Budi duduk di pinggir pantai di bawah pohon rindang.
"Keadaan pantai yang bagus gitu," kata Budi
Budi mengambil buku di dalam tasnya, ya buku di buka di pilih-pilih cerpen yang ingin di baca dengan baik gitu. Terpilih salah satu cerpen yang baca Budi dengan baik gitu.
Isi cerpen yang di baca Budi :
Plot berputar di sekitar Thulasi dan Krishna. Thulasi hamil karena Krishna pada usia 19 tahun, tetapi keluarga mereka memutuskan untuk menggugurkan anak tersebut. Setelah lima tahun, mereka menikah, tetapi Thulasi tidak terlalu bahagia karena masa lalu mereka. Belakangan, Krishna menjelaskan untuk melepaskan masa lalu, dan segera, dia keluar dari rasa sakit dan mulai menjalani hidup bahagia.
Kebenaran yang terjadi di sekitar Thulasi dan Krishna adalah bahwa gadis kecil mereka yang belum lahir Diya selalu bersama mereka selama ini tanpa terlihat. Ketika ayah Krishna datang menemui Krishna di flat barunya, Diya melihatnya dan mulai mengikutinya ke rumahnya. Keesokan harinya, dia ditemukan tewas di tangki air gedung mereka. Ini adalah rencana balas dendam Diya. Belakangan, ketika ibu Thulasi datang mengunjungi pemakaman ayah Krishna, Diya mulai mengikutinya dan membunuhnya di lift di lokasi konstruksi Krishna. Sebagai kasus kematian ditangani oleh Sub-Inspektur Raghavan, ya dia sampai pada kesimpulan bahwa keduanya meninggal karena sesak napas.
Saat Krishna dan Thulasi mengunjungi rumah sakit, mereka bertemu dengan seorang dokter, yang juga meninggal dalam kecelakaan mobil karena Diya. Muncul kecurigaan dalam tim penyelidik bahwa siapa pun yang bertemu Thulasi dan Krishna meninggal karena alasan yang sama. Polisi juga merasa curiga bahwa mobil dokter tersebut memiliki kunci anak padahal sebenarnya tidak ada anak di dalam mobil tersebut. Suatu hari, paman Thulasi datang mengunjunginya. Thulasi melihat foto keluarganya dan tiba-tiba menyadari bahwa kematian di sekitar mereka terjadi karena alasan yang sama: ketika dia mengandung Diya, dia dipaksa oleh ibu, ayah mertua, paman, dokter, dan Krishna untuk menggugurkan kandungannya. anak. Menyadari bahwa pamannya mungkin akan dibunuh berikutnya, Thulasi memanggilnya, tetapi sudah terlambat karena sebuah wadah besar menimpanya, membunuhnya. Thulasi berpikir bahwa Diya bersamanya dan memanggil namanya, yang dia tanggapi dengan membuat boneka korsel bergerak, membuat Thulasi menyadari bahwa semua kematian memang karena dia. Dia mencoba menceritakan hal ini kepada Krishna dan bersikeras bahwa dia harus selalu bersamanya agar Diya tidak membunuhnya, tetapi dia tidak mempercayai cerita ini dan membawanya ke psikiater.
Suatu hari, Krishna mendapat telepon dari lokasi konstruksi dan pergi tanpa memberi tahu Thulasi. Dia panik dan memanggilnya, tapi dia menutup telepon. Ketika dia mencapai situsnya, dia menyelamatkannya tepat pada waktunya dari derek yang membawa balok besar yang akan menabraknya. Krishna masih tidak percaya pada kecurigaan Thulasi dan atas saran seorang pendeta untuk mengadakan Pooja, mereka membuat pengaturan, tetapi Thulasi bermimpi tentang orang-orang yang membakar Diya dan dia menderita kesakitan, jadi dia menyuruh para pendeta pergi. Sementara itu, Krishna bertemu dengan psikiater, yang menyarankan agar Krishna pergi ke suatu tempat sendirian dan mematikan teleponnya selama dua hari, dan Thulasi akhirnya akan berhenti panik begitu dia kembali dengan selamat dan sehat.
Keesokan harinya, Krishna pergi, dan Thulasi khawatir dan terus mencarinya. Diya mengambil kesempatan ini dan mencoba membunuh Krishna dengan membuat dinding kamarnya saling berdekatan untuk menghancurkannya sampai mati. Sementara itu, Raghavan berpikir bahwa apa pun yang dikatakan Thulasi itu benar dan pergi mencarinya, tetapi dia menemukan bahwa dia mengalami kecelakaan dan tidak sadarkan diri, jadi dia membawanya ke rumah sakit, di mana mereka mencoba untuk menghidupkan kembali hatinya. Roh Thulasi melihat Diya dan menghentikannya membunuh Krishna. Krishna mengerti bahwa Thulasi benar. Para dokter berhasil menghidupkan kembali Thulasi, dan air mata mengalir dari matanya dan dia senang akhirnya bertemu Diya. Dokter kemudian mengatakan bahwa Thulasi sedang hamil.
***
Budi cukup lama baca cerpen yang ceritanya menarik gitu, ya buku di tutup dan buku di taruh di dalam tas. Ya Budi mengeluarkan keripik singkong dari dalam tas dan juga kopi botolan.
"Keadaan di nikmati dengan baik," kata Budi.
Budi makan keripik singkong dan minum kopi botolan dengan baik, ya sambil menikmati keadaan pantai yang bagus banget, ya sesuai dengan cerita orang-orang yang pernah datang ke pantai untuk menikmati keadaan dengan baik gitu. Eko selesai memancing ikan, ya membawa hasil dari memancing dua ekor, ya ke tempat Budi duduk di pinggir pantai di bawah pohon rindang. Sampai di tempat keberadaan Budi, ya Eko duduk di sebelah Budi.
"Dapet ikan, ya Eko?" kata Budi.
"Dapet ikan dua ekor," kata Eko, ya sambil menaruh ikan di depan Budi, ya pancingan di taruh di sebelah ikan gitu.
"Hasil yang baik dari usaha memancing," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Budi membagi makan keripik singkongnya sama Eko dan minuman kopi botolan, ya Eko ambil dari dalam tasnya. Keduanya menikmati keadaan pantai yang bagus, ya sambil menikmati minum kopi botolan dan juga makan keripik singkong gitu.
"Ikan mau di masak apa Eko?" kata Budi.
"Di buat bakar ikan saja. Kaya cerita di Tv tentang orang-orang yang hasil mancing ikan di laut gitu," kata Eko.
"Bakar ikan kaya acara Tv toh!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Di pantai ini. Khayalan aku sih, ya inginnya cerita tentang monster laut yang menenggelamkan kapal ini dan itu. Ultraman Blazar muncul untuk menolong orang-orang yang butuh pertolongan dan bertarung mengalahkan monster laut gitu. Ya pertarungan sengit gitu. Yang menang Ultraman Blazar, ya monster laut mati di tombak cahaya gitu," kata Budi.
"Ultraman Blazar. Ultraman yang baru. Sebelumnya, ya Ultraman Decker," kata Eko.
"Dari zaman kecil sampai dewasa. Seri Ultraman terus di tayangkan dengan baik di Tv," kata Budi.
"Industri acara Tv, ya terus di buat serinya dengan baik. Penggemarnya, ya dari zaman kecil sampai sekarang. Seperti omongan Budi seperti biasa. Apa yang di lakukan manusia dengan baik, ya suatu kerjaan baik jadi roda penggerak ekonomi dengan baik," kata Eko.
"Ya jadi roda penggerak ekonomi yang baik," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
Keduanya masih menikmati makan keripik singkong dan minum kopi botolan.
"Yang aku inginkan, ya khayalan sih. Sebuah kapal pesiar. Tiba-tiba di serang para monster gitu, ya game pertarungan diadakan di kapal persiar. Kamen Rider Geats beserta teman-temannya bertarung dengan baik melawan para monster untuk menyelesaikan game pertarungan. Yang menang adalah Kamen Rider Geats dan teman-temannya," kata Eko.
"Kamen Rider Geats. Game pertarungan. Seru sih ceritanya. Industri acara Tv di buat serinya dengan baik," kata Budi.
"Memang industri," kata Eko.
"Roda penggerak ekonomi," kata Budi.
"Memang roda penggerak ekonomi yang baik," kata Eko.
"Ya bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Aku paham omongan Budi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kalau sering bercerita itu, ya apa Budi ada kemungkinan ingin jadi penulis cerita cerpen sampai novel, ya Budi. Seperti cerita film yang mengangkat keinginan seorang jadi penulis gitu?" kata Eko.
"Aku inginnya kerja di pemerintahan, ya tidak selama jadi buruh. Ya tidak ada keinginan jadi penulis cerpen atau novel, ya walau aku kebiasaannya bercerita," kata Budi.
"Jadi penulis kerjaannya bagus Budi. Dari pada jadi buruh. Kaya cerita di film," kata Eko.
"Memang sih jadi penulis itu, ya lebih baik dari pada jadi buruh. Mungkin kalau ku pikir dengan baik, ya bisa aja aku jadi penulis gitu, ya kalau tidak jadi keinginanku kerja di pemerintahan karena keadaan ini dan itu," kata Budi.
"Budi jadi penulis. Pasti cerita kehidupan cinta Budi yang di angkat dengan baik dengan intrik ini dan itu," kata Eko.
"Tema cinta. Tentang kisah aku. Cerita persahabatan juga di ceritakan dengan baik dan kisah cinta Eko, Abdul, dan Erwin dengan intriknya ini dan itu," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Ngomong-ngomong Eko. Film apa yang di maksud Eko tentang mengangkat tentang kehidupan penulis?" kata Budi.
"Film yang berkaitan kisah SMA, ya cinta. Film Radio Galau FM," kata Eko.
"Oooo Film Radio Galau FM. Yang ada artis cantik Natasha Rizky toh!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Film itu bagus sih!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Keduanya terus menikmati minum kopi botolan dan keripik singkong gitu. Abdul pun ke tempat Budi dan Eko, ya duduk di pinggir pantai di bawah pohon rindang, ya sambil membawa ikan yang di belinya dari nelayan gitu. Jadi ketiganya pun sepakat, ya masak ikan bakar gitu dengan baik, ya sambil menikmati keadaan pantai yang baik gitu. Di usahakan dengan baik, ya jadi ikan bakar masak di makanlah.
"Ikan bakar yang enak," kata Budi.
"Memang enak. Ikan bakarnya," kata Abdul.
"Emmmm enak banget ikan bakarnya," kata Eko.
Ketiganya makan ikan bakar dengan baik, ya tetap menikmati keadaan pantai dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment