Sepulang dari tarawih. Indro dan Kasino, ya duduk di ruang tengah untuk menonton Tv. Dono masuk kamarnyan. Di dalam kamarnya Dono membuka sebuah majalah lama yang isinya berkaitan dengan pemerintahan yang ini dan itu.
"Apa aku buat cerita dari majalah ini...idenya?" kata Dono.
Dono membuka lembar majalah dengan baik sampai menemukan selembar kertas yang berisi cerpen buatan Dono sendiri.
"Niatnya...judul cerpen ini," kata Dono.
Dono berpikir dengan baik banget.
"Ini cerpen aku masukan dalam Blog saja," kata Dono.
Dono pun membuka leptopnya dan mulai mengetik dengan baik, ya menyalin tuh cerpen gitu..
Isi cerpen yang di ketik Dono :
Dono masuk rumah, ya ucap salam "Asalamualaikum".
"Waalaikumsalam," jawab Indro yang sedang duduk di ruang tamu lagi baca buku.
"Waalaikumsalam," jawab Kasino juga tapi telat, ya biasa sih sibuk main game di Hp.
Dono, ya duduk sambil menaruh dua bungkus nasi meja.
"Makanan," kata Indro yang seneng gitu.
"Oh....makanan," saut Kasino yang asik main game di Hpnya.
Indro mau mengambil satu bungkus nasi tersebut.
"Tunggu dulu Indro. Ini nasi ada makna," kata Dono.
"Maksudnya Don?" tanya Indro.
"Ini nasi bungkus ini satu pemberian dari orang miskin. Sedangkan satu bungkus nasi....ini pemberian orang kaya yang punya jabatan di kota ini, ya bisa di bilang Walikota. Dari dua bungkus nasi ini...mana yang lebih niatnya?" kata Dono.
"Sebenarnya dua bungkus nasi itu baik niatnya. Tapi kalau di pikir sih lebih baik sih. Nasi bungkus dari orang miskin," kata Indro.
"Gimana menurut mu Kasino?" tanya Dono.
"Ya.....orang miskinlah lebih baik dengan alasan nilai rasa syukur karena punya rezeki lebih di berikan kepada siapa pun tak mengenal orang itu dari golongan apapun?!" penjelasan Kasino sambil main game di Hp.
"Emang bener omongan kalian berdua. Yang baik orang miskin yang memberikan nasi bungkus pada saya, karena mengucap syukur kelahiran anaknya. Sedangkan nasi bungkus satu lagi....niat memang baik tapi ada niat tersembunyi dari pejabat kota ini. Ya biasa sih ingin di pilih lagi," kata Dono.
"Itu...sih biasa. Dengan cara apapun untuk bisa menarik simpatik masyarakat untuk memilihnya," kata Indro.
"Iya...biasa sih. Cuma....kalau gak jadi....kan sering dumel kaya orang frustasi. Berarti kurang ilmu Ikhlas dalam menyodahkohkan sesuatu," kata Dono.
"Kurang ....ilmu Ikhlasnya," kata Indro.
"Iya, kurang ilmu ikhlasnya," saut Kasino yang sambil main game di Hp.
"Ya...sudahlah. Aku ambil nasi bungkus dari orang miskin," kata Indro.
"Aku ambil...yang ada saja," kata Kasino dan menghentikan main game di Hpnya.
Indro dan Kasino membuka nasi bungkus bersamaan.
"Ayam goreng...lauknya," kata Indro.
"Ayam goreng...juga lauknya," kata Kasino.
"Jadi....sama-sama kedudukannya dalam memberi sodakoh yang beda tetap niatnya," kata Dono.
"Bener...omongan..mu...Don," saut Indro.
"Indem," saut Kasino.
Dono pun memberikan amplop berisi uang ke Kasino.
"Gajian," saut Indro.
"Hus bukan...itu. Ini uang sodakoh Dono...ke mesjid," kata penjelasan Kasino.
"Jadi...ada rezeki lebih," kata Indro.
"Ya...lumayan. Niat baik," kata Dono.
Dono pun meninggalkan Indro dan Kasino, ya biasa sih ke kamar untuk mengetik di leptopnya. Kasino dan Indro, ya menikmati nasi bungkus tersebut. Setelah itu baru deh melanjutkan kegiatan hari ini di hari minggu yang tenang sekali.
***
Dono pun selesai mengetik cerpen dengan baik di leptopnya dan telah menyimpan hasil ketikan dengan baik pula. Kertas bertuliskan cerpen itu tetap di taruh di majalah lama. Dono membuka lembaran majalah lagi sampai menemukan dua foto.
"Foto Wulan dan foto Rara. Kisah perjalan hidup. Penuh dengan cinta yang pernuh makna," kata Dono.
Dono menaruh dua foto di majalah lama tersebut dan juga mematikan leptop dengan baik. Dono keluar dari kamarnya langsung ke ruang tengah untuk nonton Tv bersama Indro dan Kasino. Acara yang di tonton ketiganya masih berkaitan dengan bulan Ramadhan.....pokoknya seru deng acara Tv-nya.
No comments:
Post a Comment