Budi dan Eko duduk di teras di depan rumahnya, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan.
"Dunia ini tetap sama. Ya antara baik dan buruk," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Biasa cowok yang berusaha dengan baik, ya mendapatkan cewek yang di sukai," kata Budi.
"Ya biasanya begitu," kata Eko.
"Kemarin-kemarin aku melihat cewek dengan gelagatnya yang baik dengan pertemanan dengan cowok. Ya agar cowoknya jatuh hati pada ceweknya. Kalau jatuh hati, ya cowoknya milih cewek tersebut," kata Budi.
"Di mana Budi melihat cewek dan cowok itu?" kata Eko.
"Di jalan," kata Budi.
"Oooo di jalan. Ya nama juga pergaulan. Dalam pergaulan harus bisa jaga diri, ya hati-hati berteman. Banyak cerita yang kejadian beneran dari pergaulan, ya akhirnya melakukan hubungan sebelum pernikahan," kata Eko.
"Pergaulan melewati batas dari aturan yang ada di ruang lingkup bermasyarakat," kata Budi.
"Sekedar obrolan lulusan SMA, ya kan Budi?" kata Eko.
"Memang sekedar obrolan lulusan SMA," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Ngomong-ngomong. Ada omongan PNS, ya yang aku dapetin di masyarakat. Ya omongan kesombongan PNS. Dari gajinya yang besar, ya yang di bayar berdasarkan status jabatan dan juga pendidikan S1. Padahal kalau tidak di atur dengan baik, ya gaji ini dan itu. Ya gaji itu bisa sabotase sama orang yang rakus ini dan itu. Ya gaji tidak di dapatkan lah," kata Budi.
"Peraturan yang ada untuk mengatur segalanya. Tujuannya untuk kebaikan bersama. Namanya manusia, ya tidak luput dari ujian penyakit hati," kata Eko.
"Ya tidak luput dari penyakit hati, ya manusia itu. kalau begitu. Aku bercerita pake wayang saja!" kata Budi.
"Aku jadi penonton yang baik seperti biasanya," kata Eko.
Budi mengambil wayang yang di taruh di kursi. Wayang di mainkan Budi dengan baik gitu, ya bercerita dengan baik juga lah. Eko menonton pertunjukkan wayangnya Budi dengan baik.
Isi cerita yang ceritakan Budi :
Miguel "Sugar" Santo menghabiskan akhir pekannya di rumah, beralih dari taman lanskap dan ladang terawat di satu sisi gerbang akademi yang dijaga ke dunia terbelakang dan lebih kacau. Di desa kecilnya di luar San Pedro de Macoris Miguel menikmati status selebritas. Tetangganya berkumpul untuk menyambutnya kembali di akhir pekan; anak-anak meminta bola tambahan atau sarung tangan tua. Bagi keluarganya, yang kehilangan ayah bertahun-tahun sebelumnya, Miguel adalah harapan dan bintang yang bersinar. Dengan bonus kecil yang dia peroleh ketika dia menandatangani kontrak dengan akademi beberapa waktu lalu, dia telah mulai membangun rumah baru untuk keluarganya — rumah yang memiliki dapur lebih besar untuk ibunya dan kamar terpisah untuk neneknya.
Setelah mempelajari buku jari melengkung yang menghancurkan, Sugar diundang ke pelatihan musim semi oleh Kansas City Knights fiksi. Dia ditugaskan ke afiliasi Single A mereka di Iowa, the Swing. Dia ditampung oleh keluarga Higgins, yang menerima pemain Swing setiap tahun. Jorge, pemain veteran dan satu-satunya orang Dominika lainnya di tim, juga mencoba membantu Miguel mempelajari seluk-beluknya. Namun, terlepas dari upaya penyambutan Higgins dan bimbingan Jorge, tantangan penerimaan Miguel ke dalam komunitas terungkap dalam cara-cara kecil setiap hari, dari perjuangannya untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris hingga kecelakaan kefanatikan biasa di bar lokal.
Dominasi Miguel di atas gundukan menutupi rasa isolasi yang mendasarinya, sampai dia melukai dirinya sendiri saat bermain rutin pada awalnya. Sementara Miguel ada di daftar penyandang cacat, Jorge, satu-satunya koneksi akrabnya ke rumah di tempat baru yang aneh ini, dikeluarkan dari tim, tidak pernah sepenuhnya mendapatkan kembali kemampuannya setelah menjalani operasi lutut di luar musim. Kerentanan baru dari cedera Miguel, ditambah dengan kesepian karena kehilangan sahabat terdekatnya, memaksa Miguel untuk mulai memeriksa dunia di sekitarnya dan tempatnya di dalamnya.
Tekanan meningkat ketika Salvador, pemain fenomenal muda yang pernah bermain dengan Miguel, dibawa dari Republik Dominika untuk bergabung dengan tim. Permainan Miguel terputus-putus, dan isolasi yang meningkat mulai berdampak buruk padanya. Saat mimpinya mulai berantakan, Miguel memutuskan untuk meninggalkan baseball untuk mengikuti American Dream yang lain. Pengembaraannya akhirnya membawanya ke New York City, di mana pada awalnya dia berjuang untuk menemukan komunitas dan membuat rumah baru untuk dirinya sendiri, seperti banyak orang sebelumnya. Miguel akhirnya bermain bisbol dengan pemain yang ditolak dari liga minor.
***
Budi cukup lama cerita pake wayang, ya akhirnya selesai juga. Wayang di taruh di kursi kosong sama Budi. Eko memuji pertunjukkan wayang Budi, ya begitu juga dengan ceritanya, ya bagus gitu.
"Imam Mahdi," kata Budi.
"Ada apa Budi ngomong Imam Mahdi?" kata Eko.
"Ya cuma celotehan saja gitu," kata Budi.
"Cuma itu saja?" kata Eko.
"Sebenarnya sih mau di omongin sih. Tapi ya sudah lah. Lebih baik main catur saja!" kata Budi.
"Ok. Main catur saja!" kata Eko.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun bidak catur di atas papan catur.
"Ngomongin kisah cinta, ya artis. Acara Tv. Rasanya ada rasa menggelitik gitu. Anggap saja rasa cemburu, ya artis yang di sukai, ya cewek di sukai artis cowok gitu," kata Budi.
"Kisah cinta. Di acara Tv. Terpengaruh dari tontonan tentang artis cewek di dekatin artis cowok. Ya ada lah rasa yang di omongin Budi," kata Eko.
"Terpengaruh keadaan," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko dan Budi main catur dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment