Budi duduk santai di depan rumahnya, ya sedang membaca cerpen yang ceritanya menarik gitu, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
Isi cerita yang di baca Budi :
Lima anak tiba di rumah hantu. Penghuni rumah, seorang wanita tua, memutuskan untuk menceritakan enam kisah menakutkan kepada mereka. Anak-anak memutuskan untuk mengadakan kompetisi untuk melihat siapa yang takut terlebih dahulu. Kisah pertama tentang seorang profesor, Sunil Khanna, yang memberikan kuliah kepada salah satu mahasiswa Bioteknologinya, Altaaf, di rumah. Setiap menit, sang profesor menunjukkan sesuatu (atau seseorang) di rumahnya, sekali di dapur, sekali di ruang makan, dan sekali di sofa. Siswa yang kesal memutuskan untuk pergi ketika profesor memperingatkannya untuk tidak meninggalkan rumah, atau hantu itu akan mengejarnya juga. Karena penasaran, siswa tersebut bertanya kepada profesor tentang hantu tersebut dan profesor tersebut mengatakan kepadanya bahwa hantu tersebut sangat mirip dengan dirinya, kecuali dia memiliki wajah berlubang dengan topi. Siswa yang ketakutan itu mencoba lari, tetapi profesor membawanya ke depan cermin dan menunjuk ke bayangannya. Pantulan profesor di cermin terlihat persis seperti hantu yang dibicarakannya.
Setelah ceritanya, seorang anak, Nisha, pergi ke kamar kecil, hanya untuk kembali sebagai hantu tanpa mengungkapkan identitas aslinya. Nisha duduk bersama anak-anak lainnya dengan kepala tertunduk.
Cerita kedua tentang seorang fotografer, Kunal, yang menemukan rumah aneh saat mobilnya mogok. Di sana, Varsha mengundangnya masuk dan mengklaim bahwa dia telah kesepian selama beberapa tahun terakhir sejak suaminya Rahul meninggal. Dia mencoba menelepon, tetapi dihadang oleh Rahul. Dia menjadi takut dan mengatakan bahwa Varsha membuka pintu, tetapi heran mendengar bahwa Varsha adalah orang yang telah meninggal dua tahun lalu, dan bukan Rahul. Mereka kemudian mengaku kepada Kunal yang ketakutan bahwa mereka sedang mengerjai pada dia. Keduanya menjelaskan kepada Kunal bahwa Rahul telah mencoba memanggil roh dan membawa mereka turun ke bumi. Ketika Kunal menyela dengan mengatakan bahwa dia sedang terburu-buru, Rahul bermain seolah-olah sedang memanggil roh seorang mekanik. Setelah beberapa saat, ketiganya mendengar ketukan pintu. Rahul pergi keluar untuk memeriksa, mekanik yang mengatakan bahwa dia melihat Kunal tewas di dalam mobilnya yang mogok dan kemudian Rahul berteriak memanggil Varsha. Rahul dan Varsha menemukan mayat Kunal di kursi pengemudi mobilnya yang rusak, mekanik mengatakan bahwa dia akan menelepon polisi Saat itu, Kunal keluar dan menyatakan dengan suara dingin bahwa roh memang datang, kapan pun mereka dipanggil, tetapi terkadang mengirim mereka kembali menjadi sangat sulit. Dia terus tertawa dengan suara dingin.
Setelah cerita ini, anak lain, Rohan, pergi ke kamar kecil, tapi dia juga kembali sebagai hantu.
Cerita ketiga berkisar pada pasangan, Vishwas dan istrinya, yang tinggal bersama putra mereka, Chintu. Suatu hari, ketiganya didatangi oleh seorang agen asuransi Prabhakar Pandit yang terus mengingatkan mereka tentang resiko hidup dan bahwa kecelakaan tidak pernah diprediksi. Vishwas menendangnya keluar rumah dan bel pintu mereka tiba-tiba berbunyi. Mereka membuka pintu, tetapi tidak menemukan siapa pun di sana. Mereka kembali ke dalam rumah, tapi bel berbunyi lagi. Agennya lagi, yang mengaku sedang hujan di luar dan dia meninggalkan payungnya di dalam. Dia mengeluarkan banyak benda seperti pisau, tali, racun, dan pistol, yang semuanya mewakili berbagai cara untuk mati dalam hidup. Vishwas bosan dengannya dan memintanya pergi. Agen tersebut kemudian mengeluarkan pistol dan mengancam Vishwas dan keluarganya. Vishwas berkelahi dengan agen tersebut, yang mengakibatkan agen tersebut ditembak secara tidak sengaja. Sebelum meninggal, seolah membenarkan pernyataannya, dia berkata, "Lihat Pak, kecelakaan tidak pernah diprediksi!"
Setelah ceritanya, anak lain, Aditi, keluar dari kamar untuk mengambil air, tetapi dia kembali dengan nasib yang sama seperti dua anak sebelumnya.
Seorang sutradara film, Karan Chopra, memutuskan untuk membuat film horor. Dalam perjalanan ke lokasi syuting, dia memberikan tumpangan kepada seorang wanita muda, Riya, yang berpura-pura menjadi hantu. Karan mengira dia hanya bercanda, dan Riya juga kemudian mengklaim bahwa dia hanya bercanda. Saat cuaca badai melanda, Karan membawa Riya ke rumahnya. Listrik dan lampu padam dan wajah Riya mulai berlumuran darah. Karan masih berpikir bahwa dia sedang mengolok-olok, tetapi ketika suaranya berubah menjadi hantu, dia jatuh ke lantai dan mati karena shock. Riya melepas topengnya yang berlumuran darah palsu, dan mikrofon yang mengubah suaranya agar terdengar seperti hantu. Terungkap bahwa dia benar-benar hanya mempermainkannya. Dia menangis panik saat dia mengatakan bahwa dia sedang mencoba untuk mengikuti audisi untuk film horor barunya, tapi sekarang sudah terlambat karena Karan sudah meninggal.
Cerita kelima berpusat pada Ajay, seorang pemuda yang sedang mengemudi di jalan raya. Dia menemukan seorang wanita muda berdiri di jalan raya. Ketika dia mendekatinya, dia membeku setelah melihat wajahnya yang terbakar. Tak lama kemudian, dia terbangun di penjara dan dituduh membunuh seorang pria. Seorang petugas polisi membawa ibu dari korban yang terbunuh ke kantor polisi. Namun sang ibu kaget saat mengetahui Ajay dirasuki arwah seorang wanita, yang ternyata adalah menantunya, Sandhya. Terungkap bahwa ibu mertua, suami dan putranya telah membakar pengantin baru dan arwahnya telah kembali untuk membalas dendam. Arwah Sandhya mengungkapkan bahwa ia merasuki Ajay untuk mencabik-cabik putranya. Roh merasuki petugas polisi dan menembak ibu mertuanya. Setelah roh meninggalkan tubuh petugas, dia menyadari apa yang telah terjadi dan diam-diam mengubur tubuh tersebut. Ajay dibebaskan dan mengemudi kembali saat dia melihat hantu Sandhya di kursi belakang. Dia mengatakan bahwa ayah mertuanya sedang dalam perjalanan bisnis di Pune dan dia harus membalas dendam. Dia meyakinkannya bahwa dia tidak akan memilikinya; yang harus dia lakukan hanyalah mengantarnya ke Pune.
Setelah semua ceritanya selesai, seorang anak laki-laki, Ashu, mengaku masih belum takut. Wanita tua itu menyeringai saat lampu rumah tiba-tiba mati. Anak laki-laki yang tertegun melihat sekelilingnya. Lampu segera menyala kembali dan dia melihat bahwa dia adalah satu-satunya orang di ruangan itu: seolah-olah tidak ada orang di sana. Lampu padam dan menyala kembali, kali ini untuk mengungkapkan teman-temannya, yang semuanya sekarang menjadi hantu, memberinya senyuman yang menakutkan. Wanita tua itu muncul kembali di kursinya, memberinya senyum penyihir. Menyadari apa yang sedang terjadi, bocah itu mencoba melarikan diri dengan panik dari rumah, tetapi menemukan semua pintu macet dan terkunci. Saat anak laki-laki itu melihat ke belakang ke ruang atas untuk melihat apakah dia sedang diikuti, dia melihat wanita tua itu tepat di sampingnya, menyeringai. Rambut wanita tua itu seputih salju dan berserakan; senyumnya yang menakutkan membuat bocah itu terkena serangan jantung dan dia meninggal di tempat kejadian. Keesokan paginya, rumah itu dipenuhi polisi dan media. Polisi membersihkan mayat anak-anak yang mati. Pelayan tua di rumah itu memberi tahu petugas polisi bahwa dahulu kala, rumah itu milik seorang wanita tua yang mencintai anak-anak, tetapi sayangnya, dia tidak memiliki anak sendiri. Dia menjelaskan bahwa dia pernah meninggalkannya selama berjam-jam untuk memberinya obat (seperti yang dikatakan wanita tua itu kepada anak-anaknya), dan ketika dia kembali, dia menemukannya sudah meninggal. Film diakhiri dengan seorang reporter yang membacakan kisah tragis tentang perjalanan berkemah yang berubah menjadi mimpi buruk bagi kelima anak tersebut. Dia mengatakan bahwa penyebab pasti kematian anak-anak tersebut masih belum diketahui dan kemungkinan besar tidak akan pernah diketahui, namun,
***
Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik gitu, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Eko belum datang," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
"Kalau begitu baca koran saja lah!" kata Budi.
Budi mengambil koran di bawah meja, ya koran di baca dengan baik banget gitu. Berita-berita di koran ceritanya, ya banyak menarik-menarik gitu, ya jadi di baca dengan baik tuh berita di koran. Ya cukup lama Budi baca koran. Eko datang ke rumah Budi, ya di parkirkan motornya di depan rumah Budi gitu. Karena ada Eko, ya berhenti baca koran dan koran di taruh di bawah meja. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Wulan," kata Budi.
"Siapa tuh Wulan?" kata Eko.
"Wulan tokoh cewek yang sering di kaitan dengan tokoh Dono," kata Budi.
"Cerita awal toh," kata Eko.
"Iya cerita awal. Bisa di bilang hak cipta dari awal cerita yang di buat di Blog di sama penulisnya," kata Budi.
"Hak cipta," kata Eko.
"Hak cipta. Walau ada cerita bener-bener murni, ya cerpen dan ada kemungkinan di kutip ceritanya, ya sampai cerita kita. Sekedar cerita saja. Tidak mau urusan dengan manusia yang bermain tentang hukum, ya tentang hak cipta," kata Budi.
"Dari awal sampai sekarang. Seperti biasa. Sekedar cerita saja!" kata Eko.
"Jadi aku mau bercerita seperti biasanya!" kata Budi.
"Budi mau bercerita seperti biasanya, ya silakan saja. Aku jadi pendengar yang baik, ya mendengarkan cerita Budi, ya seperti mendengarkan sandiwara radio gitu!" kata Eko.
"Begini ceritanya. Cerita di buat masih masa sekolah SMA saja. Wulan gadis yang baik dan pinter gitu. Ya sebenarnya Wulan punya kembaran yang bernama Mulan. Ya Mulan jauh berbeda perangainya dari Wulan. Mulan galak banget dan jago bertarung karena memang belajar bela diri, ya silat gitu. Dono tidak sengaja bertemu dengan Wulan di taman gitu. Wulan sedang melukis gitu. Tak sengaja juga Dono merusak lukisan Wulan gitu. Dono meminta maaf dengan baik sama Wulan gitu, ya berusaha membenarkan lukisan Wulan. Walau hasilnya jadi abstrak lukisan gitu. Wulan memaafkan ketidak sengajaan Dono yang merusak lukisan dan telah berusaha memperbaikinya. Dono dan Wulan pun berteman dengan baik, ya jadinya kisah cinta yang baik gitu. Dono memang beda sekolah SMA dari Wulan. Dono sering ke sekolah Wulan, ya sekedar mengantar Wulan pulang ke rumahnya dengan memakai motorlah. Setiap Dono bertemu dengan Mulan, ya terjadi pertengkaran sampai pertarungan silat gitu. Dono berusaha untuk menghindari Mulan, ya agar tidak bertengkar gitu. Dono pun sering jalan-jalan dengan Wulan. Menemani Wulan melukis, ya di temani Dono dengan baik gitu. Harapan Wulan, ya selalu bersama Dono gitu. Suatu ketika, ya Dono ada urusan keluar kota untuk menemui Neneknya. Ternyata Wulan dapat kabar Dono mengalami kecelakaan dari mobil gitu. Mobil masuk dalam sungai, ya Dono tidak di temukan mayat gitu. Wulan bersedih kehilangan Dono gitu. Mulan mengerti keadaan adiknya Wulan yang bersedih kehilangan Dono gitu. Wulan terus menjalankan kehidupan dengan baik, ya sambil mengenang kenangan manis bersama Dono gitu. Dono ternyata masih hidup, ya terdampar di pinggir sungai. Di temukan sama Pak Budi. Saat Dono sadar dari keadaannya, ya lupa siapa dirinya. Pak Budi memberi nama anaknya yang meninggal saat masih kecil, ya umur lima tahun karena sakit keras. Jadi Dono di panggil nama Raffi. Ya Raffi menjalankan hidupnya dengan baik, ya bantu Pak Budi kerjanya ternak kambing gitu. Raffi pun sekolah SMA gitu, ya sampai berteman baik cewek cantik bernama Rara gitu. Ada cewek yang suka juga dengan Raffi juga Nagita. Rara dan Nagita berteman baik gitu dan bersaing untuk bersama Raffi gitu. Raffi tiba-tiba teringat siapa dirinya, ya Dono. Ya Dono pun memilih untuk pamit sama Pak Budi untuk kembali ke rumahnya, ya diizinkan pulanglah. Dono meminta maaf sama Rara, ya tidak bisa melanjutkan hubungan. Nagita yang berharap sama Dono, ya jadi melepaskan Dono untuk pergi gitu. Ya Dono pulang ke rumahnya dengan baik. Sampai di rumah, ya orang tuanya, ya senang Dono masih hidup gitu. Dono menemui Wulan di rumahnya dengan baik gitu. Ya Wulan senang Dono masih hidup, ya begitu juga Mulan. Dono dan Wulan melanjutkan kisah cinta dengan baik gitu. Begitulah ceritanya!" kata Budi.
"Bagus ceritanya!" kata Eko.
"Ya sekedar cerita saja. Dunia ini masih banyak yang lebih baik bercerita dari pada aku. Yang lebih baik itu, ya sinetron atau film. Ya sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Yaaaa aku paham omongan Budi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kisah cinta, ya di umpakan burung merpati yang setia. Gimana Budi?" kata Eko.
"Boleh juga perumpaan itu, ya burung merpati yang setia," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Kalau begitu main kartu remi saja!" kata Budi.
"Okey main kartu remi!" kata Eko.
Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik kartu remi. Budi dan Eko main kartu remi dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment