Eko duduk di bawah pohon rindang, ya di pinggir pantai sambil menikmati minum teh gelas dan makan kue yang murah meriah, ya beli lah di minimarket.
"Hidup ini di nikmati dengan baik. Kalau begitu baca buku saja!" kata Eko.
Eko mengambil buku di dalam tas, ya buku di buka dengan baik. Di pilih-pilih dengan baik, ya cerpen yang ingin di pilih Eko. Terpilihlah salah satu cerpen yang di pilih Eko dengan baik gitu.
Isi cerpen yang di baca Eko :
Chak De! India dibuka di Delhi selama menit-menit terakhir pertandingan Piala Dunia Hoki antara Pakistan dan India, ya dengan Pakistan memimpin 1–0. Saat kapten tim India Kabir Khan dilanggar, dia melakukan pukulan penalti. Tendangannya meleset begitu saja, menyebabkan India kalah dalam pertandingan tersebut. Segera setelah itu, ya media mengedarkan foto Khan berjabat tangan dengan kapten Pakistan. Isyarat olahraga disalahpahami, dan Khan dicurigai membuang permainan itu karena simpati terhadap Pakistan. Prasangka agama memaksa dia dan ibunya meninggalkan kota.
Tujuh tahun kemudian Tuan Tripathi, kepala asosiasi hoki India, ya bertemu dengan advokat hoki lapangan Uttam Singh untuk membahas tim hoki wanita India. Menurut Tripathi, tim tersebut tidak memiliki masa depan karena satu-satunya peran perempuan dalam jangka panjang adalah "memasak dan bersih-bersih". Uttam, bagaimanapun, mengatakan kepadanya bahwa Kabir Khan ingin melatih tim. Awalnya skeptis, Tripathi menyetujui pengaturan tersebut.
Khan mendapati dirinya bertanggung jawab atas sekelompok 16 wanita muda yang terbagi oleh sifat kompetitif dan prasangka daerah mereka. Komal Chautala, seorang gadis desa dari Haryana, ya bentrok dengan Preeti Sabarwal dari Chandigarh ; Balbir Kaur pemarah dari Punjab menggertak Rani Dispotta dan Soimoi Kerketa, yang berasal dari desa terpencil di Jharkhand. Mary Ralte dari Mizoram dan Molly Zimik, dari Manipur di India Timur Laut, ya menghadapi diskriminasi rasial yang meluas, dan komentar seksual dari beberapa orang asing. Kapten Tim Vidya Sharma harus memilih antara hoki dan keinginan keluarga suaminya Rakesh, dan tunangan Preeti—Abhimanyu Singh, Wakil Kapten tim kriket nasional India—Merasa terancam oleh keterlibatannya dengan tim.
Khan menyadari bahwa dia dapat membuat para gadis menjadi pemenang hanya jika dia dapat membantu mereka mengatasi perbedaan mereka. Selama beberapa hari pertamanya sebagai pelatih, dia mencadangkan beberapa pemain yang menolak mengikuti aturannya—termasuk Bindiya Naik, pemain paling berpengalaman. Sebagai tanggapan, Bindiya berulang kali mendorong pemain lain untuk menentang Khan. Ketika dia akhirnya berhasil, Khan dengan marah mengundurkan diri; namun, dia mengundang staf dan tim untuk makan siang perpisahan di McDonald's. Saat makan siang, anak laki-laki setempat menggoda malam Maria; Balbir menyerang mereka, memicu perkelahian antara anak laki-laki dan tim. Khan, menyadari bahwa mereka akhirnya bertindak sebagai satu untuk pertama kalinya, mencegah staf untuk campur tangan; dia hanya menghentikan seorang pria memukul salah satu wanita dari belakang dengan tongkat kriket. Usai pertarungan, para wanita meminta Khan untuk tetap menjadi pelatih mereka.
Tim menghadapi tantangan baru. Saat Tripathi menolak mengirim tim putri ke Australia untuk Piala Dunia, ya Khan mengusulkan pertandingan melawan tim putra. Meski timnya kalah, penampilan mereka menginspirasi Tripathi untuk mengirim mereka ke Australia. Bindiya kesal dengan Khan karena memilih Vidya daripada dirinya sebagai kapten tim. Perilaku konsekuennya menghasilkan kekalahan 7-0 dari Australia. Ketika Khan menghadapkan Bindiya tentang tindakannya di lapangan, Bindiya menanggapi dengan mencoba berhubungan seks dengan Khan, yang dia tolak & memintanya untuk menjauh dari permainan. Khan melanjutkan untuk melatih para gadis lagi, yang diikuti dengan kemenangan atas Inggris, Spanyol, Afrika Selatan, Selandia Baru, dan Argentina. Tepat sebelum pertandingan mereka dengan Korea Selatan, Khan mendekati Bindiya, memintanya untuk mulai bermain sekali lagi dan mematahkan strategi 'Man to Man' marking yang digunakan oleh tim Korea sehingga mereka bisa memenangkan pertandingan. Bindiya turun ke lapangan dan dengan bantuan Gunjan Lakhani berhasil mengalahkan Korea Selatan. Mereka kembali bertemu dengan Australia untuk final; kali ini, mereka berhasil mengalahkan mereka untuk memenangkan Piala Dunia. Ketika tim kembali ke rumah, keluarga mereka memperlakukan mereka dengan lebih hormat dan Khan, nama baiknya dipulihkan, kembali bersama ibunya ke rumah leluhur mereka.
***
Eko selesai baca buku, ya buku di taruh di dalam tas. Eko menikmati minum teh gelas dan makan kue lah. Budi menghampiri Eko, ya sedang santai duduk di bawah pohon rindang, di pinggir pantai. Budi duduk dengan baik, ya dekat Eko. Ya Eko menawarkan makan dan minuman, ya pada Budi. Ya Budi menikmati makan dan minuman dengan baik, ya sambil menikmati keadaan pantai yang bagus gitu.
"Bola!!!" kata Budi.
"Tiba-tiba. Ngomongin bola. Emangnya topik obrolannya berkaitan dengan bola, ya Budi?" kata Eko.
"Ya memang topiknya tentang obrolannya tentang bola," kata Budi.
"Oooo mungkin karena cerita pertandingan sepak bola atau futsal di acara Tv, ya Budi?" kata Eko.
"Ya iya lah Eko. Obrolan kita tentang acara Tv!" kata Budi.
"Penonton cuma sekedar nonton saja. Terkadang terbawa suasana tontonan saja," kata Eko.
"Realitanya sesuai omongan Eko. Yang aku ingin omongin sih tentang kebiasaan manusia, ya pecinta sepak bola. Ya bisa di bilang judi bola," kata Budi.
"Hidup ini pilihan manusia. Yang tidak ingin berjudi, ya cukup nonton saja acara bola dari dalam negeri sampai luar negeri yang di tayangkan di Tv sampai jaringan internet. Bagi yang suka judi, ya jauh dari ajaran agama atau pura-pura, ya pasti taruhan pertandingan sepak bola," kata Eko.
"Yang berjudi dari remaja, ya sampai orang tua. Taruhannya sekala kecil sampai sekala besar. Harapan judi, ya menang gitu," kata Budi.
"Hasil dari pertandingan sepak bola, ya di perhitungkan dengan baik sama orang-orang yang berjudi," kata Eko.
"Yang kita omongin penjudi yang ada di kota ini. Gimana dengan kota lain ya?" kata Budi.
"Kota lain, ya pasti ada penjudinya. Hidup ini antara baik dan buruk," kata Eko.
"Berarti di negara lain, ya ada penjudi ini dan itu. Kaya film tentang perjudian ini dan itu," kata Budi.
"Mungkin!!!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sekedar obrolan lulusan SMA kan Budi?" kata Eko.
"Iya, ya sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Kalau begitu lebih baik kita main catur saja!" kata Budi.
"Papan catur aku tidak bawa," kata Eko.
"Aku bawa papan catur," kata Budi.
"OK. Main catur!" kata Eko.
Budi mengeluarkan papan catur di dalam tas, ya papan catur di taruh di tanah berpasir putih. Budi dan Eko, ya menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.
No comments:
Post a Comment