"Abdul," kata Budi.
Abdul berhenti baca korannya dengan baik, ya koran di taruh di bawah mejalah.
"Apa?" kata Abdul.
"Di dalam tudung saji kecil itu apa?" kata Budi sambil menunjuk dengan jari telunjuknya.
Abdul membuka tudung saji kecil dan berkata "Siomay."
Tudung saji kecil di taruh di meja dengan baik sama Abdul.
"Oooooo siomay. Beli apa buat?" kata Budi.
"Beli lah Budi. Aku kan sibuk urusan dengan usaha. Mana ada waktu untuk membuat siomay. Kecuali Ibu aku yang buat....siomaynya," kata Abdul.
"Oooooo beli toh siomaynya," kata Budi.
Budi pun mengambil piring kecil dan juga garpu. Dengan garpu, ya Budi mengambil siomay yang ada di mangkok besar dan di taruh lah siomay di piring kecil, ya tiga buah siomay lah. Bumbu kacangnya berada di mangkok, ya di sendokin dengan baik sama Budi dan di taruh di atas siomay di piring kecilnya Budi. Budi memakan siomay tersebut dengan baik. Abdul mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik.
"Emmmmm...enak siomay ini," kata Budi.
Budi terus makan siomay dengan baik. Abdul menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Yang jual siomay yang di makan Budi, ya buat orang miskin lah," kata Abdul.
"Yang buat orang miskin ini siomay yang aku makan. Cerita kehidupan orang yang buat siomay gimana ceritanya Abdul?" kata Budi.
"Ok. Aku ceritakan tentang penjual siomay tersebut. Begini ceritanya. Seorang pemuda yang hanya tamatan SD saja, ya di karenakan orang tuanya miskin. Sebenarnya Ibunya kerja sebagai pembantu di rumah orang kaya dan Bapaknya seorang tukang pijat. Sebenarnya Bapaknya, ya seorang penjudi lah masa lalunya dan juga jauh dari agama. Bapak itu punya prinsip seperti orang zaman dulu, ya banyak anak banyak rezeki. Realita kenyataannya tetap saja miskin. Pemuda itu anak ketiga dari 6 saudara saudari. Pemuda itu ikut orang jualan siomay dengan tujuan ilmunya dan juga modal usaha. Setelah beberapa tahun, ya pemuda itu sudah kawakan dengan ilmu membuat siomay dan juga modal usaha ada, ya berarti gerobak siomay pun ada. Usaha yang di jalankannya berjalan dengan baik. Ada beberapa gejala perubahan ekonomi terjadi di masyarakat. Maka harga siomay pun pernah mengalami perubahan harga, ya mengikuti gejala perubahan ekonomi. Pemuda itu terus berjualan siomay dengan baik, ya mengikuti gejolak ekonomi dengan baik. Pemuda harus berjualan siomay demi dirinya dan membantu keluarganya. Pemuda itu di jebak sama cewek, ya cewek nakal gitu. Cewek itu hamil di luar nikah. Cowoknya tidak mau bertanggung jawab, ya kabur lah. Kesalahan cewek kan pergaulan dengan cowok, ya pacaran gitu. Ada beberapa pendapat ahli agama melarang pacaran karena di takutkan pergaulan cowok dan cewek, ya di luar nikah dan akhirnya cowoknya tidak bertanggungjawab........kabur lah. Mungkin perkara lain, ya menggugurkan janin lah. Cerita ini, ya pemuda itu menikah dengan cewek nakal itu demi anak yang di kandung cewek itu. Sampai tuh anak lahir, ya pemuda itu selayaknya seorang Bapak yang mencintai anaknya. Kenyataan berkata lain. Anaknya mati di umur satu tahun, ya anggap saja matinya karena sakit lah. Cewek memilih untuk putus hubungan dengan pemuda itu karena alasan anaknya telah meninggal dunia. Pemuda itu membiarkan cewek tersebut pergi. Pemuda itu tetap menjalankan kehidupannya seperti biasa, ya jualan siomay lah. Sampai waktunya pemuda itu menemukan cewek yang baik, ya jadi istrinya lah. Begitulah ceritanya," kata Abdul.
Budi memang telah selesai makan siomay, ya piringnya di taruh di meja. Budi mengambil aqua gelas di meja, ya di minum dengan baik.
"Cerita Abdul....menarik dan juga bagus," kata Budi.
"Cerita kenyataan kehidupan tentang orang miskin di lingkungan daerah sini, ya salah satunya," kata Abdul.
Budi bangun dari duduknya dan membuang aqua gelas yang kosong ke tong sampah yang ada tutupnya lah.
"Nama juga realita kehidupan di kota Bandar Lampung. Ada yang baiknya dan juga ada yang buruknya di lihat dari sisi pergaulan cowok dan ceweknya," kata Budi.
Budi duduk bersama dengan Abdul lagi.
"Ngomong-ngomong. Eko tidak kesini, ya Budi?" kata Abdul.
"Biasa...Eko ada urusan dengan Purnama. Jadi tidak bisa kesini gitu," kata Budi.
"Kalau begitu kita main catur saja!" kata Abdul.
"Ok....main catur!" kata Budi.
Abdul mengambil papan di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Abdul dan Budi, ya menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur.
"Menceritakan makan ini dan itu dan publikasikan di jaringan internet. Sama aja mempromosikan makan ini dan itu......enak kan Abdul?" kata Budi.
"Ya iyalah. Jadi sama saja seperti iklan di koran," kata Abdul.
"Ya nama juga obrolan lulusan SMA, ya beda dengan lulusan Universitas," kata Budi.
"Emmmmm," kata Abdul.
Abdul dan Budi, ya main catur dengan baik lah.
No comments:
Post a Comment