Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.
"Eko. Ada cewek yang cantik. Ya manis sih di lihat gitu," kata Budi.
Eko memotong omongan Budi "Manis. Gula dong."
"Ya bukan manisnya gula. Manis saja. Pujian!" kata Budi menegaskan.
"Ya..aku paham omongan Budi," kata Eko.
"Cewek itu ada yang ingin hidupnya bebas seperti burung terbang di langit," kata Budi.
"Kebanyakan memang begitu," kata Eko.
"Ketika waktunya. Cewek itu sadar dan akhirnya memutuskan berhijab. Dan memilih jalan untuk jodohnya dengan cara ta'aruf," kata Budi.
"Ya kalau cewek sadar, ya di syukurin dengan baik "Alhamdulillah hirobbil alamin" Karena kebaikan itu menyadarkan dirinya, ya untuk dirinya, keluarga dan orang lain," kata Eko.
"Omongan Eko bener sih," kata Budi.
"Jangan-jangan yang di omongin ini cewek yang ada acara Tv, ya Budi?" kata Eko.
"Bisa jadi sih. Nama juga kan obrolan lulusan SMA," kata Budi.
"Emmmm. Kalau di pikirkan dengan baik. Acara Tv, ya tujuannya menaikan nama artinya dan juga mempromosikan segala bentuk yang di pakai artis. Bagi yang tertarik dari tontonan di acara Tv, ya membelinya apa pun bentuk promosinya? Tren ini dan itu...gitu. Berarti roda ekonomi berjalan dengan baik lah," kata Eko.
"Eko memperhitungkannya sampai urusan roda ekonomi," kata Budi.
"Ya kan penonton itu target dari urusan promosi ini dan itu," kata Eko.
"Aku paham omongan Eko," kata Budi.
"Jadi...Budi tertarik dengan cewek yang mencari jodohnya dengan cara ta'aruf?" kata Eko.
"Gimana ya?" kata Budi berpikir panjang.
"Kan Budi..bilang ceweknya itu cantik dan manis. Maka itu Budi tertarik pada cewek itu," kata Eko.
"Ya memang aku ngomong. Cantik dan manis cewek itu. Tapi kan cewek itu..artis. Mana mungkin mendapatkan artis gitu. Cuma lulusan SMA dan juga kerjaannya buruh. Aku sih sadar diri, ya siapa diri ku?" kata Budi.
"Syukur lah kalau Budi sadar siapa diri Budi?" kata Eko.
"Emmmmm. Yang aku ingin tanya kan. Bukan cewek itu lebih senang bebas memilih jodohnya dari pada ta'aruf. Begitu juga dengan cowok, ya ingin bebas memilih jodohnya dari pada perjodohan?" kata Budi.
"Memang sih. Banyak cowok dan cewek, ya inginnya bebas memilih jodohnya. Jadi pacaran dan akhirnya menikah. Walau cerita pacaran itu, ya pahit dan juga manis sih. Ya karena sudah memahami ilmu agama dari orang tua dan guru, ya Ustad. Jadi memilih jalan agama Islam urusan jodoh. Banyak cerita di lingkungan masyarakat tentang perjodohan dengan ta'aruf, ya berjalan dengan baik. Rumah tangganya langgeng gitu," kata Eko.
"Hidup ini jadinya bisa memilih," kata Budi.
"Memang hidup ini bisa memilih mana yang baik untuk di jalankan, ya demi diri, keluarga dan orang lain," kata Eko.
"Emmmm," kata Budi.
"Kali ini aku yang bercerita pake wayang yang di buat Budi dari kardus bekas, ya kreatif gitu!" kata Eko.
"Silakan Eko bercerita sambil main wayang. Aku jadi penonton yang baik," kata Budi.
"Cerita lama sih. Kisah cinta populer gitu," kata Eko.
"Emmmm," kata Budi.
Eko mengambil wayang di kursi kosong, ya segera di mainkan dan bercerita gitu. Budi menonton dengan baik lah.
Isi cerita yang di ceritakan Eko :
Fahri bin Abdullah Shiddiq adalah pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al-Azhar. Ia harus berkutat dengan berbagai macam impiannya dan kesederhanaan hidup di Mesir. Ia bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Semua impian dijalani Fahri dengan penuh antusias kecuali satu: menikah.
Fahri adalah laki-laki taat yang begitu lurus. Dia tidak mengenal pacaran sebelum menikah. Dia kurang artikulatif saat berhadapan dengan perempuan. Hanya ada sedikit perempuan yang dekat dengannya selama ini, neneknya, Ibunya dan saudara perempuannya.
Pindah ke Mesir membuat hal itu berubah diri Fahri. Ya Maria Kirgiz, ya tetangga Fahri satu flat. Maria Kirgiz yang beragama Kristen Koptik tetapi mengagumi Al Qur'an dan mengagumi Fahri. Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayang, cinta Maria hanya tercurah dalam diari saja.
Lalu ada Nurul, anak seorang Kyai terkenal yang juga menjalankan pendidikan, ya tujuannya ilmu di Al-Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati pada gadis manis ini. Sayang rasa mindernya yang hanya anak keturunan petani membuatnya tidak pernah menunjukkan rasa apa pun pada Nurul. Sementara Nurul pun menjadi ragu dan selalu menebak-nebak.
Fahri bertemu Noura Bahadur, ya tidak sengaja di pasar dan ternyata tetangga gitu. Naura Bahadur yang selalu disiksa Ayahnya sendiri. Fahri berempati penuh dengan Noura dan ingin menolongnya. Sayang hanya empati saja. Tidak lebih. Namun Noura yang mengharap lebih dari Fahri. Ketika waktunya terjadi masalah besar, ya Noura menuduh Fahri memperkosanya.
Aisha, si mata indah yang menyihir Fahri. Sejak sebuah kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku, Aisha jatuh cinta pada Fahri dan Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya. Fahri dan Aisha menikah dengan proses ta'aruf.
***
Eko cukup lama memainkan wayang dan akhirnya selesai juga. Budi memuji Eko yang main wayang dan ceritanya. Eko menaruh wayang di kursi kosong. Acara selanjutnya, ya main catur seperti biasanya lah Eko dan Budi.
No comments:
Post a Comment