"Manusia itu di bimbing dengan baik, ya agar berjalan di jalan kebaikan, ya kan Eko?!" kata Budi.
"Seharusnya yang ngomong kata-kata itu, ya para Ustad lah. Tujuan mereka belajar ilmu agama Islam, ya agar membimbing manusia di jalan kebaikan," kata Eko.
"Seharusnya sih yang ngomong para Ustad. Yang ada kan kita, ya lulusan SMA," kata Budi.
"Memang....sih cuma ada kita, ya lulusan SMA," kata Eko.
"Ujian manusia, ya jatuh pada keburukan, ya kan Eko?!" kata Budi.
"Ya...begitu lah...ujian manusia," kata Eko.
"Contoh saja : berita di Tv, ya tentang pemerkosaan. Sampai pelakunya di tuntut hukuman mati," kata Budi.
"Hukuman mati. Waduh. Siapa yang jadi Tuhan?!" kata Eko.
"Kok....ngomongnya gitu Eko. Siapa yang jadi Tuhan?!" kata Budi.
"Perkara-perkara di antara manusia. Sampai urusan itu ke hukum kematian pada manusia yang bersalah karena melakukan kesalahan. Mencabut nyawa manusia secara paksa. Ya siapa yang jadi Tuhan?!" kata Eko.
"Iya juga ya. Urusan nyawa. Siapa yang jadi Tuhan?!" kata Budi.
"Berarti....Tuhan itu manusia," kata Eko.
"Keruh deh. Permasalahan masa lalu sampai sekarang tentang Tuhan itu manusia," kata Budi.
"Ya...sekedar obrolan saja sih," kata Eko.
"Memang sekedar obrolan. Ya bisa di bilang pendapat saja sih. Karena dunia ini bermain kata-kata Tuhan, ya di buat begini dan begitu. Jadi....siapa yang jadi Tuhan di antara manusia?!" kata Budi.
"Mana aku tahu sih. Kalau jadi Setan di antara manusia, ya banyak sih," kata Eko.
"Berarti...Setan yang berani jadi Tuhan, ya seperti cerita ini dan itu, ya demi menyesatkan manusia," kata Budi.
"Siapa yang jadi Tuhah? Ya Setan berwujud manusia!" kata Eko.
"Perkara-perkara manusia ini dan itu melebihi takaran ini dan itu," kata Budi.
"Kalau begitu tidak perlu di bahas panjang lebar. Lebih baik main catur saja!" kata Eko.
"Ok...main catur!" kata Budi.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja lah. Budi dan Eko, ya menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan lah.
No comments:
Post a Comment