Setelah sholat terawih di mesjid. Budi duduk di depan rumahnya, ya sedang baca buku, ya cerpen yang menarik ceritanya, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu.
Isi cerita di baca Budi :
Dalam perjalanan sekolah, senior sekolah menengah Peter Parker mengunjungi laboratorium genetika Universitas Columbia bersama temannya Harry Osborn dan kekasihnya Mary Jane Watson. Di sana, "laba-laba super" yang direkayasa secara genetik menggigitnya, dan dia jatuh sakit saat kembali ke rumah. Sementara itu, ayah Harry Norman Osborn, seorang ilmuwan dan pendiri serta pemilik Oscorp, mencoba mendapatkan kontrak militer yang penting. Dia bereksperimen pada dirinya sendiri dengan bahan kimia peningkat kinerja yang tidak stabil dan menjadi gila, membunuh asistennya.
Keesokan harinya, Peter menyadari bahwa dia tidak lagi rabun jauh dan telah mengembangkan kemampuan seperti laba-laba: dia dapat menembakkan jaring dari pergelangan tangannya dan memiliki refleks yang cepat, kecepatan dan kekuatan manusia super, serta kemampuan yang meningkat untuk merasakan bahaya. Menepis nasihat Paman Ben bahwa "dengan kekuatan besar datang tanggung jawab besar", Peter mempertimbangkan untuk membeli mobil untuk mengesankan Mary Jane. Dia memasuki acara gulat bawah tanah untuk memenangkan uang untuk itu dan memenangkan pertandingan pertamanya, tetapi promotor menipu dia dari penghasilannya. Ketika seorang pencuri merampok kantor promotor, Peter mengizinkannya melarikan diri. Beberapa saat kemudian, dia menemukan Ben dibajak dan dibunuh. Peter mengejar si pembajak mobil, hanya untuk menyadari bahwa itu adalah pencuri yang dia biarkan melarikan diri. Pencuri itu melarikan diri tetapi mati setelah jatuh dari jendela. Sementara itu, Norman yang gila menyela pengujian produk oleh saingan Oscorp, Quest Aerospace, dan membunuh beberapa orang.
Setelah lulus, Peter mulai menggunakan kemampuannya untuk melawan ketidakadilan, mengenakan kostum spandeks dan persona bertopeng Spider-Man. J. Jonah Jameson, penerbit surat kabar Daily Bugle, ya mempekerjakan Peter sebagai fotografer lepas karena dialah satu-satunya orang yang memberikan gambar Spider-Man yang jelas. Setelah mengetahui bahwa dewan Oscorp berencana untuk menggulingkannya untuk menjual perusahaan tersebut ke Quest, Norman membunuh mereka. Jameson menjuluki pembunuh misterius itu "Green Goblin".
Goblin menawarkan Peter tempat di sisinya, tapi dia menolak. Mereka berkelahi, dan Peter terluka. Saat makan malam Thanksgiving, Bibi Peter May mengundang Mary Jane, Harry, dan Norman. Saat makan malam, Norman melihat lukanya dan menyadari identitas Peter. Berpikir satu-satunya cara untuk mengalahkan Peter adalah dengan menyerang orang-orang spesial baginya, Norman kemudian menyerang May, memaksanya dirawat di rumah sakit.
Harry, yang berkencan dengan Mary Jane, melihatnya memegang tangan Peter dan menganggap dia memiliki perasaan padanya. Hancur, Harry memberi tahu ayahnya bahwa Peter mencintai Mary Jane, tanpa sadar mengungkapkan kelemahan terbesar Spider-Man. Norman menyandera Mary Jane dan sebuah mobil Trem Pulau Roosevelt yang penuh dengan anak-anak yang disandera di sepanjang Jembatan Queensboro. Dia memaksa Peter untuk memilih siapa yang ingin dia selamatkan dan menjatuhkan mereka berdua. Peter menyelamatkan Mary Jane dan gerbong trem. Norman kemudian melemparkannya ke gedung terbengkalai di dekatnya dan dengan brutal memukulinya. Peter berada di atas angin, dan Norman mengungkapkan dirinya dan memohon pengampunan sambil secara halus menyiapkan glidernya untuk menusuk Petrus dari belakang. Diperingatkan oleh indra laba-labanya, Peter menghindari serangan itu, dan pesawat layang itu malah menusuk Norman. Norman memberi tahu Peter untuk tidak mengungkapkan identitasnya sebagai Goblin kepada Harry sebelum meninggal. Peter membawa tubuh Norman ke rumah Osborn dan dihadapkan oleh Harry, yang menodongkan pistol ke arahnya, tetapi Peter kabur.
Di pemakaman Norman, Harry bersumpah akan membalas dendam pada Spider-Man, yang dia anggap bertanggung jawab atas kematian ayahnya. Mary Jane mengaku kepada Peter bahwa dia mencintainya. Peter, bagaimanapun, merasa dia harus melindunginya dari perhatian musuh yang tidak diinginkan, jadi dia menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya dan memberi tahu Mary Jane bahwa mereka hanya bisa berteman. Saat Peter pergi, dia mengingat kata-kata Ben dan menerima tanggung jawab barunya sebagai Spider-Man.
***
Budi selesai baca buku, ya buku di bawah meja. Ya Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Hidup ini tetap di jalankan dengan baik, ya sesuai dengan rencana manusia. Dengan tujuan masa depan yang baik," kata Eko.
"Realita hidup ini. Penuh dengan rencana manusia. Dengan tujuan masa depan yang baik. Ya yang lebih enak itu, ya terlahir kaya. Jadi masa depan terlihat baik gitu. Bagi kita yang berasal dari keluarga miskin. Atau manusia lain, ya yang asalnya dari keluarga miskin. Harus menyikapi hidup dengan baik dari ujian hidup ini dan itu, ya dari orang-orang yang tidak suka dengan alasan tidak jelas," kata Budi.
"Ujian miskin berjuang keras banget, ya agar hidup enak. Harus kuat dari ujian ini dan itu, ya lebih tepat hinaan dari orang yang tidak suka dari orang kaya sampai miskin," kata Eko.
"Tabah, ya sabar dalam ujian. Keluar dari persoalan ini dan itu," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Ya sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Memang sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Gimana?" kata Budi.
"Gimana apa?" kata Eko.
"Ya kalau gimananya itu, ya kita ini bukan agama Islam?" kata Budi.
"Oooo maksudnya seperti orang-orang yang di belakang layar demi menaikin ajaran agama Islam ternyata ajaran agama lain, ya Budi?" kata Eko.
"Sesuai omongan Eko gitu," kata Budi.
"Ya tidak masalah sih. Anggap saja, ya Toleransi," kata Eko.
"Memang Toleransi," kata Budi.
"Orang-orang di belakang layar, ya tujuannya menggerakkan ekonomi segala bidang. Jika tujuan tercapai dengan baik. Maka menanggulangi masalah dari kemiskinan ini dan itu," kata Eko.
"Memang jika berhasil menanggulangi masalah kemiskinan ini dan itu," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Kalau begitu. Lebih baik main catur saja!" kata Budi.
"OK. Main catur saja!" kata Eko.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment