CAMPUR ADUK

Monday, June 20, 2022

TIMUN EMAS


Budi dan Eko duduk depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.

"Ada sebuah kata-kata yang jadi pikiran ku?" kata Budi.

"Kata-kata yang menggangu pikiran Budi. Cerita dong Budi, ya mungkin aku bisa mengurangi beban pikiran Budi!" kata Eko.

"Ada seorang pemuda. Ya lulusan sarjana S1. Pemuda itu menggeletakkan ijazah S1. Karena kebanyakkan orang itu, ya menggunakan ijazah untuk melamar kerjaan di pemerintahan atau swasta, termasuk kerjaan jadi staf di Universitas atau dosen gitu. Ya kalau dosen tuh pemuda yang pernah di ajarkan pada masa mahasiswa, ya kecewalah.....ijazah di geletakkan begitu saja, ya kenangan gitu. Pemuda itu berkata "Hidup ini butuh pembuktian. Ijazah kah apakah ilmu kah yang membuat manusia jadi sukses?" kata Budi.

"Oooooo kata-kata itu toh. Apakah ijazah apakah ilmu, ya membuat manusia sukses? Jawabanya Abdul!" kata Eko.

"Kok...Abdul, ya Eko?" kata Budi.

"Abdul itu membuktikan ilmunya, ya tidak menggunakan ijazahnya. Ya ijazah SMA punya Abdul di geletakkan saja, ya kenangan gitu. Abdul kan membangun usahanya, ya menggunakan ilmu. Jadi pembuktiannya manusia sukses itu.....Ilmu. Abdul itu, ya pinter," kata Eko.

"Iya juga ya. Ada kesamaan cerita cuma status pendidikan saja. Pemuda itu, ya membangun usaha dengan ilmunya," kata Budi.

"Pemuda itu membangun usahanya. Kalau berhasil dengan baik, ya sukses. Jadi dari usahanya itu menyerap tenaga manusia untuk di pekerjaan. Yang di cari pemerintahan orang-orang pinter yang membatu pemerintahan, ya mengurangi data pengangguran lah. Membangun usaha itu lah salah satu caranya," kata Eko.

"Omongan Eko benerlah. Sebenarnya cerita yang kita obrolin tentang pemuda, ya di ambil dari artikel yang aku baca tentang orang-orang sukses. Ya pemuda itu membangun usaha dengan ilmu. Dosennya, tahu kebenaran tentang mahasiswa yang pernah di ajarkannya, ya berhasil menjadi orang sukses. Dosennya bangga karena pembuktian pemuda itu, ya ilmu jawaban yang benar," kata Budi.

"Emmmm. Jadi cuma sekedar bahan obrolan saja kata-kata yang jadi beban di pikirkan Budi?" kata Eko.

"Ya iya lah Eko. Sekedar bahan obrolan. Kita kan cuma lulusan SMA, ya masih harus banyak belajar dari orang-orang sukses gitu," kata Budi.

"Aku paham omongan Budi," kata Eko.

"Kalau begitu aku mau cerita, ya pake wayang terbuat kardus bekas,  ya kreatif. Cerita rakyat!" kata Budi.

"Ya aku jadi penonton yang baik!" kata Eko.

Isi cerita yang ceritakan Budi :

Timun Mas merupakan cerita rakyat dari Provinsi Jawa Tengah. Mengisahkan tentang kehidupan Mbok Sirni beserta anak angkatnya, Timun Mas, dalam melepaskan diri dari raksasa. 

Alkisah, Mbok Sirni telah lama mendambakan seorang anak. Namun, hingga suaminya meninggal dunia, ia belum juga dikaruniai seorang anak. Meskipun kini Mbok Sirni telah tua, namun keinginannya untuk memiliki seorang anak tidaklah pudar. Ia berharap ada seseorang baik hati bersedia memberikan anak padanya untuk ia rawat. Suatu hari, datanglah seorang raksasa mendatangi Mbok Sirni. 

Tentu saja Mbok Sirni sangat ketakutan. Ia meminta si raksasa untuk tidak memakannnya. 

“Tuan raksasa, jangan makan hamba. Tubuh hamba kurus lagi sudah tua, rasanya pahit bila dimakan.” kata Mbok Sirni gemetaran.

“Memangnya siapa mau memakanmu hai ibu tua. Aku datang kemari untuk memberikan bibit-bibit mentimun. Tanamlah biji-bijian mentimun ini. Engkau akan mendapatkan apa yang sudah lama engkau inginkan. Sebagai ungkapan terima kasihmu nanti atas pemberianku, engkau harus membagi dua hasilnya denganku.” kata si raksasa.

Meskipun merasa kebingungan dengan pemberian raksasa, tapi Mbok Sirni menyanggupi untuk membagi dua hasilnya. Ia lantas menanam bibit-bibit mentimun itu di halaman rumahnya. Hanya berselang beberapa hari kemudian bibit tersebut telah tumbuh menjadi pohon mentimun juga berbuah. Diantara buah mentimun tersebut, ada satu mentimun berukuran besar berwana keemasan.

Mbok Sirni kemudian membelah buah mentimun sangat besar itu. Alangkah terkejutnya Mbok Sirni mengetahui bahwa di dalam mentimun terdapat seorang bayi perempuan sangat cantik jelita. Ia segera mengambilnya, memandikannya kemudian memberikannya pakaian. Mbok Sirni sangat bahagia karena keinginannya mendapatkan buah hati telah terkabul. Ia memberinya nama Timun Mas.

Waktu berlalu, Timun Mas telah tumbuh menjadi seorang anak gadis rajin suka membantu dan menyayangi ibunya. Mbok Sirni merawatnya baik-baik juga sangat menyayanginya. Suatu ketika Mbok Sirni pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Di tengah hutan Ia bertemu dengan raksasa yang dulu memberinya bibit timun mas. Sang Raksasa meminta Mbok Sirni menepati janjinya untuk membagi dua hasil tanaman bibit mentimun yang ia berikan. 

Mbok Sirni terlihat ketakutan. Mbok Sirni merasa tidak rela jika harus menyerahkan Timun Mas pada raksasa. Ia segera meminta waktu pada raksasa. Sang raksasa pun menyanggupinya. Si raksasa memberi waktu Mbok Sirni untuk menyerahkan Timun Mas setelah Ia berusia 17 tahun. Mbok Sirni segera pulang ke rumahnya. Ia masih punya waktu beberapa tahun untuk memikirkan cara menghadapi raksasa. 

Hingga suatu malam, Mbok Sirni bermimpi sangat aneh, dimana Ia mendapatkan perintah agar menemui pertapa sakti di Gunung Gundul. Keesokan harinya ia segera pergi ke Gunung Gundul untuk menemui pertapa sakti. Setelah bersusah payah mendaki Gunung Gundul, akhirnya Mbok Sirni berhasil menemui pertapa sakti tersebut. Pada pertapa sakti, Mbok Sirni menceritakan masalahnya. 

Mbok Sirni juga menceritakan mimpinya bahwa Ia harus menemui pertapa sakti untuk meminta tolong. Sang pertapa sakti bersedia membantu Mbok Sirni. Ia memberi Mbok Sirni, satu biji tanaman mentimun, jarum, sebutir garam, dan sepotong terasi. 

“Berikan benda-benda ini semua pada anakmu. Katakan padanya, jika Ia dikejar raksasa, maka lemparkanlah benda-benda tersebut secara berurutan, niscaya Ia akan selamat dari kejaran raksasa.” kata pertapa sakti pada Mbok Sirni. 

Mbok Sirni mengucapkan terima kasih, kemudian segera mohon diri. Sesampainya di rumah, Mbok Sirni kemudian menyerahkan barang-barang pemberian pertapa sakti pada Timun Mas. Mbok Sirni memberitahu Timun Mas, untuk melemparkannya secara berurutan jika kelak datang raksasa. Beberapa tahun kemudian, usia Timun Mas telah mencapai umur 17 tahun. Mbok Sirni merasa was-was karena teringat akan janjinya pada raksasa untuk menyerahkan Timun Mas. 

Ia tidak rela Timun Mas yang Ia rawat sejak kecil dimakan oleh raksasa. Pada suatu hari cerah, Mbok Sirni dan Timun Mas tengah bekerja di kebun. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh langkah kaki. Mbok Sirni sadar bahwa raksasa datang untuk mengambil Timun Mas. Mbok Sirni segera meminta Timun Mas untuk melarikan diri. Mbok Sirni mengingatkannya untuk melemparkan barang-barang pemberian pertapa sakti. 

“Cepat larilah kau nak! Raksasa datang kemari untuk memakanmu. Jangan lupa untuk melemparkan barang-barang pemberian pertapa sakti.” kata Mbok Sirni.

“Baik Mbok, aku akan lari sekarang.” kata Timun Mas seraya berlari ke arah hutan.

Di luar rumah, raksasa berteriak-teriak memanggil Mbok Sirni. 

“Hai nenek tua! Mana janjimu? Serahkan anakmu sekarang. Aku sudah tidak sabar untuk memakannya.” teriak raksasa pada Mbok Sirni.

Mbok Sirni segera keluar rumah kemudian berkata, “Hai raksasa, anakku telah pergi ke hutan menuju tempat tinggalmu. Ia sudah siap untuk menjadi santapanmu.”

Mata raksasa segera melihat ke hutan di sekeliling rumah Mbok Sirni. Ia melihat Timun Mas tengah berlari kencang. Tidak menunggu lama, raksasa segera mengejar Timun Mas. Meskipun jarak mereka jauh, namun raksasa mampu mendekati Timun Mas karena langkah kakinya sangat lebar. Mengetahui raksasa telah berada dekat dengannya, Timun Mas segera melemparkan sebutir biji mentimun ke arah raksasa. 

Kejadian aneh terjadi. Bibit mentimun itu segera tumbuh menjadi pohon mentimun sangat lebat lagi berbuah banyak. Raksasa kemudian mengulurkan tangannya mengambil buah-buah mentimun lantas memakannya sampai habis. Namun perut raksasa masih merasa lapar, Ia kembali mengejar Timun Mas. Timun Mas lalu melemparkan jarum ke arah raksasa. 

Kembali hal aneh terjadi. Jarum tersebut berubah menjadi hutan bambu sangat lebat rapat. Raksasa berusaha melewati hutan bambu tersebut. Kakinya terluka karena tertancap batang bambu tajam. Namun raksasa tidak memperdulikan lukanya. Ia terus mengejar Timun Mas. Timun Mas kemudian melemparkan sebutir garam ke arah raksasa. Segera saja sebutir garam tersebut berubah menjadi lautan sangat luas. 

Raksasa pun terpaksa berenang melewati lautan tersebut. Setelah berhasil menyeberangi lautan, napasnya tersengal-sengal karena sangat kelelahan. Melihat raksasa berhasil menyeberangi lautan, Timun Mas segera melemparkan sepotong terasi ke arah raksasa. Sepotong terasi itu kemudian berubah menjadi lumpur hisap sangat luas. Raksasa terhisap oleh lumpur tersebut. 

Ia berusaha keras untuk keluar dari lumpur mematikan tersebut namun apa daya tenaganya sudah habis saat menyeberangi lautan. Si Raksasa akhirnya tenggelam ke dalam lumpur hisap hingga tidak mampu keluar lagi. Timun Mas segera terduduk karena sangat kelelahan. Ia bersyukur karena si raksasa akhirnya bisa dilumpuhkan. Setelah tenaganya terkumpul kembali, Timun Mas pun pulang ke rumahnya menemui Mbok Sirni yang sudah ia anggap sebagai ibu kandungnya.

Mbok Sirni menunggu di rumah dengan sangat cemas. Ia sangat kuatir kalau raksasa berhasil memakan putri kesayangannya. Namun, betapa gembiranya Mbok Sirni melihat kepulangan Timun Mas. Mereka segera berpelukan sambil menangis bahagia. Akhirnya Mbok Sirni dapat hidup bahagia bersama putrinya, Timun Mas, tanpa gangguan dari raksasa.

***

Budi pun cukup lama main wayangnya dan akhirnya selesai juga. Wayang di taruh di kursi kosong. Eko memuji permainan wayang Budi, ya cerita juga sih. Ya keduanya melanjutkan acara dengan main catur lah.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK