Sebuah rumah sederhana, ya Janda bernama Misla. Demi menjalankan kehidupan di tinggal Suami tercinta, ya Ibu Misla ingin menjual barang bekas dari buku-buku yang telah lusuh banget, koran-koran lama ya lusuh, plastik gelas dan botol yang memang di kumpulkan dengan tujuan untuk di jual gitu dan terakhir kardus yang cukup banyak sih.
Ibu Misla mendengar teriakan tukang rongsokan, ya keluar dari rumahnya dan memanggil tukang rongsokan. Tino di panggil Ibu-ibu yang ingin menjual rongsokannya.
Dalam hati Tino "Rezeki ku hari ini. Ada Ibu-ibu mau jual rongsokan."
Ibu Misla, ya negoisasi Tino si tukang rongsokan dengan tujuan harga barang rongsokan yang ingin di jual Ibu Misla. Tino dengan jujur menentukan harga barang tersebut. Ibu Misla sepakat harga barang dengan Tino si tukang rongsokan. Ibu Misla mengeluarkan barang-barang rongsokan dari rumahnya. Saat itu Indro yang membawa motor, ya lewat depan rumah Ibu Misla yang menjual barang rongsokan ke tukang rongsokan. Tetap Indro membawa motornya dengan baik menuju rumahnya.
Tino mulai menimbang berat barang dengan baik dan setelah itu Tino memberikan uang pada Ibu Misla. Ya Ibu Misla menerima uang dari Tino si tukang rongsokan.
Dalam hati Ibu Misla "Alhamdullillah rezeki hari ini. Bisa di gunakan untuk melanjutkan kehidupan ini dengan baik dengan jalan kebaikan".
Ibu Misla masuk rumahnya, ya biasa beres-beres rumah. Tino si tukang rongsokan membawa barang rongsokan dengan motor ke tempat penampung barang rongsokan. Sampai di tempat penampungan rongsokan, Tino bertemu Pak Abah.
"Tino hari barang yang mau di jual banyak juga," kata Pak Abah.
"Alhamdullillah rezeki hari ini," kata Tino.
Tino seperti biasa sepakat harga barang dengan Pak Abah. Ya Pak Abah memberikan uang ke Tino. Ya Tino menerima uang dari Pak Abah dengan baik.
Dalam hati Tino "Rezeki hari ini."
Tino pun pulang ke rumahnya. Sampai di rumah Tino, ya istirahat dengan baik tetap harapan Tino esok hari seperti biasanya ada orang ingin menjual barang rongsokannya ke dirinya tujuannya kelancaran dari pekerjaan yang di jalankan dengan baik pastinya halal banget. Sebenarnya sih Ibu Misla mau menjual dua mesin jait yang rusak pada Tino si tukang rongsokan, ya Tino mau membeli tuh barang esok karena bawaannya sudah banyak hari ini.
***
Indro sampai di rumah. Duduk di ruang tengah dan ngobrol dengan Kasino sambil nonton Tv. Indro bercerita tentang kerjaan tukang rongsokan pada Kasino. Ya seperti biasa Kasino menanggapi dengan baik cerita Indro.
"Jalan rezeki manusia. Pastinya halal jalan pekerjaan tukang rongsokan," kata Kasino.
"Iya," kata Indro.
"Jika orang-orang punya barang bekas tidak berguna lagi, ya lebih baik di jual. Tujuannya melancarkan jalan rezeki tukang rongsokan. Saling menguntungkan," kata Kasino.
"Jalan kehidupan manusia. Realitanya," kata Indro.
"Ooooo...iya Kasino. Aku mengulas obrolan pembicaraan yang semalam," kata Indro.
"Tentang apa?" kata Indro.
"Artis Maria Vania," kata Kasino.
"Ooooo artis Maria Vania," kata Indro.
"Nama juga jalan artis. Setiap penampilan artis adalah nilai jual....iklan berjalan. Jalan kehidupan manusia itu dalam mencari rezeki bermacam-macam yang penting jalan halal. Saling menguntungkan. Yang tidak boleh itu merugikan, ya tidak baik itu mah, " kata Kasino.
"Bener sih omongan Kasino. Artis Maria Vania itu rajin olah raga menjaga bentuk tubuhnya sih, jadi terlihat waaaw gitu," kata Indro.
"Sama halnya dengan artis Deddy Corbuzier yang suka olah raga jadinya tubuhnya waaaw berotot. Cewek-cewek melihat tubuh Deddy Corbuzier yang berotot gimana gitu?" kata Kasino.
"Pandangan cewek melihat cowok. Sama halnya pandangan cowok melihat cewek. Hal biasa jika berpikir dengan pikiran yang sehat, ya tidak kotor gitu," kata Indro.
"Pikiran kotor, ya cuci aja!" kata Kasino yang becanda.
"Emangnya baju," kata Indro yang mengikuti becandaan Kasino.
"Emmm," kata Kasino.
"Ya sudahlah tidak perlu di bahas lebih jauh!" kata Indro.
"Emmm," kata Kasino.
Kasino dan Indro fokus nonton Tv, ya acaranya bagus banget gitu. Dono di ruang tamu sedang baca Al-Qur'an dengan baik banget karena memang masih bulan Ramadhan.
No comments:
Post a Comment