Budi duduk di depan rumahnya, ya mengambil mainan di bawah meja berupa mobil mainan buatan Budi di taruh di meja. Yaaa mobil mainan terbuat dari kardus gitu dan juga jalan untuk mobil yang di buat dari kardus. Yaaa jalan di susun dengan rapih, ya jadi lingkaran gitu. Mobil di hidupkan, ya berjalan di jalur yang telah di siapkan dengan rapih gitu. Budi melihat dengan baik, ya mobil berjalan dengan baik, ya muter-muter di jalanan kardus gitu.
"Serasa masa anak-anak main mobil buatan aku sendiri," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Yaaa Budi terus melihat mobil mainan tersebut, ya dengan perasaan senang banget gitu.
"Emmm. Baca cerpen saja!" kata Budi.
Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik, ya di baca cerpen yang cerita menarik banget, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
Isi cerita yang baca Budi :
Cerita dimulai pada 1960-an (terbukti dari sebuah surat kabar).
Raees, seorang anak laki-laki yang berpikiran tajam, tinggal di Fatehpur, Gujarat, negara bagian yang kering dan terlibat dalam perdagangan minuman keras ilegal sejak usia muda. Dia menggunakan filosofi ibunya: tidak ada pekerjaan yang rendah dan tidak ada agama yang lebih besar dari pekerjaan apapun sebagai mekanisme penipuan diri . Bersama sahabatnya, Sadiq, dia mulai bekerja untuk gangster lokal, Jairaj — yang lebih memilih Raees karena dia menemukan ide baru untuk penyelundupan. Saat kekuatan dan pengaruhnya tumbuh, dia memutuskan untuk berpisah dengan Jairaj dan meminta bantuan seorang bos kejahatan, Musabhai untuk memulai bisnisnya sendiri. Dia mendapatkan popularitas luar biasa di komunitasnya: dia memberi mereka minuman keras, mempekerjakan mereka untuk menerima dan mengirimkan pesanan dan dengan demikian menikmati dukungan politik baik dari Ketua Menteri maupun Pashabhai, pemimpin oposisi.
Sementara itu, seorang petugas polisi yang jujur dan kuat, ACP JA Majmudar dipindahkan ke Fatehpur dan memulai tindakan keras terhadap para pengedar alkohol, dengan fokus pada Raees. Hal ini mempengaruhi sebagian besar dealer kecuali dia saat dia berhasil menyelundup melewati Majmudar — yang menyebabkan hubungan permusuhan dan upaya pembunuhan yang gagal oleh Jairaj. Raees kemudian membunuhnya sebagai pembalasan. Sementara itu, Raees menikahi tetangganya Aasiya dan memiliki seorang putra bersamanya.
Saat baby shower, dia meyakinkan CM untuk memindahkan Majmudar ke Ruang Kontrol Polisi dan mengambil proyek real estat baru yang ditawarkan kepadanya. Dengan kepergian Majmudar dan pembangunan berjalan lancar, semua tampak berjalan baik baginya. Majmudar, bagaimanapun, masih melacak aktivitasnya melalui penyadapan telepon dan tahi lalat yang dia tanam sebelumnya.
Raees secara terbuka menyerang Pashabhai karena perselisihan dan CM mengirimnya ke penjara sementara sebagai aksi PR. Dengan Raees dikurung, CM dan Pasha bersekutu dalam pemilihan lokal yang akan datang. Menyadari dia telah dikhianati, Raees memutuskan untuk mencalonkan diri dalam pemilihan, menggunakan popularitasnya dan menang.
Melihatnya sebagai ancaman yang akan segera terjadi, CM memanggil kembali Majmudar ke Fatehpur dan menyatakan plot proyek real estatnya sebagai tanah yang dilindungi — menjadikan konstruksi tersebut ilegal. Raees berhutang besar kepada komunitasnya, yang telah dia yakinkan untuk berinvestasi dalam proyek tersebut. Untuk memperburuk situasi, kerusuhan komunal di negara bagian mengarah pada pemberlakuan jam malam yang membahayakan bisnis minuman kerasnya.
Benar-benar bangkrut, Raees yang putus asa menghubungi Musabhai untuk meminta bantuan, yang menawarkan uang untuk menyelundupkan emas melalui laut. Segera, pemboman berantai terjadi di seluruh India. Raees menyadari bahwa Musa menggunakan emas itu sebagai kedok untuk menyelundupkan RDX . Polisi memimpin penumpasan besar-besaran lintas negara; semua rekan Raees ditangkap atau dibunuh. Patah hati dan berduka, Raees membunuh Musabhai dan anak buahnya karena menggunakan dia untuk membunuh orang tak berdosa. Selanjutnya, dia menyerah kepada Majmudar, sangat sadar bahwa dia akan membunuhnya. Majmudar dan Raees membahas waktu mereka bersama, setelah itu Majmudar menembak Raees. Saat dia jatuh, dia mengingat kenangan dari hidupnya dan ajaran ibunya. Majmudar pergi, merenungkan kata-kata terakhir Raees.
***
Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dengan baik, ya buku di taruh di bawah meja. Yaaa Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus, ya melihat dengan baik mobil mainan jalan muter-muter di jalurnya dengan baik gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. Yaaa Eko melihat dengan baik, ya mobil mainan terbuat dari kardus berjalan dengan baik di jalur jalan yang terbuat dari kardus.
"Budi buat mainan mobil dari kardus?" kata Eko.
"Iya!" kata Budi.
"Kreatif!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Ngomong-ngomong. Hidup ini tetap samakan Eko?" kata Budi.
"Hidup ini tetap sama!" kata Eko.
"Antara baik dan buruk. Kaya dan miskin," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Apa yang di obrolin kita tidak mengubah apa pun?" kata Budi.
"Apa yang mengubah?" kata Eko.
"Yaaa obrolan kita berdua," kata Budi.
"Obrolan kita berdua. Yang tahu kan kita saja dengan Tuhan," kata Eko.
"Setan juga denger omongan kita," kata Budi.
"Takut!!!" kata Eko.
"Malaikat juga mendengar!" kata Budi.
"Malaikat mendengar, ya bagus!" kata Eko.
"Seperti A dan B," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Jika A mengalami masalah. Maka B tidak mengalami masalah. Yaaa sebaliknya," kata Budi.
"Manusia. Persoalan," kata Eko.
"Lingkungan juga!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Gimana?" kata Budi.
"Gimana apa?" kata Eko.
"Emmm....andai," kata Budi.
"Andai apa Budi?" kata Eko.
"Yaaa andai-andai berada di Palestina. Yaaa khayalan," kata Budi.
"Ikut-ikutan, ya Budi. Karena berita Tv, ya tentang perang antara Palastina dan Israel?" kata Eko.
"Yaaa kita kan cuma lulusan SMA, ya jadi Ikut-ikutan. Padahal orang-orang yang punya kepentingan, ya malah menonjolkan lewat forum ini dan itu, ya di beritakan Tv. Yaaa dukung Palestina dengan alasan ini dan itu. Urusan Israel, ya apa ada yang dukung atau tidak, ya di buat tanya saja," kata Budi.
"Aku paham omongan Budi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Jadi gimana ceritanya, ya Budi?!" kata Eko.
"Begini ceritanya. Yaaa cerita singkat sih. Budi tinggal di Palestina. Budi seorang pemuda yatim piatu, ya orang tuanya terkena dampak perang antara Palestina dan Israel gitu. Budi menjalankan hidup ini dengan baik, ya bersama teman baik Abdul dan Eko, yatim piatu juga. Ketiganya tetap menjalankan agama yang di yakini karena yang mengajarkan orang tua masing-masing semasa hidup. Demi hidup ketiga bekerja sama dengan baik, ya kerjaan apa pun, ya tetap di jalan baik. Yaaa terkadang, ya ada kesulitan ekonomi. Ketiganya memilih puasa dengan baik. Ada juga bantuan dari orang-orang baik, ya untuk menolong ekonomi ketiganya, ya orang-orang paham ilmu agama dengan baik gitu. Keadaan lingkungan masih baik gitu. Budi tertarik pada cewek cantik bernama Tasya. Yaaa Budi ingin menjalin hubungan dengan Tasya. Ketika Budi mau menyatakan cinta sama Tasya, ya mau mendatangi rumahnya. Perang antara Palestina dan Israel terjadi lagi di jalur gaza. Tasya dan orang tuanya, ya meninggal karena dampak perang gitu. Berita tersebar dengan baik lewat pemberitaan media ini dan itu, ya tentang perang gitu. Budi bersedih karena cewek yang di sukai meninggal karena dampak perang. Abdul dan Eko, ya menenangkan Budi yang sedang bersedih. Budi berkata "Kenapa manusia selalu bertikai dari awal kelahiran manusia sampai sekarang, ya tertulis di kitab ajaran?". Eko berkata "Ujian hidup ini". Abdul berkata "Menjalankan hidup ini. Harus sabar dan kuat dengan ujian apapun yang terjadi". Budi paham banget omongan kedua temannya dengan baik gitu. Setelah Tasya dan orang tuanya di makamkan dengan baik. Ketiganya memutuskan meninggalkan tempat tersebut, ya mencari tempat yang baik untuk menjauh dari daerah perang. Ya manusia yang menjalankan perang, ya penuh dengan keegoisan manusia. Begitu ceritanya!" kata Budi.
"Cerita yang bagus!" kata Eko.
"Yaaa aku sekedar cerita saja. Dunia ini, ya masih banyak yang lebih baik bercerita dari pada aku. Yang lebih baik itu, ya sinetron atau film!" kata Budi.
"Aku paham omongan Budi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Jika daerah mengalami masalah apapun, ya lebih baik di tinggalkan. Daerah lain, ya pasti keadaan baik. Seperti omongan Budi. A dan B. Jika A ada masalah. Maka B tidak ada masalah," kata Eko.
"Yaaa seperti keadaan kita baik. Karena pemimpinnya, ya kan Eko?" kata Budi.
"Pemimpin itu penting. Pemimpin yang baik, ya bisa membuat keadaan jadi baik," kata Eko.
"Pemimpin negeri ini," kata Budi.
Abdul datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Abdul duduk dengan baik, ya bersama dengan Eko dan Budi. Yaaa Budi melihat dengan baik di meja, ya ada mobil mainan yang terbuat dari kardus, ya berjalan di jalurnya dengan baik, ya muter-muter gitu.
"Budi buat sendiri. Mobil mainan kardus?" kata Abdul.
"Iya!" kata Budi.
"Biasa kreatifnya Budi!" kata Eko.
"Kreatif!" kata Abdul.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Suasananya kaya masa kanak-kanak, ya main mobil mainan," kata Abdul.
"Rasa begitu sih!" kata Budi.
"Mengenang masa anak-anak, ya sampai sekarang. Baik!" kata Eko.
"Emmm," kata Abdul.
"Oiya. Gimana usaha dagang yang di jalan Abdul?" kata Budi.
"Yaaa baik!" kata Abdul.
"Hasilnya. Pasang surut air laut, ya di perhitungkan ini dan itu, ya kan Abdul?" kata Eko.
"Omongan Eko bener lah!" kata Abdul.
"Berarti lingkungan pasar, ya antara baik dan buruk," kata Budi.
"Yaaa begitu adanya. Yaaa namanya manusia, yaaa ada yang paham ilmu agama dan tidak, ya berdasarkan ajaran yang di yakini manusia, ya masing-masing lah," kata Abdul.
"Faktor suku keturunan ini dan itu, ya mempengaruhi kepribadian manusia," kata Eko.
"Main kartu remi saja!" kata Budi.
"Oke. Main kartu remi!" kata Abdul.
"Main kartu remi!" kata Eko.
Budi mengambil mobil, ya di mematikan mobil mainan dan melepaskan jalur mobil di bantu Eko dan Abdul. Mobil mainan dan jalurnya di taruh di bawah meja dengan baik. Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan kartu remi dengan baik. Ketiganya main kartu remi dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment