Setelah sholat tarawih di mesjid. Budi duduk di depan rumahnya, ya sedang membaca buku, ya cerpen yang cerita menarik gitu. Ya Budi sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan.
Isi cerita yang di baca Budi :
Pernikahan Arini dan Pras mendatangkan kebahagiaan dengan hadirnya Nadia, putri mereka. Pras yang baik dan setia selalu menenangkan Arini. Berbagai kisah perselingkuhan di sekelilingnya, termasuk sahabat dekatnya, tidak sekalipun mengusik kepercayaan Arini terhadap sang suami. Arini pun berusaha mengabdikan diri sepenuh hati sebagai ibu dan istri.
Perjalanan takdir kemudian berujung ujian bagi cinta Arini dan Pras. Suatu hari, dalam perjalanan menuju kantor, Pras harus menolong korban yang mengalami kecelakaan mobil. Alangkah kagetnya Pras saat mengetahui korbannya adalah seorang perempuan dalam balutan baju pengantin.
Mei Rose berusaha bunuh diri setelah laki-laki yang berjanji menikahi ternyata menipunya. Padahal di perutnya ada janin berusia tujuh bulan. Mei Rose berhasil diselamatkan, namun mengalami koma, sementara anak laki-lakinya, Akbar, lahir dengan selamat.
Pras tidak tega meninggalkan bayi dan ibu yang ternyata hidup sebatang kara tersebut. Di luar dugaan, Mei Rose melakukan percobaan bunuh diri lagi. Beruntung Mei Rose diselamatkan Pras. Pras jatuh kasihan pada Mei Rose. Mei Rose meminta Pras untuk menikahinya.
Tidak disangka, Mei Rose sangat berbahagia dengan pernikahannya dengan Pras. Mei Rose merasa terharu dan bahagia bisa dinikahi oleh laki-laki sebaik Pras. Dengan demikian Pras melakukan poligami.
Pras semakin hari semakin merasa bersalah pada Arini. Saat Pras berusaha menceritakan poligaminya pada Arini, ayah Arini meninggal. Suasana semakin berat bagi Pras saat mendengar pengakuan ibu Arini kalau ayahnya juga poligami. Demi kebahagiaan Arini, ibu merahasiakan poligami ayahnya dan ikhlas menerima takdirnya. Akhirnya kenyataan poligami Pras diketahui juga oleh Arini. Bahtera perkawinannya yang ideal, runtuh seketika.
***
Budi selesai baca buku, ya buku di taruh di bawah meja. Ya Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan. Eko datang ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
Budi berkata "Jika manusia di berikan kekayaan, ya berkecukupan, apakah meninggalkan ibadahnya?. Jika manusia di berikan keadaan kemiskinan, ya kekurangan, ya apakah meninggalkan ibadahnya?".
"Tumben berkata seperti itu?" kata Eko.
"Ya karena kita hidup di antara baik dan buruk. Kaya dan miskin. Di lingkungan yang beragama gitu. Ya jadi hal yang lumrah. Ngomongin tentang urusan ibadahnya manusia gitu," kata Budi.
"Ya memang lumrah sih. Hidup ini," kata Eko.
"Gimana pendapat Eko?" kata Budi.
"Ya pendapatku sih. Manusia di berikan kekayaan, ya apakah meninggalkan ibadahnya?. Bagi paham ilmu agama Islam, ya tetap menjalankan ibadah dengan baik. Bagi tidak paham ilmu agama, ya kemungkinan meninggalkan ajaran agama yang di yakini dan terpengaruh pergaulan ini dan itu. Sedangkan manusia di berikan kemiskinan, ya apakah meninggalkan ibadahnya?. Kemiskinan ujian hidup ini. Maka manusia terus berjuang untuk tetap kaya karena tidak ingin menderita kemiskinan, ya penderitaan ini dan itu. Ya bagi yang paham agama Islam, ya manusia yang keadaan miskin, ya tetap menjalankan ibadahnya dengan baik. Contohnya : kita saja. Ya kita berasal dari keluarga miskin. Tetap ibadah dengan baik. Apa lagi di bulan Ramadhan, ya ibadah dengan baik. Tetap berjuang dengan keluar dari garis kemiskinan, ya menjadi manusia yang mampu, ya kaya gitu. Karena kita di bimbing dengan baik sama orang tua yang paham ilmu agama, Guru di masa sekolah di bimbing dengan baik, ya yang paham agama, dan guru mengaji, ya membimbing dengan baik. Jadi tetap menjalankan aturan dalam agama Islam dengan baik. Ya bagi manusia yang di berikan keadaan miskin, ya ada yang meninggalkan ibadahnya dan terpengaruh pergaulan ini dan itu," kata Eko.
"Pendapat Eko. Antara dua jalan. Menjalankan ibadah dan tidak menjalankan ibadah. Kesimpulannya, ya antara paham ilmu agama dan tidak paham ilmu agama," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Ya kaya dan miskin, ya sebaiknya ibadah dengan baik karena telah menyakini agama Islam yang di yakini dengan baik. Bagi agama lain, ya menjalan ibadahnya dengan baik berdasarkan agama yang di yakini dengan baik," kata Budi.
"Agama lain. Tetap sama saja. Ujiannya paham ilmu agama dan tidak paham ilmu agama. Kaya dan miskin. Baik dan buruk," kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Ya memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Kalau begitu. Main catur saja!" kata Budi.
"Ok. Main catur!" kata Eko.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.
"Kalau ngomongin acara Tv, ya menayangkan acara olahraga. Pertandingan olahraga ini dan itu. Bagus-bagus pertandingan olahraga ini dan itu, ya kan Eko?" kata Budi.
"Memang bagus-bagus. Pertandingan olahraga ini dan itu," kata Eko.
"Emmm," kata Budi
Keduanya melangkahkan bidak catur dengan baik gitu.
"Ngomongin urusan cinta. Ketika mendapatkan cewek yang di sukai. Pasti ada masih ada ujiannya, ya kan Eko?" kata Budi.
"Ujian kesetiaan. Dari urusan perselingkuhan. Ya hal yang lumrah untuk di omomgin sih, ya bagi yang mampu.....poligami," kata Eko.
"Cowoknya setia apa enggak ketika ujian datang?. Ceweknya setia apa enggak ketika ujian datang?. Pilihan tetap yang menjalankan hidup ini. Kalau aku sih, ya memilih setia pada cewek yang aku sukai. Ya alasannya, ya menyakiti hatinya sama aja menyakiti hati ku," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Ya keduanya main catur dengan baik.