hidup tanpanya, menolak Igor yang marah selama upacara. Saat berada di atas perahu, Mira menyanyikan lagu ritual memanggil naga. Arman, sementara itu, mengakhiri hidupnya untuk memastikan tidak akan ada lagi naga, tapi berubah menjadi naga saat dia mendengar lagu tersebut. Dia menangkap kembali Mira dan membawanya ke pulau, berniat untuk membakarnya. Mira tidak menunjukkan rasa takut kepada naga itu dan menyatakan cintanya padanya. Hal ini memungkinkan Arman akhirnya mengendalikan dirinya sebagai seekor naga.
Bertahun-tahun kemudian, Mira dan Arman tinggal bersama di pulau itu bersama putri mereka. Mira terbang dengan suami naganya, yang tidak lagi berbahaya baginya, dan selama penerbangan, Arman berubah menjadi bentuk manusia dan keduanya berbagi ciuman.
***
Budi selesai baca bercerita pake wayang gitu.
"Cerita yang bagus," kata Eko.
Budi menaruh wayang di bawah meja, ya tepatnya di dalam kotak kardus.
"Main wayang Budi juga bagus," kata Eko.
"Terima kasih Eko pujiannya," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Dunia ini, ya ada yang lebih baik bercerita dari pada aku, ya pake wayang. Yang lebih baik itu, ya dalang ini dan itu," kata Budi.
"Aku paham omongan Budi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Seni budaya masih berkaitan dengan ekonomi di gerakkan dengan baik sama orang-orang yang berkepentingan," kata Budi.
"Berdasarkan berita Tv, ya kan Budi?" kata Eko.
"Iya berdasarkan berita Tv," kata Budi.
"Yaaa kalau begitu sih....main permainan ular tangga saja....Budi!" kata Eko.
"Oke. Main permainan ular tangga!" kata Budi.
Budi mengambil permainan ular tangga di bawah meja, ya permainan ular tanga di taruh di atas meja gitu. Eko dan Budi main permainan ular tangga dengan baik gitu.
"Hidup ini," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup ini...masih pilihan manusia yang menjalankan hidup ini, ya kan Eko?" kata Budi.
"Hidup ini....memang sih...masih pilihan manusia yang menjalankan hidup ini," kata Eko.
"A dan B," kata Budi.
"Apa maksudnya...A dan B, ya Budi?" kata Eko.
"A, ya merima apa adanya. B, ya milih yang kaya raya. A dan B, ya urusan cinta berkaitan dengan cewek milih cowok," kata Budi.
"Urusan cinta toh. Berkaitan dengan cewek milih cowok. A dan B," kata Eko.
"Gimana pendapat Eko?" kata Budi.
"Pendapat aku sih. Berdasarkan kisah cinta aku dengan Purnama. Ya cewek milih cowok apa adanya. Milih A lah!" kata Eko.
"Eko milih A. Ya...aku juga milih A juga. Karena berdasarkan kisah cinta aku dengan Tasya," kata Budi.
"Pilihan aku dan Budi...sama. Sedangkan yang milih B, ya mungkin orang lain yang ambisi jadi kaya seperti cerita sinetron atau film, ya kan Budi?" kata Eko.
"Iya Eko. Yang milih B, ya orang lain dengan ambisi demi kaya seperti cerita sinetron dan film," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko tetap asik main permainan ular tangga.
No comments:
Post a Comment