"Enak kopinya," kata Indro.
Indro menaruh cangkir kopi di meja. Dono pun menaruh cangkir teh di meja. Terdengar suara obrolan yang nyaring di sekitar rumah, biasa Ibu-ibu yang ngobrollin keluarganya sampai tetangganya pake bahasa Indonesia sampai pake bahasa suku masing-masing.
"Seperti biasanya," kata Dono.
"Seperti biasa apanya?" kata Indro.
"Suara Ibu-ibu yang bahas ini dan itu, kalau obrolannya itu suaranya nyaring sampe ke sini. Yang di bahas tidak jauh masalah ini dan itu," kata Dono.
"Hal biasa Don," kata Indro.
"Memang hal biasa sih," kata Dono.
"Ooooo iya Don, bagaimana pendapatmu tentang perkembangan berita Pilkada ini dan itu?!" kata Indro.
"Berita Pilkada toh. Ya bagus aja sih. Aku bagian dari masyarakat kecil ya seperti biasa sih. Pemimpin yang di harapkan bisa mengubah keadaan ekonomi secara signifikan," kata Dono.
"Perubahan ekonomi toh," kata Indro.
"Contohnya : anak yang didik dengan baik, ya jadi orang pinter dan mendapatkan pekerjaan yang layak dengan tujuan membantu ekonomi keluarga. Jadi ya lapangan pekerjaan yang layak itulah jawaban dari perubahan ekonomi. Banyak berita tentang yang ini dan itu tentang pengangguran ini dan itu. Kalau tidak bisa di tanganin dengan baik jadinya pemimpin itu gagallah," kata Dono.
"Harapan semua orang tua terhadap anaknya. Ya bisa membantu orang tua, ekonomi terangkat dengan baik. Tidak miskin lagi. Memang benar sih. Lapangan pekerjaan yang layak jawaban perubahan ekonomi," kata Indro.
Indro mengambil cangkir kopinya di meja dan meminumnya begitu juga Dono mengambil cangkir tehnya di mejanya di minum.
"Hidup ini harus di nikmati," kata Indro.
Indro menaruh cangkir kopinya di meja.
"Memang harus di nikmati hidup ini," kata Dono.
Dono menaruh cangkir teh di meja.
"Don....hidup artis itu enak ya?!" kata Indro.
"Iyalah. Terkenal dan juga kaya....kan," kata Dono.
"Itu maksudnya? Terkenal dan kaya!" kata Indro.
"Terlihat gelamor di Tv. Kenyataan sih ada yang biasa-biasa aja," kata Dono.
"Memang ada yang biasa-biasa aja. Hidup artis itu. Awalnya tidak terkenal jadinya terkenal. Waktu pun akan membuat keadaan menjadikan artis itu terlupakan karena tidak muncul di Tv lagi. Yang baru bermunculan lagi dengan menunjukkan dirinya punya kualitas ini dan itu, ya artis baru," kata Indro.
"Siklusnya selalu begitu kan," kata Dono.
"Aku mau masak dulu Don!" kata Indro.
"Iya," kata Dono.
Dono mengambil buku di meja dan di bacanya. Indro mengambil cangkir kopi di meja dan di bawanya ke dapur. Indro mulai masak di dapur dengan bahan di keluarkan dari kulkas. Kasino selesai juga mengetik di leptopnya, ya hasil ketikan di simpan dan leptop di matikan. Kasino keluar dari kamarnya ke ruang tengah untuk nonton Tv. Ya Tv di hidupkan oleh Kasino pake remot dan di pilih chenel Tv....TVRI.
"Acara tentang pendidikan ini dan itu. Menarik juga," kata Kasino.
Kasino terus nonton acara Tv yang bagus itu. Dono mulai jenuh dengan baca bukunya, jadi menghentikan baca bukunya dan buku di taruh di meja. Dono mengambil cangkir teh di meja dan segera menghabiskan teh. Cangkir teh kosong di taruh di meja oleh Dono dan segera beranjak dari duduk di ruang tamu ke ruang tengah. Dono duduk di sebelah Kasino.
"TVRI," kata Dono.
"Iya, Don," kata Kasino.
"Acaranya kan banyak tentang pendidikan ini dan itu," kata Dono.
"Memang seperti itulah TVRI dari dulu sampe sekarang," kata Kasino.
"Tentang Covid-19 pun selalu seperti biasanya," kata Dono.
"Namanya juga program kerja. Masih seperti biasanya yang ini dan itu," kata Kasino.
Kasino dan Dono, ya fokus nonton Tv. Indro sibuk masak makan di dapur. Ya beberapa saat masakan Indro jadi. Semua masakan yang mateng di taruh di meja di ruang makan. Indro pun berkata dengan suara lantang memanggil Dono dan Kasino "Don, Kasino...makan!"
Dono dan Kasino mendengar omongan Indro.
"Makan," kata Dono.
"Makan," kata Kasino.
Tv di matikan Kasino. Dono dan Kasino ke ruang makan untuk sarapan gitu. Di meja di hidangkan makanan yang enak. Dono, Kasino segera menyantap makan tersebut, ya Indro duluanlah.
No comments:
Post a Comment