Seorang pemuda bernama Tino dateng ke rumah temannya dengan terburu dan sembunyi-sembunyi masuk rumah Tatang. Dengan segera Tino menutup pintu dan jendela.
"Kenapa kamu seperti ini......Tino?" tanya Tatang sambil duduk minum kopi.
"Saya kesini ingin mengajak kamu menjalan proyek besar di negara Filipina...Toni." kata Tatang yang duduk dekat Toni untuk lebih menyakini.
"Proyek apa membuat kita kerja sampai meninggalkan tanah kelahiran kita demi bekerja di negeri lain?" tanya Tatang kembali.
"Proyek...menuju surga kebenaran..," kata Toni.
"Gila..kamu..surga..kebenaran. Kamu mau jadi pembunuh demi.....menunjukkan kebenaran yang belum tentu kebenarannya," kata Tatang yang mulai menolak ajakan Toni.
"Jika kamu tidak mau di ajak gak apa-apa. Saya bisa jalan sendiri," kata Toni.
Toni beranjak dari duduknya dan meninggalkan Tatang begitu saja.
"Toni...," panggilan Tatang.
"Apa...?" jawab Toni sambil membalikkan badan.
Tatang melempar cangkir yang berisi kopi panas ke arah Toni. Dengan reflek Toni menyelaknya serangan dadakan cangkir yang berisi kopi panas.
"Apa..maksudnya.ini?" tanya Toni.
"Saya..ingin mengetes kamu. Orang ahli bela diri seperti kamu bisa di terpengaruh dengan visi dan misi yang menyesatkan di benak kamu," kata Tatang.
"Jalan ini sudah saya pilih. Jadi jangan ikut campur. Sebagai teman saya masih menghormati kamu Tatang. Tapi jika jual saya beli," kata Toni.
"Baik..kalau mau kamu," kata Tatang menjawab tantangan dari Toni.
Tatang bangun dari tempat duduknya dan langsung menyerang Toni dengan sebuah serangan tinjuan. Toni pun menangkisnya dengan tangannya. Lalu Toni pun menyerang juga dengan tinjuan, tapi Tatang bisa mengelak dengan cepat dan membalas dengan serangan dadakan sebuah tinjuan ke wajah. Dengan sigap Toni menangkisnya dengan tangan kuat. Pertarungan antara Toni dan Tatang di ruang tamu makin sengit dan tidak ada yang mengalah.
Keinginan Toni yang kuat mengalahkan semuanya dan akhirnya Tatang jauh di lantai dan mengeluar luka dari mulutnya karena Toni meninjunya dengan sangat kuat di wajahnya.
"Jadi pendirian mu sudah kuat..untuk menjalankan misi kamu menghancurkan gereja demi hal yang kosong..Toni?" tanya Tatang kembali.
"Iya...saya sudah memutuskan jalan saya ini benar. Kamu tidak bisa diajak untuk di jalan kebenaran ini. Maka lebih baik saya jalan sendiri." kata Toni.
"Toni..kamu..sudah buta dan tuli. Yang benar..itu menyelamatkan manusia di muka bumi...ini dengan saling berdampingan. Bukan menunjukkan ini yang benar dan itu yang salah. Kamu masuk dalam fanatik tidak bisa menerima masukan orang lain. Maka pernyataan kamu adalah paling benar dan benar," penjelasan Tatang dengan sebaik mungkin.
"Saya..ingin..mendapatkan surga kebenaran itu dengan jalan yang saya pilih," kata Toni.
"Tetap..gila..jalan kamu..Toni. Demi kebenaran kamu membunuh. Sinting namanya jalan itu," kata Tatang.
"Kita..tidak sepaham lagi. Jadi kita akhiri persahabatan kita..ini," kata Toni.
Toni keluar dari rumah Tatang dengan sikap yang penuh keberanian. Sedangkan Tatang menanggis dengan sedih kehilangan sahabatnya yang salah jalan.
"Semoga Alloh SWT membuka jalan kebenaran yang terbaik pada dirimu Toni," kata Tatang.
Tatang pun bangun dari keadaannya dan meminta tetangganya untuk membantu membereskan rumah yang porak poranda akibat pertarungan 2 lelaki menunjukkan jalannya kebenarannya masing-masing. Toni pun pergi dengan misinya yang benar-benar extrim. Selang beberapa bulan. Tatang mendapatkan kabar dari nonton Tv saat di rumah pakde Joko tentang pengemboman di gereja yang ada di negara Filipina.
"Bodoh..dan bodoh..kamu..Toni. Jalan kamu salah.....," kata Tatang meneteskan air mata.
Pakde Joko melihat keadaan Toni yang menangis sambil menonton Tv.
"Nak..kenapa kamu?" tanya pakde Joko.
"Enggak..apa-apa pakde Joko!?" kata Toni sambil menghapus air matanya.
"Kalau ada masalah cerita..pada pakdek nak siapa tahu pakde mu ini bisa nolong."
"Gak..ada kok pakde," kata Tatang dengan santun.
Tatang pun meninggalkan rumah pakde Tatang dan tidak lupa mengucap salam "Alamualaikum." Pakde Joko menjawab dengan baik "Waalaikum salam."
Tatang pun hendak pulang ke rumah, tapi tidak jadi malah ke mesjid untuk sholat dhuzur dan sholat sunah yang lainnya untuk meminta petunjuk pada Alloh SWT tentang temannya Toni. Tatang terus melakukan niat nazarnya itu sampai terus menerus. Pada akhirnya saat Tatang duduk di depan teras sambil minum kopi. Datanglah seorang tamu yang benar-benar tidak di sangka oleh Tatang.
"Toni," panggilan Tatang.
"Ini saya," jawab Toni.
"Bukannya kamu adalah salah satu pengebom gereja di negara Filipina?" tanya Tatang.
"Bukan saya yang melakukan pengeboman gereja di negara Filipina. Pada saat negara Filipina saya kehilangan paspor dan berusaha mengurusnya begitu lama prosesnya dan misi saya pun berjalan juga tapi ketika saya melihat anak kecil menangis terjatuh di hadapan saya. Sontak saya sadar. Jalan saya salah..Tatang. Kamu yang benar," cerita Toni.
"Astafirohulazim. Alloh SWT telah membuka pintu kebenaran yang sebenarnya pada teman saya. Akhirnya pulang juga di hadapan saya dengan keadaan hidup dan tidak menjalankan hal bodoh demi kebenaran yang belum pasti," kata Tatang yang penuh rasa syukur.
Toni dan Tatang berpelukan.
"Terima kasih sudah menjadi sahabat baik saya," kata Toni.
"Iya....sama-sama. Sebagai sahabat baik selalu mengingatkan temannya agar kembali ke jalan yang paling benar dan di ridhoi oleh Alloh SWT," kata Tatang.
Toni dan Tatang melepaskan pelukannya. Seperti biasa Toni menunjukkan teknik silatnya untuk menantang Tatang. Dengan sigap Tatang menerima pantangan Toni. Terjadilah pertarungan yang sengit antara Tatang dan Toni di halaman depan. Semua orang menyaksikan pertarungan ke dua sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Sampai akhirnya keduanya draw dan semua orang bertepuk tangan dengan kehabatan Toni dan Tatang sebagai juara di kampungnya.
Karya: No
No comments:
Post a Comment